Mendengar kata sunni dan syiah, mungkin banyak orang yang tidak terlalu paham mengenai perbedaan antara keduanya. Meski sama-sama beragama Islam, sunni dan syiah memiliki perbedaan dalam pandangan dan praktik keagamaan mereka. Tak jarang pula perbedaan ini menjadi salah satu sumber konflik di antara kedua kelompok.
Perbedaan sunni dan syiah sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, sejak masa kepemimpinan para sahabat Nabi Muhammad SAW. Meski sama-sama mengakui keabsahan kelompok yang lain, sunni dan syiah memiliki perbedaan dalam hal kepemimpinan umat Islam. Sunni mengakui khulafaur rasyidin sebagai khalifah, sedangkan syiah mengakui imam-imam mereka sebagai pemimpin umat.
Meski perbedaan sunni dan syiah sebenarnya tak mempengaruhi dasar-dasar ajaran Islam, namun perbedaan ini terkadang menghasilkan pandangan yang berbeda dalam hal-hal tertentu. Meski begitu, penting untuk tetap menjaga persatuan dan kerukunan dalam menjalankan kehidupan beragama. Jangan sampai perbedaan ini justru mengarahkan kita pada konflik dan perpecahan.
Perbedaan Keyakinan Sunni dan Syiah
Perbedaan keyakinan antara Sunni dan Syiah adalah topik yang rumit dan penuh dengan kompleksitas. Ada banyak perbedaan dalam praktik keagamaan, doktrin, dan filosofi. Salah satu perbedaan utama adalah pilihan kepemimpinan dan hierarki keagamaan.
- Sunni mengakui kepemimpinan Linus, Anakanda dari Abu Talib, dengan munculnya para Khalifah di masa awal Islam sebagai penggantinya. Di sisi lain, Syiah meyakini bahwa keturunan Muhammad berhak menjadi pemimpin Muslim, dan bahwa Ali, sepupu dan menantu Nabi, merupakan pilihan yang sesuai sebagai khalifah pertama.
- Penekanan teologis Syiah menempatkan kepercayaan pada Tuhan yang lebih perluasan daripada Sunni, yang lebih berkonsentrasi pada praktik-praktik keagamaan. Syiah menghargai kebaruan dan kemajuan dalam teks-teks keagamaan, sementara Sunni bersandar pada status quo, dengan menghormati dan mempertahankan karya-karya klasik Islam.
- Syiah percaya bahwa Muhammad telah menunjuk Ali sebagai penggantinya, dan Ali ditugaskan untuk melanjutkan pengajaran dan pembimbingan setelah meninggalnya Muhammad. Sunni, di sisi lain, meyakini bahwa kepemimpinan dalam Islam harus dilakukan secara demokratis, dan dipilih dari umat Muslim.
Perbedaan keyakinan ini mencerminkan cara pandang khusus masing-masing kelompok dalam memandang praktik keagamaan, doktrin, dan filosofi. Meskipun perbedaan ini sangat penting, penting juga untuk diingat bahwa terdapat kesamaan antara Sunni dan Syiah dalam beberapa hal, seperti kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, kebangkitan dari kematian, dan hari pengadilan terakhir.
Sejarah munculnya Sunni dan Syiah
Perbedaan antara Sunni dan Syiah adalah topik yang sering dibicarakan dan menjadi sorotan di dunia internasional. Sejarah munculnya Sunni dan Syiah berasal dari masa setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 Masehi. Saat itu, para pemimpin umat Islam berdiskusi untuk menentukan siapa yang akan menjadi pengganti Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin umat Islam. Hal ini disebut dengan peristiwa Pemilihan Khalifah.
- Para pendukung Abu Bakar yang merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW memilih Abu Bakar sebagai khalifah pertama.
- Namun, sekelompok orang berpendapat bahwa Ali Bin Abi Thalib, sepupu Nabi Muhammad SAW dan menantunya yang juga merupakan sahabat terdekat, seharusnya menjadi khalifah pertama.
- Perdebatan terus berlanjut hingga terjadi perang saudara. Kelompok yang mendukung Ali dikenal dengan sebutan Syiah atau Syi’atu Ali (pengikut Ali) dan yang mendukung Abu Bakar dikenal dengan sebutan Sunni.
Setelah Ali wafat, kelompok Syiah memilih cucunya, Husain, sebagai pemimpin mereka. Namun, pada tahun 680 Masehi, Husain dan keluarganya dibantai di Karbala oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah. Peristiwa tersebut menambah kedukaan dan pengaruh terhadap kelompok Syiah.
Seiring berjalannya waktu, Syiah dan Sunni memperlihatkan perbedaan dalam soal pilihan pemimpin. Kelompok Syiah percaya bahwa imam tidak bisa dipilih oleh suara mayoritas, tetapi hanya bisa ditentukan oleh hak ilahi dalam pilihan Allah, sementara Sunni berpendapat bahwa pemimpin bisa dipilih dengan suara mayoritas umat Islam.
Perbedaan Sunni dan Syiah | Sunni | Syiah |
---|---|---|
Pilihan Pemimpin | Imam dipilih oleh suara mayoritas umat Islam | Imam hanya bisa ditentukan oleh hak ilahi dalam pilihan Allah |
Penghargaan Terhadap Keluarga Nabi | Tidak terlalu menekankan penghargaan terhadap keluarga Nabi | Sangat menghargai keluarga Nabi, terutama Ali dan cucunya, Hasan dan Husain |
Kemunculan Mahdi | Mahdi akan muncul suatu saat nanti | Mahdi adalah tokoh terpenting dan akan muncul di akhir zaman |
Meskipun memiliki perbedaan yang signifikan, kecintaan terhadap Islam tetap sama di antara Sunni dan Syiah. Keduanya juga sama-sama menghormati Nabi Muhammad SAW dan kitab suci Al-Quran.
Persamaan Sunni dan Syiah
Meskipun terdapat perbedaan antara Sunni dan Syiah, tetapi kedua kelompok ini juga memiliki persamaan dalam ajaran dan praktik keagamaan. Berikut adalah beberapa persamaan Sunni dan Syiah yang dapat dijelaskan:
- Kedua kelompok mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang Maha Kuasa dan memiliki kekuasaan penuh atas seluruh alam semesta.
- Kedua kelompok memandang pentingnya shalat sebagai salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan.
- Begitu juga dengan berpuasa saat bulan Ramadhan, memberikan zakat, dan melaksanakan ibadah haji ke Mekkah.
Meskipun terdapat perbedaan antara Sunni dan Syiah, namun ajaran-ajaran dalam Islam memiliki persamaan yang sangat kuat dan berakar pada kitab suci Al-Quran. Hal ini menjadikan kedua kelompok ini dapat hidup berdampingan dalam kerukunan dan saling menghargai.
Namun, tetap penting untuk memahami perbedaan dan keunikan setiap keyakinan untuk dapat menciptakan keharmonisan di antara masyarakat Indonesia yang multi-etnis dan multi-agama.
Berikut ini adalah tabel singkat tentang persamaan Sunni dan Syiah.
Sunni | Syiah |
---|---|
Mempercayai Satu Allah SWT | Mempercayai Satu Allah SWT |
Mengakui Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama agama Islam | Mengakui Al-Quran dan Hadits sebagai sumber utama agama Islam |
Mempertahankan keutuhan umat Islam | Mempertahankan keutuhan umat Islam |
Menjalankan rukun Islam yang sama seperti shalat, zakat, puasa, dan haji | Menjalankan rukun Islam yang sama seperti shalat, zakat, puasa, dan haji |
Sekali lagi, meskipun terdapat perbedaan diantara Sunni dan Syiah, tetapi saling menghargai dan hidup berdampingan adalah kunci untuk menciptakan kedamaian dan kerukunan di Indonesia.
Pasangan campuran Sunni dan Syiah
Dalam hubungan asmara, perbedaan agama tidak jarang menjadi masalah bagi pasangan. Terlebih lagi, jika pasangan memiliki keyakinan agama yang berbeda secara mendasar. Salah satu contoh pasangan campuran agama yang seringkali menjadi polemik adalah pasangan antara Sunni dan Syiah.
Masalah utama yang sering timbul dalam pasangan campuran Sunni dan Syiah adalah perbedaan prinsip keagamaan yang sangat mendasar. Sunni dan Syiah memiliki perbedaan dalam hal paham keagamaan, tata cara beribadah, serta sumber kitab suci yang dijadikan pegangan.
Tantangan dalam pasangan campuran Sunni dan Syiah
- Selalu munculnya perdebatan dalam hal prinsip keagamaan
- Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang agama pasangan
- Dapat menjadi bahan perdebatan keluarga maupun lingkungan sekitar
Strategi yang dapat dilakukan dalam pasangan campuran Sunni dan Syiah
Jika kamu sedang menjalin hubungan dengan pasangan campuran Sunni dan Syiah, ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi perbedaan prinsip keagamaan:
- Bertanya langsung pada pasangan tentang prinsip keagamaannya
- Membaca literatur atau buku untuk memahami prinsip agama pasangan
- Membangun kesepahaman dan menghormati perbedaan prinsip keagamaan
- Bertindak bijak ketika terjadi perdebatan mengenai prinsip keagamaan
Contoh kasus pasangan campuran Sunni dan Syiah
Beberapa pasangan campuran Sunni dan Syiah berhasil menjalin hubungan yang harmonis dan bahagia. Contohnya, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Binsar Panjaitan, yang telah menjalin hubungan dengan pasangannya yang beragama Syiah selama lebih dari 30 tahun.
Pasangan | Agama |
---|---|
Raisa Andriana dan Hamish Daud | Sunni dan Syiah |
Aditya Zoni dan Miki Arimura | Sunni dan Syiah |
Ariel Tatum dan Muhammad Raditya Dika | Sunni dan Syiah |
Meskipun demikian, terdapat pula pasangan campuran Sunni dan Syiah yang tidak berhasil mempertahankan hubungan mereka. Bagi sebagian orang, masalah prinsip keagamaan menjadi faktor utama penyebab keretakan hubungan tersebut.
Perbedaan ritual keagamaan Sunni dan Syiah
Sunni dan Syiah merupakan dua denominasi utama dalam agama Islam. Meski keduanya mengakui Allah SWT sebagai Tuhan yang sama, ada beberapa perbedaan dalam praktik dan ritual yang mereka gunakan dalam ibadah sehari-hari.
- Shalat jamaah
- Adzan dan Iqamah
- Majelis Ta’lim
- Ziarah kubur
- Mut’ah (pernikahan sementara)
Dalam shalat jamaah, umat Sunni menganggap bahwa imam hanya perlu memimpin doa dan setiap orang dapat mengikutinya. Sementara itu, Syiah menganggap bahwa imam harus memiliki kelayakan tertentu dan dianggap sebagai pemimpin spiritual. Selain itu, Syiah memperbolehkan shalat berjamaah dengan perempuan, sedangkan Sunni tidak.
Adzan dan iqamah dilakukan di awal dan sebelum shalat dimulai sebagai panggilan kepada umat muslim untuk menghadiri shalat. Umat Sunni dan Syiah memiliki adzan dan iqamah yang sedikit berbeda dalam pengucapan dan urutan kalimatnya. Selain itu, Syiah juga menambahkan kata-kata tertentu tentang kedudukan imam Ali dalam adzan dan iqamah mereka.
Majelis ta’lim adalah pertemuan untuk membahas topik agama dan keislaman. Umat Sunni dan Syiah sama-sama melakukan majelis ta’lim, tetapi lebih banyak dipraktikkan di kalangan Syiah. Selain itu, Syiah biasanya melakukan majelis ta’lim dengan cara memperingati peristiwa penting seperti kelahiran atau wafatnya tokoh agama tertentu.
Ziarah kubur merupakan kunjungan ke makam orang-orang suci dan terkenal. Sunni dan Syiah sama-sama melakukan ziarah kubur, tetapi Syiah lebih sering melakukan ziarah ke makam para imam mereka di Iraq dan Iran. Selain itu, Syiah juga meyakini bahwa orang yang meninggal dapat membantu orang yang masih hidup dan meminta bantuan pada mereka dalam doa-doa tertentu.
Mut’ah adalah pernikahan sementara yang pada umumnya tidak diakui oleh umat Sunni. Namun, Syiah mengizinkan mut’ah dengan syarat dan ketentuan tertentu. Syiah meyakini bahwa mut’ah dapat dilakukan sebagai solusi dalam beberapa situasi tertentu.
Di atas adalah beberapa perbedaan ritual keagamaan antara Sunni dan Syiah. Walaupun mungkin ada perbedaan dalam praktik dan ritus, namun penting untuk diingat bahwa Islam adalah agama yang sama dan mengajarkan untuk saling menghormati dan menjaga kerukunan antar sesama muslim.
Sampai Jumpa Di Lain Waktu
Itulah perbedaan antara Sunni dan Syiah. Semoga artikel ini memberikan wawasan baru bagi Anda. Tentunya, masih banyak lagi hal-hal menarik dan informatif untuk dipelajari mengenai Islam. Jadi, jangan lupa untuk selalu berkunjung lagi ke situs ini untuk mendapatkan informasi terbaru dan menarik seputar agama Islam. Terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di lain waktu!