Ketika kita belajar bahasa Jawa, pasti akan sering mendengar tentang ngoko lugu dan ngoko alus. Meski keduanya dipakai dalam pembicaraan sehari-hari, tapi perbedaannya tak bisa diabaikan begitu saja. Ngoko lugu dipakai ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau pada situasi formal. Sementara ngoko alus dipakai ketika berbicara dengan teman sebaya atau pada situasi yang lebih santai.
Terkadang, penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus bisa membingungkan. Kita mungkin berpikir bahwa ngoko lugu adalah bentuk percakapan yang lebih sopan dan ngoko alus lebih santai. Namun setelah dipelajari lebih jauh, ternyata ada lebih banyak hal yang perlu diketahui. Misalnya, pilihan kata dan cara menyapa lawan bicara perlu diperhatikan mengikuti konteks pembicaraan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang perbedaan ngoko lugu dan ngoko alus. Kita akan membahas contoh-contoh penggunaannya, bagaimana seharusnya kita memilih frase yang tepat, serta tips dan trick untuk menghindari kesalahan yang umum dilakukan ketika menggunakan keduanya. Semoga artikel ini bisa membantu meningkatkan pemahaman kita dalam berbahasa Jawa sehari-hari.
Pengertian Ngoko Lugu dan Ngoko Alus
Ngoko lugu dan ngoko alus adalah dua bentuk bahasa Jawa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Kedua bentuk bahasa ini sering digunakan dalam situasi formal atau informal, dan sering digunakan untuk menunjukkan tingkat kesopanan seseorang.
- Ngoko Lugu adalah bahasa Jawa yang disebut juga sebagai bahasa sehari-hari yang digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih muda atau dalam situasi yang lebih santai. Ngoko lugu sering menggunakan kata-kata sederhana dan bahasa yang lebih mudah dipahami, serta seringkali menggunakan kata-kata yang dipendekkan dari bahasa Jawa asli.
- Ngoko Alus adalah bahasa Jawa formal yang digunakan ketika berbicara dengan orang yang lebih tua atau dalam situasi formal dan resmi. Ngoko alus akan menggunakan kata-kata yang lebih sopan dan formal, serta menghindari kata-kata yang terlalu kasar atau vulgar. Bahasa ini biasanya menggunakan nilai-nilai Jawa untuk menunjukkan kesopanan.
Meskipun kedua bentuk bahasa ini sama-sama merupakan bahasa Jawa, penggunaannya akan berbeda tergantung pada situasi dan siapa yang diadres. Oleh karena itu, penggunaan bahasa yang tepat sangat penting agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.
Contoh Penggunaan Ngoko Lugu dan Ngoko Alus
Saat berkomunikasi dengan orang lain, kita harus memperhatikan cara bicara yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Dalam bahasa Jawa, terdapat dua jenis bahasa yang digunakan yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. Keduanya memiliki perbedaan dalam penggunaan kosakata, tata bahasa, dan tingkat kesopanan. Berikut ini adalah contoh penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus:
- Ngoko Lugu: “Ngendi kamu ngendi?”. Artinya “Kamu ke mana?”.
- Ngoko Alus: “Matur nuwun, mungkin ana palawija kang sumardiyah.”. Artinya “Terima kasih, mungkin ada pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Sumardiyah.”
- Ngoko Lugu: “Neng ngarep kok mangan padhang?” Artinya “Di sana depan, kamu makan apa?”
- Ngoko Alus: “Sugeng Rawuh, Kulo mau ngaturaken pangestu kang apik, sami-sami kita sehat walafiat”. Artinya “Selamat datang, saya ingin memberikan ucapan selamat datang yang baik, semoga kita selalu sehat”.
- Ngoko Lugu: “Mugo dadi bintang witing tresnoku iki”. Artinya “Semoga jadi bintang yang menerangi cintaku ini”.
- Ngoko Alus: “Nggih, kulo srih…sugih dumadi mardikaning Gusti Allah Ta’alaa”. Artinya “Ya, saya harap…hidup sukses dan di ridhoi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa”.
Dari contoh di atas, terlihat perbedaan penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus yang cukup signifikan. Ngoko lugu cenderung bersifat kasual dan digunakan dalam lingkungan yang akrab seperti antara teman sebaya atau keluarga. Sedangkan ngoko alus digunakan dalam situasi formal dan resmi atau ketika berbicara dengan seseorang yang lebih tua atau memiliki status yang lebih tinggi.
Jika masih bingung dalam menggunakan ngoko lugu dan ngoko alus, sebaiknya menghindari menggunakan ngoko lugu karena bisa membuat kesan kurang sopan dan kasar. Selain itu, menggunakan ngoko alus juga bisa membantu meningkatkan keterampilan berbicara sebagai bentuk penghormatan terhadap lawan bicara dan menunjukkan bahwa kita menghargai situasi yang ada.
Perbedaan Bentuk Kata dalam Ngoko Lugu dan Ngoko Alus
Ngoko Lugu dan Ngoko Alus adalah dua gaya bahasa dalam bahasa Jawa yang umumnya digunakan dalam percakapan sehari-hari. Ngoko Lugu adalah gaya bahasa yang lebih kasual dan akrab, sementara Ngoko Alus digunakan saat berbicara dengan orang yang lebih senior atau di situasi formal. Perbedaan antara keduanya tidak hanya terletak pada cara penyampaiannya, tetapi juga dalam bentuk kata-katanya.
- Bentuk Verba: Dalam Ngoko Lugu, kata kerja sering diakhiri dengan akhiran -ne seperti “arepne” (ingin), “dolane” (sudah), dll. Di sisi lain, di dalam Ngoko Alus, akhiran -ne diganti dengan -na seperti “arepna” dan “dolana.”
- Kata Sifat: Di dalam Ngoko Lugu, kata sifat cenderung sederhana dan mudah dipahami, seperti “adhek” yang berarti “luar biasa” atau “kerep” untuk “lelah.” Di dalam Ngoko Alus, anda akan menemukan lebih banyak variasi dan kompleksitas secara linguistik, seperti “mardika” yang artinya “berani” atau “munafik” yang artinya “licik.”
- Bentuk Keterangan: Keterangan dalam Ngoko Lugu sering kali singkat dan mudah diingat, seperti “iki” untuk “ini” atau “itu” untuk “itu.” Dalam Ngoko Alus, keterangan ini dibuat lebih baku dan formal, seperti “ingsun” yang artinya “saya” atau “kangge” yang artinya “untuk.”
Dalam bahasa Jawa, perbedaan antara Ngoko Lugu dan Ngoko Alus sangat penting untuk diingat. Meskipun keduanya terlihat hampir sama, namun dalam konteks yang berbeda, perbedaan bahasa dapat menentukan kesuksesan percakapan.
Ada banyak lagi contoh perbedaan antara Ngoko Lugu dan Ngoko Alus, dan tidak semua orang akan sepakat pada apa yang harus disebut sebagai Ngoko Lugu atau Ngoko Alus. Namun, dengan memahami beberapa perbedaan bahasa jawa dalam setiap jenis bahasa tersebut, dapat membantu meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Jawa, dan memastikan kesuksesan dalam percakapan sehari-hari.
Ngoko Lugu | Ngoko Alus |
---|---|
sopo kowe? | apemangano, Kersa Dalem? |
aku arep olahraga nang lapangan iki | dhawuhe, Gusti? Ingsun kedah durung mirengi dhateng krudhungan. |
ana kancane jutek to? | Tiwas, ya Won? Sira ingkang ngesukake kuwi, pan kulo yen dak luput ing ngarepke nora betah. |
Contoh-contoh ini menunjukkan perbedaan dalam penggunaan bahasa Jawa dan bagaimana keduanya memiliki bentuk dan gaya masing-masing.
Fungsi dan Tujuan menggunakan Ngoko Lugu dan Ngoko Alus
Ngoko Lugu dan Ngoko Alus adalah bentuk Bahasa Jawa yang berbeda dalam penggunaannya. Dalam situasi tertentu, penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus sangat diperlukan untuk menyikapi situasi yang sedang dihadapi oleh penggunanya. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dan tujuan menggunakan ngoko lugu dan ngoko alus.
- Menunjukkan Kesopanan dan Pergaulan
- Mengekspresikan Diri dan Perasaan
- Melambangkan Kedudukan Sosial
Ngoko alus digunakan dalam situasi resmi atau formal dan saat berbicara dengan orang yang lebih senior atau tua. Ngoko alus biasanya disertai dengan logat yang khas dan diucapkan dengan sopan. Sedangkan ngoko lugu digunakan dalam situasi santai atau tidak formal dan saat berbicara dengan orang yang sebaya atau lebih muda.
Ngoko lugu lebih bebas dan santai dalam penggunaannya sehingga cocok untuk mengekspresikan diri dan perasaan. Sementara itu, Ngoko alus lebih sopan dan formal dalam penggunaannya sehingga cocok untuk situasi resmi dan formal.
Penggunaan ngoko alus menunjukkan kedudukan sosial yang lebih tinggi, sedangkan ngoko lugu menunjukkan kedudukan sosial yang lebih rendah. Di dalam masyarakat Jawa, pilihan kata yang tepat sangat diperhatikan karena bisa memengaruhi pandangan orang lain terhadap diri kita.
Untuk lebih memahami perbedaan penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus, berikut ini adalah contoh perbandingan antara keduanya dalam kalimat Bahasa Jawa:
Ngoko Lugu | Ngoko Alus | Terjemahan ke Bahasa Indonesia |
---|---|---|
Aku seng mbokmu dadi sutradara | Kula sami tumrap kabehing Gusti Allah saka Sagunging nyatane nrimo pangestu dadi sutradara | Saya berharap semoga kamu bisa menjadi sutradara |
Aku koiran | Ingkang jumenengake sami mboten titi madya, kulo duwe pitulung miturut ajaran Gusti Allah saka Sagunging nyatane nrimo pangestu ta | Maafkan saya |
Bagaimana Mengidentifikasi Penggunaan Ngoko Lugu dan Ngoko Alus
Dalam bahasa Jawa, penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus sangat penting untuk diperhatikan. Kedua jenis bahasa ini memiliki perbedaan yang signifikan terkait dengan situasi dan konteks dalam pembicaraan. Berikut adalah cara mengidentifikasi penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus:
- Ngoko Lugu
Penggunaan ngoko lugu biasanya diucapkan oleh orang Jawa yang tidak begitu memperdulikan etika dan sopan santun dalam pergaulan sehari-hari. Ngoko lugu juga disebut dengan bahasa kasar karena dala penggunaannya banyak menunjukkan kesan kurang ajar dan sopan santun rendah. Biasanya, ngoko lugu digunakan antar teman sebaya, keluarga, atau orang yang dianggap dekat. Beberapa ciri penggunaan ngoko lugu yaitu:- Pembicaraan lebih santai dan terkesan kurang formal
- Lebih sering menggunakan kata-kata kasar dan kasual
- Pengucapan tidak mendetail
- Ngoko Alus
Sementara ngoko alus atau bahasa halus adalah bahasa yang terkesan lebih sopan dan formal. Penggunaannya sering digunakan pada situasi yang resmi atau formal seperti dihadapan orang yang dihormati atau orang yang lebih tua. Beberapa ciri penggunaan ngoko alus yaitu:- Pembicaraan lebih sopan dan formal
- Lebih sering menggunakan kata-kata yang halus dan baku
- Pengucapan lebih jelas dan konsisten
Mengidentifikasi penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus sangat penting dalam percakapan sehari-hari. Kita harus memahami situasi dan konteks yang tepat dalam menggunakan kedua jenis bahasa ini agar terhindar dari kesalahpahaman atau bahkan kesalahan etika dalam pergaulan. Memahami perbedaan antara ngoko lugu dan ngoko alus juga dapat membantu dalam membangun hubungan interpersonal yang baik dan saling menghormati.
Berikut adalah tabel perbandingan penggunaan ngoko lugu dan ngoko alus:
Ngoko Lugu | Ngoko Alus |
---|---|
Pembicaraan santai dan kurang formal | Pembicaraan sopan dan formal |
Lebih sering menggunakan kata-kata kasar dan kasual | Lebih sering menggunakan kata-kata halus dan baku |
Pengucapan tidak mendetail | Pengucapan lebih jelas dan konsisten |
Dalam situasi formal dan resmi, sebaiknya menggunakan ngoko alus agar terkesan sopan dan menghormati lawan bicara. Namun ketika berbicara dengan teman sebaya atau keluarga bisa menggunakan ngoko lugu dengan tetap memperhatikan konteks dan situasi percakapan.
Terima Kasih Sudah Membaca!
Nah, itulah perbedaan antara ngoko lugu dan ngoko alus yang bisa kamu pelajari. Jangan lupa untuk terus memperdalam pengetahuanmu tentang bahasa Indonesia, ya. Siapa tahu suatu saat kamu akan menjadi seorang penulis yang handal. Untuk itu, kunjungi terus website kami untuk mendapatkan informasi terbaru seputar dunia pendidikan dan bahasa Indonesia. Sampai jumpa di artikel selanjutnya!