Salam sejahtera sahabat pembaca! Perbedaan islam sunni dan syiah telah menjadi topik yang sering dibicarakan dalam konteks agama di Indonesia. Hal ini telah menimbulkan berbagai pertanyaan dan keraguan bagi masyarakat Indonesia mengenai perbedaan kedua aliran ini. Oleh karena itu, pada artikel kali ini, kita akan membahas secara mendalam perbedaan antara islam sunni dan syiah, serta apa yang membedakan kepercayaan kedua aliran tersebut.
Sebelum kita membahas lebih jauh perbedaan antara islam sunni dan syiah, kita harus terlebih dahulu memahami sejarah kedua aliran ini. Apa yang membedakan sunni dan syiah sebenarnya bermula dari krisis kepemimpinan dalam umat islam setelah kematian Rasulullah. Hal ini menyebabkan terjadinya perpecahan politik dalam umat islam, yang kemudian memunculkan dua aliran yang berbeda dalam kepercayaan dan praktek keagamaan.
Dalam artikel ini, kita akan membahas perbedaan islam sunni dan syiah dari segi kepercayaan, doktrin, hukum syariah, dan berbagai hal lainnya. Di samping itu, kita juga akan membahas berbagai isu sensitif yang sering menjadi perdebatan di dalam umat islam, seperti masalah kepemimpinan, pengakuan terhadap hadis, dan konflik politik di negara-negara dengan mayoritas penduduk muslim. Jadi, mari kita mulai membahas perbedaan islam sunni dan syiah secara mendalam!
Sejarah perpecahan Islam Sunni dan Syiah
Perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah bermula ketika Nabi Muhammad wafat. Sunni dan Syiah memiliki pandangan yang berbeda mengenai siapa yang seharusnya memimpin umat Islam sebagai khalifah setelah Nabi Muhammad meninggal.
Pada masa itu, mayoritas umat Islam setuju bahwa Abu Bakar, sahabat karib Nabi Muhammad, adalah khalifah yang sah dan sah menjadi penerusnya. Namun, sekelompok Muslim, yang kemudian menjadi Syiah, percaya bahwa Ali bin Abu Thalib, sepupu Nabi Muhammad dan menantu nya, seharusnya diangkat sebagai khalifah pertama.
Perbedaan pandangan ini menjadi semakin jelas ketika Ali menjadi khalifah keempat. Kelompok yang kemudian menjadi Sunni memilih khalifah lainnya, sedangkan kelompok Syiah menjadi pendukung Ali. Akhirnya, konflik di antara kedua kubu menjadi semakin intens dan memuncak pada Perang Jamal dan Perang Shiffin, yang terjadi pada abad ke-7 Masehi.
Faktor-faktor Pemicu Perpecahan
- Perbedaan pandangan mengenai pemimpin umat Islam setelah Nabi Muhammad wafat
- Persepsi terhadap keluarga Nabi Muhammad
- Perbedaan dalam praktek keagamaan
Perbedaan dalam Praktek Keagamaan
Banyak orang menganggap perbedaan antara Sunni dan Syiah ada pada keyakinan keagamaan dan doktrin, tetapi faktanya, perbedaan terbesar terletak pada praktek keagamaan sehari-hari.
Sebagai contoh, Syiah mengadakan festival berduka cita pada setiap tanggal 10 Muharram untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad, Imam Hussain. Sementara itu, Sunni tidak memperingati peristiwa ini. Selain itu, Syiah juga memiliki praktek-praktek keagamaan yang tidak ditemukan di dalam Islam Sunni.
Tabel Perbedaan Utama antara Sunni dan Syiah
Sunni | Syiah |
---|---|
Mayoritas di dunia Islam | Minderitas di dunia Islam |
Tidak mempercayai konsep imamah atau kepemimpinan keturunan Nabi Muhammad | Mempunyai konsep imamah atau kepemimpinan keturunan Nabi Muhammad |
Mempunyai empat mazhab hukum: Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali | Mempunyai satu mazhab hukum: Jaafari |
Perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak hanya sekadar masalah pandangan keagamaan, tetapi juga mencakup sejarah, budaya, dan politik. Meskipun perbedaan-perbedaan ini, kedua kelompok ini tetap merupakan bagian dari umat Islam yang satu, dan harus tetap hidup berdampingan secara damai.
Perbedaan keyakinan dalam Islam Sunni dan Syiah
Islam Sunni dan Syiah adalah dua cabang utama dari Islam, yang memiliki perbedaan keyakinan yang signifikan. Perbedaan ini muncul setelah kematian Nabi Muhammad dan terus berkembang seiring waktu. Berikut adalah beberapa perbedaan keyakinan antara Islam Sunni dan Syiah.
- Konsep kepemimpinan : Salah satu perbedaan kunci antara Islam Sunni dan Syiah adalah dalam konsep kepemimpinan. Sunni memilih kepemimpinan melalui suara mayoritas, sementara Syiah percaya bahwa kepemimpinan hanya bisa dilakukan oleh keturunan Nabi Muhammad dan dipilih oleh Allah. Oleh karena itu, Syiah memiliki Imam, sementara Sunni memiliki Khalifah.
- Perbedaan dalam praktek keagamaan : Selain perbedaan dalam konsep kepemimpinan, Sunni dan Syiah juga memiliki perbedaan dalam praktik keagamaan. Salah satu contohnya adalah dalam salat, Sunni dan Syiah memiliki beberapa perbedaan dalam cara salat dan jumlah rangkaian salat.
- Perbedaan dalam sumber otoritas : Sunni dan Syiah juga memiliki perbedaan dalam sumber otoritas keagamaan mereka. Sunni mengandalkan hadis dan Sunnah Nabi sebagai sumber otoritas mereka, sedangkan Syiah lebih percaya pada otoritas dari Imam mereka.
Dalam Islam Sunni dan Syiah, ada perbedaan yang signifikan dalam keyakinan dan praktik keagamaan. Namun, meskipun terdapat beberapa perbedaan, kedua cabang Islam ini masih memiliki banyak prinsip yang sama dan persamaan dalam keyakinan fundamental Islam.
Untuk lebih memahami perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah, selayaknya melihat tabel perbedaan berikut:
Islam Sunni | Islam Syiah |
---|---|
Memilih kepemimpinan melalui suara mayoritas (Khalifah) | Keyakinan kepemimpinan hanya bisa dilakukan oleh keturunan Nabi Muhammad (Imam) |
Mengandalkan hadis dan Sunnah Nabi sebagai sumber otoritas keagamaan | Lebih percaya pada otoritas dari Imam mereka |
Salat dilakukan secara empat atau lima rangkaian | Salat dilakukan secara tiga rangkaian, dan dengan sedikit perbedaan dalam cara berdiri, ruku, dan sujud |
Perbedaan tersebut memberikan gambaran singkat tentang perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah dan bisa membantu memahami bagaimana kedua cabang Islam tersebut memiliki perbedaan dalam keyakinan dan praktik keagamaan.
Implementasi Islam Sunni dan Syiah di Negara-Negara Muslim
Perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah bukan hanya terletak pada pemahaman ajaran dan pandangan politik, tetapi juga tercermin dalam cara mereka mempraktekkan agama ini di negara-negara Muslim. Berikut beberapa perbedaan implementasi antara Islam Sunni dan Syiah dalam negara-negaranya:
- Iran
Iran menjadi satu-satunya negara di dunia yang mayoritas penduduknya beragama Syiah. Karena itu, implementasi agama di sana sangat dipengaruhi oleh pengaruh Syiah. Di bawah kepemimpinan Ruhollah Khomeini pada 1979, Iran menganut konsep “Wilayah Faqih” atau “Kepemimpinan Ulama”, di mana seorang pemimpin agama berkuasa penuh atas negara dan rakyatnya. Konsep ini bertentangan dengan konsep Sunni, yang mengakui pemerintah sekuler dan menganjurkan pemisahan agama dan negara. - Arab Saudi
Arab Saudi dikenal sebagai negara dengan mayoritas Sunni yang konservatif dalam penerapan ajaran agama. Mereka menganut konsep “Wahabi”, suatu paham yang menekankan pada kepatuhan terhadap hukum Islam yang berasal dari Al-Quran dan Hadis. Arab Saudi dikelola oleh keluarga kerajaan, yang secara terbuka mendukung dan mempraktekkan ajaran Sunni di negara mereka. - Irak
Irak, sebelum dihancurkan oleh Perang Teluk pada tahun 1991 dan invasi Amerika Serikat pada tahun 2003, memiliki sejarah Islam Sunni yang kaya dan kuat. Akan tetapi, setelah runtuhnya Saddam Hussein, seorang Sunni, Syiah kembali berkuasa di Irak. Hal tersebut membawa perubahan besar dalam implementasi agama di Irak. Kini, Syiah menjadi kekuatan utama di negara ini, bahkan diharapkan untuk mewujudkan kedamaian dan stabilitas di Irak pasca konflik yang panjang.
Perbedaan dalam Ibadah dan Tradisi
Selain perbedaan dalam konsep kepemimpinan agama, Sunni dan Syiah juga memiliki perbedaan dalam ibadah dan tradisi keagamaan mereka. Beberapa perbedaan tersebut antara lain:
- Salah satu perbedaan terbesar terdapat dalam cara mereka melaksanakan ibadah haji. Syiah menambahkan dua rakaat doa setelah rakaat terakhir shalat dzuhur dan memanjatkan doa kepad ayat Suci Al Qur’an secara khusus, sedangkan Sunni mengikuti peraturan yang telah ditetapkan sejak dahulu.
- Ada perbedaan juga dalam selebrasi Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Syiah menambahkan satu rakaat shalat Idul Fitri dan tiga rakaat shalat Idul Adha, dimana Sunni menekankan pada pelaksanaan salat berjemaah di lapangan terbuka dengan lebih banyak orang.
Peran Kepercayaan dalam Implementasi Agama
Perbedaan mendasar falsafah antara Sunni dan Syiah tercermin dalam konsep kepemimpinan agama dan cara pelaksanaan ibadah tertentu. Namun, kepercayaan yang lebih luas juga berperan dalam mendorong implementasi agama di negara-negara Muslim. Beberapa faktor kepercayaan yang dapat mempengaruhi praktik agama di suatu negara termasuk histori seni, politik, dan kebudayaan.
Kepercayaan Sunni | Kepercayaan Syiah |
---|---|
Sunni mengacu kepada kelompok Muhammad dan para khalifah pertama sebagai panduan dan otoritas agama. | Syiah lebih cenderung meyakini adanya imam tertentu sebagai otoritas keagamaan. |
Sunni sering memakai pengaruh sufisme dalam praktik keagamaan dan mencari wali sebagai guru spiritual mereka. | Syiah mencari inspirasi dalam syair dan seni sufi, sehingga praktik keagamaan mereka mencerminkan pengaruh kultural ini. |
Kurang adanya pemahaman atas otoritas keagamaan dan peran ulama dalam menentukan aturan keagamaan. | Mempercayai pandangan para ulama sebagai wahana untuk memahami ayat-ayat Al-Quran yang kontroversial. |
Meskipun begitu, perbedaan implementasi antara Sunni dan Syiah sejatinya tidak merusak nilai-nilai dasar Islam. Semua kelompok tersebut mempercayai Tuhan sebagai satu-satunya tujuan pada akhirnya, dan keyakinan ini menjadi titik temu dari semua bentuk pengamalan agama Islam.
Konflik antara Islam Sunni dan Syiah di Timur Tengah
Perbedaan pandangan antara Islam Sunni dan Syiah telah menyebabkan konflik yang panjang di Timur Tengah. Meski Islam adalah agama mayoritas di wilayah tersebut, perbedaan dalam keyakinan dan praktik keagamaan telah menjadi sumber ketegangan dan konflik antara kelompok-kelompok ini.
Beberapa faktor yang memperparah konflik antara Islam Sunni dan Syiah di Timur Tengah meliputi:
- Perbedaan dalam pandangan politik dan pemahaman agama antara Sunni dan Syiah.
- Tensi dan persaingan untuk menguasai wilayah dan sumber daya di Timur Tengah.
- Pembagian politik di antara negara-negara Muslim yang dikendalikan Sunni dan Syiah.
Konflik-konflik antara Sunni dan Syiah di Timur Tengah telah terjadi dalam beberapa bentuk, termasuk perang saudara, serangan teroris, dan ketegangan politik. Contohnya, serangan teror sejak 2003 di Iraq melibatkan kelompok-kelompok Sunni dan Syiah yang terlibat dalam konflik kekuasaan. Konflik di Suriah dan Yaman juga memiliki akar perbedaan agama Sunni dan Syiah.
Perbedaan Keyakinan antara Sunni dan Syiah
Secara umum, perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah berasal dari perbedaan keyakinan dalam memilih pemimpin yang menggantikan Nabi Muhammad setelah wafat. Sunni menganggap pemimpin harus dipilih oleh umat muslim, sedangkan Syiah percaya pemimpin harus berasal dari keluarga Nabi Muhammad.
Perbedaan pandangan ini menyebabkan perbedaan dalam praktek keagamaan dan pemahaman politik. Sunni dan Syiah memiliki buku-buku kitab suci yang sama, yakni Al-Quran, tetapi Syiah memiliki kitab lain yang disebut Hadits, yang mendokumentasikan riwayat kehidupan Nabi Muhammad dan ajarannya.
Perbedaan Praktek Keagamaan antara Sunni dan Syiah
Perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah juga terlihat dalam praktik keagamaan, seperti ibadah, perayaan, dan tradisi keagamaan. Beberapa perbedaan praktik keagamaan antara Sunni dan Syiah meliputi:
Islam Sunni | Islam Syiah |
---|---|
Tidak melakukan Shalat Jumat | Melakukan Shalat Jumat |
Mengadakan tiga hari perayaan Id ul-fitr | Mengadakan sepuluh hari perayaan Ashura |
Tidak memperbolehkan ziarah ke makam | Melakukan ziarah ke makam para Imam dan sahabat Nabi Muhammad |
Meskipun perbedaan ini tampak kecil, tetapi telah menyebabkan perpecahan dan konflik antara Islam Sunni dan Syiah di Timur Tengah. Maka, diharapkan adanya pemahaman yang lebih baik di antara kelompok-kelompok ini, sehingga dapat mendorong perdamaian dan kerjasama di wilayah tersebut.
Keterlibatan Politik Dalam Perbedaan Islam Sunni dan Syiah
Perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah tidak hanya berkaitan dengan keyakinan keagamaan saja, tetapi telah melibatkan isu politik yang rumit. Bahkan, beberapa peristiwa politik telah memperdalam jurang antara Sunni dan Syiah di beberapa negara.
- Asal Mula Perpecahan
- Peran Para Penguasa Politik
- Pengaruh Timur Tengah
Perbedaan antara Sunni dan Syiah kembali ke awal sejarah Islam, ketika para Muslim berselisih tentang siapa yang harus menjadi pengganti Nabi Muhammad setelah wafatnya. Sebagian Muslim lebih memilih menentukannya melalui syura, sedangkan yang lainnya lebih memilih untuk memilih Ahlul Bait (keluarga Nabi).
Para penguasa politik terkadang memperkuat perbedaan tersebut, baik melalui dukungan yang mereka berikan kepada kelompok tertentu, atau dengan cara meredam kelompok lainnya. Dalam beberapa kasus, pemerintah bahkan mempersekusi atau menindas kelompok minoritas.
Sejak beberapa dekade terakhir ini, banyak konflik politik di Timur Tengah yang memperdalam perbedaan antara Sunni dan Syiah. Konflik seperti di Suriah, Yemen, Iraq, dan Bahrain telah memunculkan aksi kekerasan dan konflik antara dua kelompok ini.
Perbedaan Keyakinan Keagamaan
Perbedaan dalam keyakinan keagamaan juga mempengaruhi perbedaan antara Islam Sunni dan Syiah. Salah satu perbedaan kunci adalah dalam hal suksesi kepemimpinan Islam.
Islam Sunni | Islam Syiah |
---|---|
Believe in the caliphate system of leadership | Believe in the Imamate system of leadership |
Follow the first four caliphs of Islamic history | Believe in the divine appointment of Ali and his descendants as leaders |
Selain itu, ada perbedaan dalam praktik keagamaan seperti sholat, puasa, dan zakat. Meskipun begitu, banyak praktik keagamaan penting yang sama antara Sunni dan Syiah.
Akibat Perbedaan Terhadap Masyarakat
Perbedaan politik dan keagamaan antara Sunni dan Syiah telah menyebabkan banyak dampak pada masyarakat. Beberapa di antaranya adalah:
- Pembentukan Lembaga Keagamaan yang Berbeda
- Penekanan pada Identitas Keagamaan
- Aksi Kekerasan Antar Kelompok
Sunni dan Syiah memiliki lembaga keagamaan yang berbeda, dengan panduan dan praktik keagamaan yang berbeda juga. Ini membingungkan bagi masyarakat non-Muslim dalam memahami perbedaan antara keduanya.
Beberapa kelompok dan individu telah menekankan identitas keagamaan mereka di atas identitas nasional mereka. Hal ini terkadang memperkuat perbedaan agama dan memperdalam jurang di antara kedua kelompok.
Serangan dan konflik antara Sunni dan Syiah telah terjadi di beberapa negara, yang seringkali melibatkan aksi kekerasan dan terorisme.
Intinya, perbedaan Sunni dan Syiah tidak mendefinisikan Islam secara keseluruhan
Jangan sampai perbedaan pandangan ini memecah-belah umat Islam. Sebagai muslim, kita harus saling menghargai perbedaan dan belajar tentang keberagaman agama kita. Tentunya, artikel ini hanya memberikan sedikit informasi tentang perbedaan Sunni dan Syiah. Masih ada banyak hal yang bisa dipelajari mengenai Islam dan tinjauan pada perbedaan pandangan dalam Islam. Terima kasih telah membaca artikel ini dan semoga bermanfaat bagi Anda. Jangan lupa untuk mengunjungi website kami untuk membaca artikel menarik selanjutnya. Sampai jumpa!