Bila kita hendak menulis sebuah artikel, tak hanya isi yang menjadi fokus utama. Namun tata letak, aturan bahasa, dan format penulisan juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. Apalagi bila dimaksudkan untuk diserahkan sebagai tugas kuliah atau publikasi di suatu jurnal. Di sinilah perbedaan mla apa dan iso 690 mulai menarik perhatian.
Ketiga format penulisan yang sering digunakan di dunia akademik ini, masing-masing memiliki karakteristik dan aturan yang berbeda. MLA atau Modern Language Association biasanya digunakan untuk bidang humaniora seperti sastra, sejarah, dan bahasa. Lalu, APA atau American Psychological Association sering dipakai untuk penulisan di bidang sains sosial, psikologi, dan pendidikan. Sementara itu, ISO 690 lebih umum digunakan di Eropa dan biasanya untuk publikasi di jurnal ilmiah.
Mungkin terdengar sepele, namun penggunaan salah satu format penulisan ini bisa memengaruhi hasil akhir dari sebuah tulisan. Oleh karena itu, penting bagi penulis untuk memahami perbedaan mla apa dan iso 690 dan memutuskan format mana yang paling sesuai untuk jenis tulisan yang hendak ditulis.
Pengertian MLA, APA, dan ISO 690
Sebagai seorang penulis, tentunya kita harus tahu tentang beberapa gaya penulisan ilmiah yang ada. Salah satu yang paling umum digunakan adalah MLA, APA, dan ISO 690. Apa itu MLA, APA, dan ISO 690?
- MLA (Modern Language Association): Gaya penulisan MLA biasanya digunakan untuk penulisan karya sastra, humaniora, dan seni. Gaya ini berfokus pada penulisan kutipan dalam teks dan daftar referensi yang terstruktur.
- APA (American Psychological Association): Gaya penulisan APA digunakan dalam penulisan ilmiah dengan fokus pada psikologi dan ilmu sosial. Gaya ini memuat informasi tentang hubungan yang mendasari teori dan metode yang digunakan.
- ISO 690 (International Organization for Standardization): Gaya penulisan ISO 690 merupakan gaya penulisan internasional yang digunakan dalam publikasi akademik dan ilmiah. Gaya ini menetapkan prinsip-prinsip dan prosedur untuk penulisan daftar referensi dan kutipan.
Perbedaan karakteristik antara MLA, APA, dan ISO 690
Saat menulis sebuah karya ilmiah, sangat penting untuk mengetahui dan memahami perbedaan antara berbagai gaya penulisan referensi seperti MLA, APA, dan ISO 690. Berikut ini adalah perbedaan karakteristik antara ketiga gaya referensi tersebut:
- MLA (Modern Language Association):
- Cenderung digunakan pada karya yang berkaitan dengan bahasa, sastra, dan humaniora.
- Memakai nama penulis dalam teks pengutipan dengan nomor halaman di dalam kurung.
- Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan nama belakang penulis.
- APA (American Psychological Association):
- Cenderung digunakan pada karya yang berkaitan dengan ilmu sosial, psikologi, dan pendidikan.
- Memakai nama penulis dan tahun publikasi dalam teks pengutipan.
- Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan nama belakang penulis.
- ISO 690 (International Organization for Standardization):
- Dapat digunakan pada berbagai bidang karya ilmiah.
- Memakai nomor pada daftar pustaka untuk merujuk pada sumber di dalam teks pengutipan.
- Daftar pustaka disusun secara numerik berdasarkan nomor yang tertera di teks pengutipan.
Dengan memahami perbedaan karakteristik antara ketiga gaya referensi tersebut, penulis dapat menentukan gaya penulisan yang sesuai untuk karya ilmiah mereka dan menjaga konsistensi pada seluruh bagian karya.
Jangan lupa untuk selalu memeriksa panduan resmi dari masing-masing gaya referensi untuk mendapatkan informasi lebih detail dan akurat dalam menyusun daftar pustaka.
Gaya Referensi | Cara Pengutipan | Susunan Daftar Pustaka |
---|---|---|
MLA | Nama penulis dan nomor halaman | Alfabetis berdasarkan nama belakang penulis |
APA | Nama penulis dan tahun publikasi | Alfabetis berdasarkan nama belakang penulis |
ISO 690 | Nomor di daftar pustaka | Numerik berdasarkan nomor di teks pengutipan |
Dalam menulis sebuah karya ilmiah, penggunaan gaya penulisan referensi yang sesuai dan benar dapat meningkatkan kredibilitas dan kualitas karya. Selalu pastikan untuk memeriksa panduan resmi gaya referensi dan konsisten dalam menerapkannya.
Cara mengutip sumber menggunakan MLA, APA, dan ISO 690
Dalam penulisan akademik, mengutip sumber merupakan langkah penting dalam menyajikan informasi dengan baik dan menunjukkan keabsahan klaim yang dibuat. Ada beberapa format yang bisa digunakan untuk mengutip sumber, termasuk MLA (Modern Language Association), APA (American Psychological Association), dan ISO 690 (International Organization for Standardization).
Berikut ini adalah cara mengutip sumber menggunakan masing-masing format:
- MLA
- Untuk buku:
- Penulis, Judul buku, Penerbit, Tahun terbit.
- Contoh: Johnson, Robert. Into the Wild. Random House, 1996.
- Untuk artikel jurnal:
- Penulis, “Judul artikel,” Nama jurnal, Volume, Nomor, Tahun terbit, Halaman.
- Contoh: Smith, John. “The Effects of Climate Change,” Nature, vol. 541, no. 7635, 2017, pp. 58-67.
- APA
- Untuk buku:
- Penulis, Tahun terbit, Judul buku, Penerbit.
- Contoh: Johnson, R. (1996). Into the Wild. Random House.
- Untuk artikel jurnal:
- Penulis, Tahun terbit, Judul artikel, Nama jurnal, Volume, Nomor, Halaman.
- Contoh: Smith, J. (2017). The Effects of Climate Change. Nature, 541(7635), 58-67.
- ISO 690
- Untuk buku:
- Penulis, Judul buku. Penerbit, Tahun terbit.
- Contoh: Johnson, Robert. Into the Wild. Random House, 1996.
- Untuk artikel jurnal:
- Penulis. Judul artikel. Nama jurnal, Volume (Nomor), Halaman. Tahun terbit.
- Contoh: Smith, John. The Effects of Climate Change. Nature, vol. 541 (no. 7635), pp. 58-67, 2017.
Dalam menggunakan format ini, pastikan untuk memperhatikan detail seperti penulisan nama penulis dan judul buku/artikel yang benar, serta penulisan tanggal dan halaman yang sesuai. Dengan mengutip sumber dengan benar, kita bisa memberikan kehormatan pada karya orang lain dan juga menjaga kepercayaan pembaca terhadap klaim yang kita buat.
Perlu diingat bahwa format yang digunakan mungkin berbeda-beda tergantung pada bidang studi dan jenis dokumen yang digunakan. Oleh karena itu, sebaiknya pastikan untuk memeriksa panduan pengutipan yang sesuai dengan area studi dan kebutuhan pribadi kita.
Format | Contoh |
---|---|
MLA | Johnson, Robert. Into the Wild. Random House, 1996. |
APA | Johnson, R. (1996). Into the Wild. Random House. |
ISO 690 | Johnson, Robert. Into the Wild. Random House, 1996. |
Sumber: Ferriss, T. (2016). Tools of Titans. Houghton Mifflin Harcourt.
Kelebihan dan Kekurangan MLA, APA, dan ISO 690
Pada dasarnya, MLA, APA, dan ISO 690 adalah tiga format kutipan yang paling sering digunakan dalam penulisan akademis. Setiap format memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut:
- Kelebihan dan Kekurangan MLA
- Kelebihan dan Kekurangan APA
- Kelebihan dan Kekurangan ISO 690
MLA umumnya digunakan dalam disiplin ilmu humaniora seperti sastra, bahasa, dan seni. Kelebihan dari format ini adalah lebih mudah dipahami dan digunakan, dan memiliki panduan yang lengkap dan terperinci. Namun, kekurangan dari MLA adalah bahwa kurang sesuai untuk bidang ilmu yang lebih teknis seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, karena kurangnya fleksibilitas dalam format.
APA adalah format yang paling sering digunakan dalam penelitian sosial dan ilmu kesehatan. Kelebihan dari format ini adalah bahwa lebih tepat untuk disiplin ilmu ini dan memiliki panduan yang sangat rinci, termasuk contoh format kutipan yang jelas dan mudah diikuti. Namun, kekurangan dari APA adalah bahwa format tersebut cenderung kaku dan kurang fleksibel, membuat sedikit kesulitan dalam mengadaptasi format tersebut dengan topik yang tidak lazim.
ISO 690 adalah standar internasional untuk penulisan akademis yang sering digunakan di Eropa dan beberapa negara lainnya. Kelebihan dari format ini adalah bahwa ia memiliki panduan yang sangat terperinci, terutama dalam kutipan sumber, dan memungkinkan format yang lebih kreatif dan fleksibel. Namun, kekurangannya adalah bahwa ISO 690 mungkin kurang dikenal dan dipahami di negara-negara tertentu, dan memerlukan beberapa penyesuaian untuk dipahami dan digunakan.
Perbedaan MLA, APA, dan ISO 690 dalam Kutipan
Kutipan sumber dalam MLA dan APA menggunakan metode yang serupa, menggunakan “data nama tarikh” dalam referensi dalam teks, diikuti oleh sebuah daftar pustaka di akhir dokumen. Beberapa perbedaan antara MLA dan APA termasuk penggunaan tanda kutip untuk kutipan langsung dan kutipan merujuk terhadap sumber sekunder.
Format | Tanda Kutip | Kutipan Sumber Sekunder |
---|---|---|
MLA | Kutipan langsung dan tidak langsung | Diperbolehkan |
APA | Kutipan langsung dan tidak langsung | Tidak diperbolehkan |
Sementara itu, ISO 690 memiliki empat sistem penulisan referensi, termasuk kutipan numerik yang terlihat seperti ini: [1]. ISO 690 juga memiliki banyak peraturan dan panduan bagi penulis, terutama dalam pemilihan referensi dan kutipan.
Penggunaan MLA, APA, dan ISO 690 dalam kurikulum akademik.
Di dalam dunia akademik, terdapat beberapa format penulisan referensi yang sering digunakan seperti MLA (Modern Language Association), APA (American Psychological Association), dan ISO 690 (International Organization for Standardization). Ketiga format tersebut memiliki perbedaan dan digunakan dalam berbagai disiplin ilmu. Berikut penjelasan penggunaan ketiga referensi tersebut di dalam kurikulum akademik:
- MLA (Modern Language Association)
Format penulisan referensi MLA sering digunakan di dalam disiplin sosiologi, sastra, dan humaniora. Biasanya digunakan untuk menulis artikel jurnal, buku, esai, atau makalah lainnya di bidang-bidang tersebut. Format MLA mengutamakan konsistensi dan sistematika penulisan yang rapi serta penyebutan sumber referensi dalam teks. - APA (American Psychological Association)
Format penulisan referensi APA sering digunakan di dalam disiplin psikologi, pendidikan, dan ilmu sosial lainnya. Pada umumnya, format APA digunakan untuk menulis artikel jurnal, buku atau makalah yang berisi hasil penelitian atau data empirik. Format APA menekankan keakuratan penulisan referensi dan fokus pada informasi tentangnya. - ISO 690 (International Organization for Standardization)
ISO sering digunakan dalam disiplin ilmu eksakta dan teknik. ISO membahas otentikasi dan integritas sumber daya elektronik dan menekankan penggunaan URL dalam situs web.
Tiap disiplin ilmu memiliki preferensi tersendiri dalam penggunaan format referensi yang digunakan. Itulah mengapa, sebelum melakukan penulisan, seseorang harus memperhatikan format apa yang diminta dan belajar cara menulis referensi dengan benar. Penggunaan format yang tepat dapat mempengaruhi kualitas tulisan dan penilaian dari dosen atau editor.
Kaitannya dengan kurikulum akademik, mahasiswa seringkali diminta untuk menulis makalah di dalam format referensi yang ditentukan oleh dosen. Oleh karena itu, sangat penting bagi mahasiswa untuk memahami setiap format referensi, terutama dalam penulisan tugas akhir dan pencapaian gelar sarjana mereka.
Format Referensi | Bidang Disiplin Ilmu yang Sering Menggunakan |
---|---|
MLA | Sastra, Sosiologi, Humaniora |
APA | Psikologi, Pendidikan, dan Ilmu Sosial Lainnya |
ISO | Ilmu Eksakta dan Teknik |
Dalam kesimpulannya, penggunaan format referensi seperti MLA, APA, dan ISO dalam kurikulum akademik sangatlah penting untuk dipahami oleh mahasiswa. Setiap format referensi memiliki perbedaan serta ketentuan yang berbeda-beda dan dapat mempengaruhi kualitas tulisan dan penilaiannya. Maka, pemahaman dasar tiap format referensi sangatlah penting, terutama bagi mahasiswa yang ingin meraih cita-cita dan menyelesaikan studi mereka dengan baik.
Sampai Jumpa, dan Terima Kasih Telah Membaca!
Sekarang kalian sudah tahu beberapa perbedaan antara MLA, APA, dan ISO 690. Jangan malu-malu untuk bertanya pada dosen atau mentor kalian jika kalian masih bingung. Dan jangan lupa, selalu gunakan referensi yang sesuai dengan format yang diperlukan pada tugas kalian. Terima kasih sudah membaca artikel ini, dan jangan lupa untuk berkunjung lagi ke situs ini lain kali!