Bagi para pecinta bela diri, tentu saja gerakan dan teknik yang ada pada setiap aliran atau perguruan bela diri memiliki ciri khas masing-masing. Begitu pula dengan aliran Perguruan Seni Bela Diri Putra Setia Hatindo atau PSHT dan Perguruan Seni Bela Diri Setia Hati Winongo atau PSHW. Meski keduanya berasal dari daerah yang sama, yaitu Jawa Timur, tetapi memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam hal filosofi, teknik, serta pengembangan diri.
PSHT atau yang juga dikenal dengan sebutan Persaudaraan Setia Hati Terate sejak pertama kali didirikan pada tahun 1940 di Madiun, fokus pada teknik yang lebih mengutamakan kekuatan dan kecepatan fisik. Berbeda dengan PSHW yang didirikan pada tahun 1950, yang lebih terfokus pada manipulasi energi melalui gerakan dan teknik fisik. Filosofi PSHT juga lebih menekankan pada keikhlasan dan persatuan dalam menjalankan latihan dan persiapan menuju kesempurnaan.
Namun, meskipun terdapat perbedaan tersebut, tetapi PSHT dan PSHW tidak dapat dipandang sebelah mata dalam hal kepercayaan komunitasnya. Kedua perguruan bela diri ini diakui secara nasional maupun internasional dan memilik banyak pengikut setia. Mereka juga sering menggelar kegiatan-kegiatan olahraga atau kegiatan sosial, sebagai upaya untuk mempererat tali persaudaraan antar anggota dan sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan dan nilai-nilai Jawa kepada masyarakat.
Sejarah terbentuknya PSHT dan PSHW
Pencak Silat merupakan seni bela diri asli Indonesia yang memiliki banyak cabang dan aliran, salah satunya adalah PSHT dan PSHW.
PSHT atau Persaudaraan Setia Hati Terate didirikan oleh Ki Hadjar Hardjo Oetomo pada tahun 1922 di Madiun. PSHT awalnya dikenal sebagai Persaudaraan Teratai Putih dan kemudian berubah nama menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate pada tahun 1928. Nama Terate sendiri diambil dari nama sebuah desa di Madiun yang menjadi tempat persembunyian Ki Hadjar Hardjo Oetomo setelah diburu oleh pemerintah Belanda pada masa pendudukan. PSHT memiliki filosofi “Setia Hati” yang berarti setia dan ikhlas dalam berbuat baik.
- PSHT memiliki teknik bela diri yang bersifat melingkar dan memukul pada bagian vital tubuh, seperti kepala, leher, dan perut.
- PSHT juga memiliki senjata khas yang bernama “Bendo”, yaitu tombak yang berujung tiga dan biasa digunakan untuk membela diri dari serangan musuh.
- PSHT memiliki sistem pendidikan yang terstruktur dan terorganisir dengan tingkatan-tingkatan seperti sabuk atau pangkat.
Sementara itu, PSHW atau Persaudaraan Setia Hati Winongo didirikan oleh Mas Arswendo pada tahun 1973 di Madiun. PSHW awalnya merupakan kelompok kecil yang hanya beranggotakan beberapa orang, namun kemudian berkembang dan menjadi organisasi besar dengan ratusan ribu anggota di seluruh Indonesia. Nama Winongo diambil dari nama sebuah desa di Madiun yang menjadi tempat latihan awal anggota PSHW. PSHW memiliki filosofi “Aturan Hidup” yang berarti hidup dengan aturan yang baik dan benar.
Berbeda dengan PSHT, PSHW lebih mengedepankan seni dan budaya. PSHW memiliki kesenian tradisional seperti tari Remo dan lagu-lagu dolanan. Teknik bela diri PSHW meliputi jurus-jurus tunggal dan ganda yang dipadukan dengan gerakan-gerakan anggun. Selain itu, PSHW juga memiliki ajaran-ajaran moral dan spiritual yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
PSHT | PSHW |
---|---|
Berdiri pada tahun 1922 di Madiun | Berdiri pada tahun 1973 di Madiun |
Teknik bela diri melingkar dan memukul pada bagian vital tubuh | Teknik bela diri meliputi jurus-jurus tunggal dan ganda |
Senjata khas bernama “Bendo” | Tidak memiliki senjata khas |
Memiliki sistem pendidikan yang terstruktur | Lebih mengedepankan seni dan budaya |
Meskipun memiliki perbedaan dalam teknik dan filosofi, PSHT dan PSHW sama-sama mewarisi dan melestarikan seni bela diri asli Indonesia dengan berbagai ajaran dan budaya yang diwariskan oleh leluhur. Kini, kedua aliran Pencak Silat tersebut telah menjadi bagian dari kekayaan seni budaya Indonesia yang terus dikembangkan dan dijaga kelestariannya.
Asal Usul PSHT dan PSHW
PSHT dan PSHW adalah dua aliran beladiri yang memiliki sejarah panjang di Indonesia. Berikut ini kita akan membahas asal usul dari kedua aliran beladiri tersebut.
- PSHT
- PSHW
Pencak Silat PSHT atau Pasukan Setia Hati Terate berasal dari kota Madiun, Jawa Timur pada tahun 1948. Aliran beladiri ini didirikan oleh Ki Ageng Sudarmo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Ki Hadjar Hardjo Oetomo. Ki Hadjar adalah cucu dari Raden Ngabehi Ronggowarsito, seorang sastrawan terkenal pada masanya.
Ki Hadjar mempelajari beladiri sejak usia muda dan pada tahun 1948, ia menggabungkan ilmunya dengan ajaran-ajaran kepercayaannya sebagai seorang psikolog. Dengan demikian, PSHT tidak hanya mengajarkan keterampilan beladiri, namun juga mengajarkan bagaimana memperkuat jiwa manusia serta menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan.
Perbedaan antara PSHT dan PSHW terletak pada asal usulnya. Pencak Silat PSHW atau Pasundan Setia Hati Winongo berasal dari daerah Jawa Barat, tepatnya dari kota Bandung. Aliran beladiri ini didirikan oleh Bapak R. Mohammad Said atau lebih dikenal dengan sebutan Mbah Satari pada tahun 1955.
Mbah Satari mempelajari beladiri dari berbagai aliran seperti Cimande, Cikalong, Sabandar, dan lain-lain. Namun, ia menciptakan gerakan dan teknik-teknik yang unik untuk PSHW. Selain itu, Mbah Satari juga memasukkan ajaran-ajaran kepercayaannya, terutama dari ajaran Islam, ke dalam PSHW.
Menurut kedua aliran beladiri ini, beladiri adalah latihan spiritual yang membantu mengembangkan kekuatan dalam diri seseorang untuk memperbaiki diri dan membantu orang lain. Dalam PSHT, Terate adalah singkatan dari Terang Tegang Rasa Tekun yang memiliki makna bahwa dengan terang benderang, semua yang gelap akan menjadi terang. Sedangkan dalam PSHW, Winongo berasal dari nama kampung dimana Mbah Satari lahir.
Perbedaan asal usul PSHT dan PSHW tidak mengurangi keunggulan dan kualitas kedua aliran beladiri ini. Kedua aliran beladiri ini sama-sama menekankan pentingnya latihan spiritual dalam pengembangan diri dan keterampilan beladirinya.
Aliran Beladiri | Asal Usul | Pendiri | Motto |
---|---|---|---|
PSHT | Madiun, Jawa Timur | Ki Hadjar Hardjo Oetomo | Terang, Tegang, Rasa, Tekun |
PSHW | Bandung, Jawa Barat | Mbah Satari | Setia Hati, Winongo |
Dalam hal keterampilan beladiri, PSHT dan PSHW memiliki gerakan-gerakan yang mirip, namun ada beberapa perbedaan yang membuat kedua aliran beladiri ini memiliki ciri khas masing-masing. Contohnya, di PSHT, teknik-teknik tendangan biasa dilakukan dengan kaki yang fleksibel (bekicot) yang memungkinkan penggunaannya dalam jarak dekat, sedangkan di PSHW teknik tendangan biasa dilakukan dengan kaki yang tegak seperti kuda-kuda.
Kedua aliran beladiri ini merupakan warisan budaya Indonesia yang patut dijunjung tinggi dan dilestarikan. Tidak hanya mempelajari teknik-teknik beladiri, tetapi juga mempelajari kepercayaan, etika, dan nilai-nilai spiritual yang terkait yang sangat bermanfaat bagi kita untuk mencapai keseimbangan dalam hidup.
Perbedaan seni beladiri antara PSHT dan PSHW
PSHT dan PSHW adalah dua aliran seni beladiri yang berasal dari Indonesia. Meskipun kedua aliran memiliki banyak kesamaan, tetapi terdapat pula perbedaan yang signifikan antara keduanya. Berikut ini adalah beberapa perbedaan antara PSHT dan PSHW:
- Asal Usul: PSHT merupakan singkatan dari Persaudaraan Setia Hati Terate, sementara PSHW merupakan singkatan dari Persaudaraan Setia Hati Winongo. Kedua aliran ini memiliki asal usul dan sejarah yang berbeda.
- Filosofi: Filosofi yang diusung oleh PSHT dan PSHW juga berbeda. Pada PSHT, seni beladiri dianggap sebagai sarana untuk mencapai kesempurnaan diri dan spiritualitas. Sedangkan pada PSHW, seni beladiri dianggap sebagai sarana untuk melatih ketangkasan dan kemampuan fisik semata.
- Teknik: Teknik yang digunakan oleh PSHT dan PSHW juga memiliki perbedaan. Pada PSHT, teknik yang digunakan lebih banyak mengandalkan kecepatan dan kekuatan, sementara pada PSHW, teknik yang digunakan lebih mengarah pada teknik-teknik beladiri tradisional yang digunakan oleh nenek moyang.
Perbedaan di atas menunjukan bahwa PSHT dan PSHW sebenarnya memiliki karakter yang berbeda. Meskipun pada dasarnya keduanya merupakan seni beladiri yang berasal dari Indonesia, namun apabila dilihat dari segi asal usul, filosofi, dan teknik, maka keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang signifikan.
Namun, tidak ada salahnya untuk mempelajari keduanya. Sebab setiap aliran seni beladiri memiliki kekhasan dan keindahan tersendiri. Jadi, apapun aliran yang kita pilih, yang terpenting adalah menguasai dengan baik dan menggunakannya dengan bijak.
PSHT | PSHW |
---|---|
Mengutamakan spiritualitas | Mengutamakan ketangkasan fisik |
Lebih banyak kekuatan dan kecepatan | Lebih mengarah pada teknik tradisional |
Merupakan hasil pengembangan dari beberapa aliran | Berasal dari aliran keturunan |
Perbedaan antara PSHT dan PSHW di atas juga dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Teknik-teknik khusus PSHT dan PSHW
Seni beladiri adalah suatu ketrampilan yang dikuasai dengan berlatih secara terus-menerus. Oleh karena itu, mendapatkan teknik khusus menjadi sangat penting dalam meningkatkan kemampuan aliran PSHT dan PSHW.
Teknik-teknik Khusus PSHT dan PSHW
- Gerakan Tangan – Tangan menjadi gerakan utama aliran PSHT dan PSHW. Teknik khusus melibatkan gerakan tangan kami untuk membela diri dan menyebabkan cedera pada lawan kita. Beberapa gerakan tangan khusus termasuk kungkup, sapuan, jotos, dan pentungan.
- Gerakan Kaki – Meskipun tangan adalah gerakan utama, gerakan kaki juga penting dalam mengembangkan teknik khusus. Beberapa gerakan kaki khusus termasuk tendangan, lompatan, dan tebasan.
- Pergumulan – Dalam pergumulan, aliran PSHT dan PSHW merujuk pada pukulan dekat dan pegangan, serta bergulingan dan menindih. Teknik khusus pergumulan melibatkan kelincahan, ketahanan, dan keahlian dalam medan pertempuran.
Pukulan Khusus
Pukulan khusus adalah teknik yang menimbulkan cedera di area tertentu pada lawan. Pada dasarnya, teknik ini melibatkan menghantam titik lemah tubuh seseorang dengan tanggung jawab dan konsistensi yang akan mematahkan bagian itu. Beberapa pukulan khusus termasuk pukulan ke perut bagian atas, kepala, dan tulang selangka.
Ada juga beberapa teknik lain yang terkait dengan pukulan yang termasuk teknik hipnosis dan versi dorongan. Ini digunakan untuk menghipnotis lawan atau menipu mereka agar berpikir kita pada satu pola atau tindakan, sementara kita melakukan yang lain.
Table Teknik-Teknik PSHT dan PSHW:
Teknik | Kategori | Deskripsi |
---|---|---|
Kungkup | Tangan Khusus | Gerakan menendang sambil menjatuhkan tangan ke tangan lawan. |
Tebar | Tangan Khusus | Gerakan memutar sambil menjatuhkan tangan ke tangan lawan. |
Tendangan | Kaki Khusus | Teknik memukul atau menendang tubuh lawan. |
Kaki terbalik | Kaki Khusus | Teknik menendang dengan kaki yang terbalik. |
Pergumulan berserakan | Pergumulan | Tepergumulan dalam kondisi berdiri. |
Pergumulan lantai | Pergumulan | Permainan gulat di tanah. |
Dengan memahami teknik khusus PSHT dan PSHW, seniman bela diri dapat meningkatkan kemampuan dan fleksibilitas mereka dalam medan pertempuran. Terus berlatih dengan konsistensi dan tanggung jawab dan Anda akan menemukan diri Anda menjadi ahli dalam seni bela diri ini.
Persamaan dan perbedaan PSHT dan PSHW dalam pelatihan fisik
PSHT (Perguruan Silat Tiga Harimau) dan PSHW (Perguruan Silat Hikmat Wijaya Kusuma) adalah dua perguruan silat yang cukup terkenal di Indonesia. Kedua perguruan silat ini punya persamaan dan perbedaan dalam pelatihan fisik.
- Bentuk gerakan: PSHT dan PSHW sama-sama mengajarkan gerakan-gerakan dasar seperti jurus-jurus, pukulan, tendangan, dan lain sebagainya.
- Filosofi: PSHT dan PSHW sama-sama mengajarkan filosofi yang mengutamakan kehidupan dan kemanusiaan. Kedua perguruan silat ini juga mengajarkan nilai-nilai seperti disiplin, ketahanan, dan keberanian.
- Aspek meditasi: PSHT dan PSHW sama-sama mengajarkan teknik meditasi untuk memusatkan pikiran dan mencapai ketenangan batin.
Namun, terdapat juga perbedaan antara PSHT dan PSHW dalam pelatihan fisik:
PSHT lebih menekankan gerakan-gerakan yang efektif untuk pertahanan diri, sedangkan PSHW lebih menekankan pada tekhnik dan postur tubuh. Selain itu, PSHW juga mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknik meditasi yang lebih banyak dibandingkan dengan PSHT.
Meskipun berbeda dalam pendekatan pelatihan fisik, tetapi kedua perguruan silat ini sama-sama mengajarkan keterampilan yang diperlukan dalam situasi yang membutuhkan pertahanan. Sangat penting bagi setiap orang untuk mengembangkan keterampilan fisik dan mental yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Persamaan | PSHT | PSHW |
---|---|---|
Bentuk gerakan | O | O |
Filosofi | O | O |
Aspek meditasi | O | O |
[content]
Perbedaan PSHT dan PSHW
PSHT dan PSHW adalah dua organisasi beladiri yang berbasis di Indonesia. Keduanya memiliki kesamaan dalam hal bahwa keduanya berasal dari tradisi beladiri yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Namun, meskipun serupa, kedua organisasi beladiri ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Perbedaan PSHT dan PSHW: Filosofi
- PSHT berdiri pada tahun 1948 dan sering dianggap sebagai organisasi beladiri tertua yang masih beroperasi di Indonesia. PSHW, di sisi lain, baru didirikan pada tahun 1980.
- PSHT mengikuti prinsip “Menciptakan Manusia Seutuhnya” dan menekankan pada pengembangan spiritual melalui meditasi dan ajaran-ajaran kebijaksanaan. PSHW mengikuti prinsip “Menuntut dan Mempertahankan Keadilan dalam Kehidupan” dan menekankan pada keadilan dan perlindungan hak asasi manusia.
- Dalam hal filosofi, PSHT lebih fokus pada pengembangan diri dan kesempurnaan manusia secara keseluruhan sementara PSHW lebih fokus pada perjuangan sosial dan hak asasi manusia.
Perbedaan PSHT dan PSHW: Bela Diri
Dalam hal bela diri, kedua organisasi memiliki perbedaan utama dalam teknik dan gaya bela diri. PSHT lebih fokus pada penggunaan teknik pukulan tangan sementara PSHW lebih fokus pada teknik tendangan kaki.
Perbedaan PSHT dan PSHW: Gaya Pakaian
PSHT dan PSHW juga memiliki perbedaan dalam hal gaya pakaian. Anggota PSHT biasanya mengenakan jas merah marun, celana hitam, dan ikat pinggang berwarna emas sementara anggota PSHW biasanya mengenakan jas putih dengan garis-garis hitam dan putih vertikal, celana hitam, dan ikat pinggang hitam.
Perbedaan PSHT dan PSHW: Jumlah Anggota
Organisasi | Jumlah Anggota |
---|---|
PSHT | Lebih dari 20 juta |
PSHW | Tidak diketahui |
PSHT memiliki jumlah anggota yang jauh lebih banyak daripada PSHW. Anggota PSHT dapat ditemukan di seluruh Indonesia dan bahkan di luar negeri sementara PSHW hanya terbatas pada beberapa wilayah di Indonesia.
Perbedaan PSHT dan PSHW
Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Pagar Nusa (PSHW) adalah dua perguruan silat yang populer di Indonesia. Keduanya memiliki sejarah yang panjang dan mempunyai ciri khas masing-masing. Meskipun sama-sama berasal dari Jawa, PSHT dan PSHW memiliki beberapa perbedaan yang mencolok dalam teknik, filosofi, dan organisasi.
Filosofi
- PSHT memiliki filosofi yang berdasarkan pada slogan “setia hati tunduk pada kebenaran”, sedangkan PSHW memiliki filosofi “tangan kanan menjaga tangan kiri”.
- PSHT menekankan pada kesetiaan terhadap guru dan pengembangan diri melalui pengajaran silat, sedangkan PSHW mengajarkan nilai kejujuran, kasih sayang, dan pengabdian pada orang tua.
Teknik
Terkait teknik, PSHT cenderung menggunakan tenaga dalam dan jurus-jurus khas Jawa. Sedangkan PSHW menonjolkan kecepatan dan gerakan lincah. Selain itu, ada perbedaan dalam gerakan tendangan yang digunakan. PSHT menggunakan tendangan yang lebih keras dan mengandalkan tenaga dalam, sedangkan PSHW mengandalkan kecepatan dan teknik tendangan yang presisi.
Organisasi
PSHT dan PSHW sama-sama memiliki struktur organisasi yang terstruktur dengan baik. Namun, ada beberapa perbedaan dalam organisasi keduanya, mulai dari jumlah anggota hingga struktur kepengurusan. PSHT memiliki lebih banyak jumlah anggota dibandingkan PSHW. Selain itu, PSHT memiliki cabang-cabang di seluruh Indonesia dan bahkan di luar negeri, sedangkan PSHW lebih banyak berkumpul hanya di wilayah Jawa.
Kegiatan
PSHT | PSHW |
---|---|
PSHT sering mengadakan latihan fisik, sparring, dan kegiatan sosial. | PSHW lebih banyak mengadakan kegiatan pembinaan karakter, seperti kursus menggambar dan belajar berbahasa Inggris. |
PSHT juga aktif dalam kegiatan olahraga dan pertandingan silat, baik level regional maupun nasional. | PSHW jarang mengikuti kompetisi silat karena lebih menekankan pada bidang pendidikan dan pengembangan karakter. |
Itulah beberapa perbedaan antara PSHT dan PSHW. Meskipun terdapat perbedaan signifikan, kedua perguruan ini memiliki nilai-nilai yang sama-sama penting dalam membentuk karakter seseorang, seperti ketangguhan, kepemimpinan, dan persaudaraan.
Terima Kasih!
Itulah sedikit perbedaan antara PSHT dan PSHW. Semoga artikel ini bisa membantu pembaca untuk lebih mengenal kedua aliran beladiri tersebut. Jangan lupa kunjungi lagi website kami untuk membaca artikel menarik lainnya seputar budaya, seni, dan olahraga. Sampai jumpa!