Saat kita berbicara dalam bahasa Jawa, kita pastinya pernah mendengar tentang istilah ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus. Terdengar membingungkan, tapi sebenarnya cukup sederhana. Istilah tersebut merujuk pada tingkat keformalan bahasa yang kita gunakan dalam percakapan. Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya memiliki bahasa formal dan informal, bahasa Jawa memiliki empat tingkat keformalan.
Ngoko lugu dipakai pada situasi yang santai dan informal, sementara ngoko alus sedikit lebih formal, namun masih cocok digunakan dalam percakapan sehari-hari. Krama lugu dan krama alus adalah tingkat bahasa formal yang biasanya kita gunakan dalam percakapan resmi atau dengan orang yang lebih tua dan berstatus sosial lebih tinggi. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan tingkat keformalan ini dapat bervariasi tergantung pada daerah atau lingkungan masyarakat yang berbeda.
Penggunaan bahasa Jawa yang tepat dan sesuai dengan situasi dapat memberikan kesan yang baik pada pendengar atau lawan bicara. Namun, terkadang kita bingung menggunakan tingkat keformalan yang tepat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami perbedaan ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus agar kita bisa memilih kata yang tepat dalam setiap percakapan. Dengan memahami perbedaan tersebut, kita bisa lebih percaya diri dalam berbicara dengan orang lain dan menghindari kesalahan yang tidak diinginkan.
Pengertian Ngoko Lugu Ngoko Alus Krama Lugu Krama Alus
Dalam Bahasa Jawa terdapat beberapa jenis tutur. Ngoko dan Krama merupakan dua tingkat bahasa Baku tersebut. ngoko berarti bahasa sehari-hari atau bahasa yang lebih kasual, sedangkan krama berarti bahasa yang lebih sopan dan resmi. Kedua jenis tutur ini berbeda dalam penggunaan kata-katanya, yaitu tergantung dari situasi atau konteks tutur yang digunakan.
Ngoko lugu cenderung digunakan oleh mereka yang lebih muda atau lebih dekat secara sosial, dan umumnya digunakan dalam interaksi sehari-hari. Ngoko alus digunakan oleh orang yang lebih tua atau dalam situasi yang lebih resmi, terutama dengan orang yang lebih kaya atau lebih tinggi status sosialnya. Krama lugu digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua atau dalam posisi yang lebih tinggi, sedangkan krama alus digunakan untuk situasi yang sangat resmi seperti upacara adat.
Perbedaan Ngoko Lugu Ngoko Alus Krama Lugu Krama Alus
- Ngoko lugu menggunakan kata-kata yang lebih umum, sedangkan ngoko alus menggunakan kata-kata yang lebih formal.
- Krama lugu menggunakan kata-kata yang lebih sopan, sedangkan krama alus menggunakan kata-kata yang sangat sopan.
- Ngoko lugu dan krama lugu umumnya digunakan dalam interaksi sehari-hari, sedangkan ngoko alus dan krama alus digunakan dalam situasi yang lebih resmi.
Contoh Penggunaan Ngoko Lugu Ngoko Alus Krama Lugu Krama Alus
Sebagai contoh, “aku” dalam bahasa ngoko lugu dapat diubah menjadi “kowé” dalam bahasa ngoko alus dan “dhawah” dalam bahasa krama lugu, serta “dhawahipun” dalam bahasa krama alus. Begitu juga dengan kata-kata lainnya seperti “sudah” yang dapat menjadi “wis” (ngoko lugu), “dhahar” (ngoko alus), “sampun” (krama lugu) atau “sampunipun” (krama alus).
Jenis Tutur | Konteks Penggunaan | Contoh Kalimat |
---|---|---|
Ngoko Lugu | Interaksi sehari-hari | “Aku wis tak ituari nang kene.” (Saya sudah biasa datang ke sini.) |
Ngoko Alus | Situasi yang lebih formal atau dengan orang yang lebih tua atau lebih tinggi status sosialnya | “Kulo sampun ngapunten, endi Gusti?” (Maaf, di mana Bapak?) |
Krama Lugu | Situasi yang lebih resmi dengan orang yang lebih tua atau dalam posisi yang lebih tinggi | “Kami panjenengan sampun nyuwun restuipun nora sare.” (Kami mohon restu yang mulia.) |
Krama Alus | Situasi yang sangat resmi seperti upacara adat | “Kami panjenengan sampun mangaosipun unggah-ungguh tut Wacan.” (Kami memohon ijin untuk memberikan penghormatan kepada Raja.) |
Jadi, dalam Bahasa Jawa terdapat perbedaan antara ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus yang tergantung dari situasi atau konteks tutur yang digunakan. Masing-masing jenis tutur tersebut memiliki penggunaan kata-kata yang berbeda-beda, baik dalam hal tingkat keformalan maupun kekerasan suara yang digunakan.
Perbedaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Madya
Di dalam bahasa Jawa, setiap kata memiliki beberapa ragam bentuk yang digunakan tergantung pada tujuan dan situasi pembicaraan. Ada tiga ragam bahasa dalam bahasa Jawa, yaitu ngoko, krama, dan madya. Berikut penjelasan perbedaan di antara ketiga ragam bahasa tersebut:
- Bahasa Ngoko
- Bahasa Krama
- Bahasa Madya
Bahasa ngoko adalah ragam bahasa yang digunakan untuk berbicara kepada orang yang lebih muda, sama atau lebih rendah statusnya. Contohnya, bahasa ngoko dapat digunakan saat berbicara dengan teman sebaya atau pembantu. Bahasa ngoko juga digunakan untuk berbicara secara santai dan tidak terlalu resmi. Pada umumnya, kata-kata dalam bahasa ngoko lebih sederhana dan terkadang memiliki variasi maupun kebiasaan dalam penulisan tapi hanya untuk pembicaraan lisan saja.
Bahasa krama adalah ragam bahasa yang digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua, lebih tinggi statusnya, atau lebih resmi. Bahasa krama digunakan untuk situasi formal seperti dalam pidato atau surat. Kata-kata dalam bahasa krama lebih formal dan berbeza-beza antara krama lugu dan krama alus serta juga lebih rumit dan terkadang memiliki pola pembentukan kata/kalimat khusus dalam penggunaannya.
Bahasa madya adalah ragam bahasa yang digunakan untuk situasi adat atau upacara adat Jawa. Bahasa madya dianggap sebagai bahasa yang lebih formal dari bahasa ngoko, tetapi kurang formal dari bahasa krama. Bahasa madya biasanya digunakan oleh kaum menengah atau orang yang berada di antara status tinggi dan rendah, serta digunakan dalam konteks tradisi atau budaya. Kebanyakan kata dalam bahasa madya sama dengan krama alus, namun terdapat beberapa perbedaan dan bahasa madya terkadang mempunyai banyak bahasa-bahasa turunan.
Contoh Perbedaan Bahasa Ngoko, Krama, dan Madya
Untuk lebih memahami perbedaan dalam ketiga ragam bahasa Jawa tersebut, berikut adalah contoh kalimat yang ditulis dalam bahasa ngoko, krama, dan madya:
Bahasa Ngoko | Bahasa Krama | Bahasa Madya |
---|---|---|
Sugeng jenenge awakmu pitulo, akhire wis kepengin ketemu karo awakmu. | Sugeng isunipun Manawa gusti prabu Sri Sultan Hamengkubuwana ingkang kabehing nunggil wuwuh, kinasih, lan kaegetan, tetep mugi-mugi kabehipun tetep sehat. | Sugeng Rahayu suwung tur ing temanten, ugi kagem parasanangan upacara adat kenegerian. |
Dalam bahasa ngoko, kalimat tersebut mengandung kata-kata yang lebih sederhana dan terkadang terdapat kelewatan pada tata bahasa. Kalimat dalam bahasa krama menampilkan kata-kata yang lebih formal dan berbahasa tinggi, terkadang bahasa krama memakai variasi kata atau bentuk ini kita kenal dengan tata bahasa Jawa atau aturan-aturan khusus dalam membentuk kata/kalimat. Sementara itu, dalam bahasa madya, terdapat beberapa kata yang sama dengan krama alus, namun tetap berbeda dalam beberapa kata-kata dan sering digunakan dalam upacara adat.
Contoh Kalimat Ngoko Lugu Ngoko Alus Krama Lugu Krama Alus
Ngoko, lugu, alus, dan krama adalah ragam bahasa yang sering digunakan dalam percakapan sehari-hari di Jawa. Setiap ragam memiliki perbedaan tersendiri yang harus dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi. Berikut adalah contoh kalimat dalam setiap ragam:
- Ngoko Lugu
- Sopo jenenge? (Siapa namanya?)
- Aku arep nonton film. (Saya ingin menonton film.)
- Aku iso ngomong Jawa sedikit. (Saya bisa berbicara bahasa Jawa sedikit.)
- Ngoko Alus
- Sapa jenengmu? (Siapa namamu?)
- Aku pengin nonton film. (Saya ingin menonton film.)
- Aku bisa ngomong Jawa sedhikit. (Saya bisa berbicara bahasa Jawa sedikit.)
- Krama Lugu
- Mugi-mugi panjenengan saged ngrungokake jenengku. (Semoga Anda bisa menyebutkan namaku.)
- Kula pingin mateni filmipun. (Saya ingin menonton film.)
- Kula bisa ngomong Jawa sasedhengan. (Saya bisa berbicara bahasa Jawa sedikit.)
- Krama Alus
- Sugeng enjang, kulo sampun trep jumenengipun panjenengan. (Selamat pagi, saya senang bisa bertemu dengan Anda.)
- Kulo prasida neruske kapustaka ring perpustakaanipunipun? (Bisakah saya melanjutkan membaca buku di perpustakaan?)
- Kadosipun, kula prasida kangelaran Jawa sasampunipun. (Maaf, saya belum bisa berbicara bahasa Jawa dengan lancar.)
Dari contoh kalimat di atas dapat dilihat bahwa setiap ragam bahasa memiliki perbedaan dalam cara penulisan dan pengucapan kata. Hal ini memungkinkan untuk membedakan kadar kesopanan atau sopan santun yang diperlukan dalam berkomunikasi dengan orang yang lebih tua, lebih muda, atau yang memiliki jabatan lebih tinggi.
Untuk lebih memperjelas perbedaan antar ragam bahasa Jawa, berikut adalah tabel perbedaan antara ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus:
Ragam Bahasa | Penggunaan | Contoh Kalimat |
---|---|---|
Ngoko Lugu | Digunakan oleh orang yang lebih muda atau sebaya. | Sopo jenenge? (Siapa namanya?) |
Ngoko Alus | Digunakan oleh orang yang lebih senior atau tua. | Sapa jenengmu? (Siapa namamu?) |
Krama Lugu | Digunakan dalam situasi formal seperti rapat atau pertemuan resmi. | Mugi-mugi panjenengan saged ngrungokake jenengku. (Semoga Anda bisa menyebutkan namaku.) |
Krama Alus | Digunakan dalam situasi sangat formal, misalnya saat bertemu dengan raja atau orang besar. | Sugeng enjang, kulo sampun trep jumenengipun panjenengan. (Selamat pagi, saya senang bisa bertemu dengan Anda.) |
Demikianlah perbedaan antara ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus serta contoh kalimat dalam masing-masing ragam bahasa Jawa. Dengan memahami perbedaan ini, diharapkan dapat membantu dalam berkomunikasi dengan benar dan sopan sesuai situasi.
Fungsi Penggunaan Ngoko Lugu Ngoko Alus Krama Lugu Krama Alus
Perbedaan bahasa Jawa memang cukup banyak dan hal ini terlihat dari perbedaan penggunaan bahasa dalam situasi yang berbeda-beda. Ada beberapa jenis bahasa Jawa yang umum digunakan sehari-hari yaitu ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus. Masing-masing jenis bahasa tersebut memiliki fungsi dan penggunaan yang berbeda-beda..
- Ngoko lugu, sering digunakan untuk percakapan sehari-hari antara sesama teman atau antara orang yang lebih muda dengan yang lebih tua. Penggunaan ngoko lugu bisa memberikan kesan akrab dan santai pada percakapan tersebut.
- Ngoko alus, digunakan untuk percakapan sehari-hari antara dua orang yang sebaya atau antara seseorang dengan orang yang lebih muda. Ngoko alus memberikan kesan sopan dan sangat umum digunakan dalam budaya Jawa.
- Krama lugu, digunakan untuk percakapan formal antara seseorang dengan orang yang lebih tua atau yang memiliki posisi lebih tinggi seperti guru atau atasan. Krama lugu memberikan kesan hormat dan sopan pada lawan bicara.
- Krama alus, penggunaannya sangatlah formal dan hanya digunakan pada percakapan sangat resmi seperti pengadilan atau upacara adat. Krama alus memberikan kesan sangat santun dan sangat hormat pada lawan bicara.
Sebagai contoh, ketika seseorang ingin berbicara dengan atasan maka krama lugu atau krama alus akan digunakan. Sedangkan ketika berbicara dengan teman maka ngoko lugu akan digunakan. Hal ini penting untuk menjaga keharmonisan dalam pergaulan sehari-hari.
Selain itu, penggunaan bahasa Jawa dalam situasi yang tepat juga dapat mendukung kesuksesan dalam pergaulan sosial dan bisnis. Sebagai contoh, jika seseorang berniat untuk melakukan bisnis dengan orang Jawa maka penggunaan bahasa Jawa yang benar dapat memberikan kesan positif dan mempererat hubungan bisnis tersebut.
Jenis Bahasa | Fungsi | Situasi Penggunaan |
---|---|---|
Ngoko Lugu | Akrab dan santai | Percakapan sehari-hari antara teman atau orang yang lebih muda dengan yang lebih tua |
Ngoko Alus | Sopan dan umum | Percakapan sehari-hari antara dua orang sebaya atau antara seseorang dengan orang yang lebih muda |
Krama Lugu | Penuh hormat | Percakapan formal antara seseorang dengan orang yang lebih tua atau yang memiliki posisi lebih tinggi |
Krama Alus | Sangat santun dan sangat hormat | Percakapan sangat resmi seperti pengadilan atau upacara adat |
Jadi, penggunaan bahasa Jawa yang sesuai dengan situasi dapat membantu dalam membangun hubungan baik dengan orang-orang di sekitar dan mendukung kesuksesan dalam karir dan bisnis. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang Jawa untuk mempelajari dan menguasai cara menggunakan bahasa Jawa secara benar.
Bagaimana Cara Belajar Menggunakan Bahasa Ngoko, Krama, dan Madya?
Belajar bahasa Jawa tidaklah sulit, terlebih lagi jika kamu sudah menguasai bahasa Indonesia. Namun, untuk menggunakan bahasa Jawa dengan benar, kamu perlu memahami perbedaan antara tingkatan bahasa Jawa seperti ngoko, krama, dan madya. Berikut beberapa tips untuk belajar menggunakan bahasa Jawa:
- Kenali fungsi dari tiap tingkatan bahasa. Ngoko digunakan untuk percakapan sehari-hari yang santai dan informal, sedangkan krama digunakan untuk situasi yang lebih formal seperti dalam rapat atau pidato. Madya merupakan kombinasi antara ngoko dan krama yang digunakan dalam situasi yang lebih santai namun tetap sopan.
- Biasakan membaca dan mendengarkan bahasa Jawa. Kamu bisa membaca buku dalam bahasa Jawa atau mendengarkan lagu atau acara televisi dalam bahasa Jawa untuk mengasah kemampuanmu.
- Buat daftar kosakata yang sering digunakan dalam bahasa Jawa. Kamu bisa mencari di internet atau bertanya kepada orang yang lebih mahir dalam bahasa Jawa.
Selain itu, berikut adalah beberapa contoh kata-kata dalam bahasa Jawa dan artinya:
Bahasa Jawa | Arti |
---|---|
Ngoko Lugu | Sing ngerti. |
Ngoko Alus | Saya mengerti. |
Krama Lugu | Bapak/nggereng mboten ngertos. |
Krama Alus | Bapak/nggereng mengerti. |
Dengan menggunakan bahasa Jawa dengan benar, kamu akan terlihat lebih menghargai budaya dan tradisi Jawa serta dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang menggunakan bahasa Jawa di sekitarmu.
Selamat Belajar Bahasa Jawa!
Itulah perbedaan antara ngoko lugu, ngoko alus, krama lugu, dan krama alus dalam bahasa Jawa. Meski terdengar rumit, bahasa Jawa memang sangat indah dan kaya makna. Dengan mempelajari perbedaannya, kita akan semakin mengenal kearifan lokal dan budaya Jawa. Terima kasih telah membaca artikel ini, sampai jumpa lagi di kesempatan selanjutnya! Jangan lupa, terus tingkatkan kemampuan bahasa Jawa anda dan berbicaralah dengan orang Jawa setiap kesempatan yang ada. Selamat belajar bahasa Jawa!