Perbedaan GFR dan eGFR: Apa yang Perlu Anda Ketahui?

Ketika mengalami masalah dengan ginjal kita sering mendengar istilah GFR dan eGFR. Apa sih sebenarnya perbedaan diantara keduanya? Mari kita bahas satu per satu agar tidak terjadi salah kaprah dalam memahami kedua istilah tersebut.

GFR atau Glomerular Filtration Rate secara sederhana bisa diartikan sebagai tes untuk mengetahui seberapa baik ginjal bekerja dalam menyaring limbah dari darah. Tes ini melibatkan pengambilan sampel darah dan urine untuk dikalkulasikan seberapa cepatnya darah dapat disaring oleh glomerulus pada ginjal. Sedangkan eGFR atau estimated GFR merupakan metode yang lebih modern dalam menghitung GFR, dilakukan dengan cara memasukkan data seperti usia, jenis kelamin, berat badan, kadar kreatinin, dan faktor-faktor lainnya ke dalam rumus tertentu.

Kedua istilah tersebut sering digunakan dalam dunia medis untuk mengevaluasi kinerja ginjal dan kemampuannya menyingkirkan limbah dari dalam tubuh. Mengetahui perbedaan di antara keduanya akan membantu kita dalam memahami hasil tes GFR atau eGFR kita sendiri dan menentukan tindakan yang harus diambil. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memperdalam pengetahuan tentang ginjal dan bagaimana cara kerjanya.

Pengertian GFR dan eGFR

GFR atau Glomerular Filtration Rate merupakan ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa baik ginjal bekerja dalam menyaring limbah dan zat berbahaya dari darah. Dalam sebuah tes GFR, dokter akan memeriksa seberapa cepat ginjal mengambil sampel darah dan membersihkannya.

eGFR atau estimated GFR adalah perkiraan GFR yang dihitung berdasarkan tingkat kreatinin dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa yang dihasilkan oleh otot kita. Semakin efisien ginjal kita dalam menyaring darah, semakin sedikit kreatinin yang akan ada dalam darah.

  • GFR adalah pengukuran langsung tingkat filtrasi darah melalui ginjal, sedangkan eGFR diperkirakan tingkat filtrasi berdasarkan tingkat kreatinin dalam darah.
  • Hasil tes GFR biasanya digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan ginjal, sedangkan hasil tes eGFR bisa digunakan untuk memantau penyakit ginjal kronis.
  • Tes GFR membutuhkan pengambilan sampel darah dan bisa menjadi tidak akurat jika kondisi pasien tidak stabil, sementara tes eGFR hanya memerlukan hasil tes kreatinin yang umumnya diukur dalam tes darah yang rutin.

Fungsi GFR dan eGFR

GFR atau glomerular filtration rate adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui seberapa efektif ginjal bekerja dalam menyaring darah. Semakin tinggi GFR, semakin baik ginjal dalam mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh. Sedangkan eGFR atau estimated GFR adalah sebuah formula atau rumus yang digunakan untuk memperkirakan GFR berdasarkan usia, jenis kelamin, ras, dan level kreatinin dalam darah.

  • GFR merupakan ukuran standar untuk menilai fungsi ginjal seseorang
  • eGFR digunakan untuk memperkirakan GFR tanpa melakukan tes urine atau tes darah khusus
  • eGFR bisa digunakan untuk mengidentifikasi risiko penyakit ginjal atau memantau kondisi pasien dengan penyakit ginjal

Beberapa penyakit atau kondisi kesehatan seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa mempengaruhi GFR seseorang dan memperburuk fungsi ginjal yang sudah menurun. Oleh karena itu, pengukuran GFR dan eGFR menjadi penting untuk mengetahui kondisi kesehatan ginjal dan mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan.

Tabel berikut menunjukkan kategori GFR berdasarkan prediksi eGFR:

Kategori eGFR (mL/min/1.73 m2)
Normal atau Tinggi >90
Sedang 60-89
Rendah 30-59
Sangat Rendah <30

Jika eGFR seseorang berada di bawah 60 mL/min/1,73m2, hal tersebut dapat menunjukkan penurunan fungsi ginjal dan perlu dipantau lebih lanjut oleh dokter.

Cara Mengukur GFR dan eGFR

Jika Anda ingin mengetahui seberapa sehatnya ginjal Anda, Anda dapat mengukur GFR (Glomerular Filtration Rate) atau eGFR (Estimated Glomerular Filtration Rate). GFR adalah laju filtrasi dari darah oleh ginjal yang diperlukan untuk menghilangkan limbah dari tubuh. Sedangkan eGFR adalah hasil estimasi dari GFR berdasarkan usia dan kadar kreatinin dalam darah. Berikut adalah cara mengukur GFR dan eGFR:

  • Mengukur GFR melalui tes darah. Dalam proses ini, dokter akan memeriksa kandungan zat sederhana seperti kreatinin dalam darah yang dapat mengindikasikan bagaimana fungsi ginjal bekerja. Hasil tes ini akan menunjukkan berapa banyak darah yang diproses oleh ginjal dalam satu menit.
  • Mengukur GFR melalui tes urine. Tes urine ini akan menilai jumlah protein dan campuran zat dalam urine. Jumlahnya akan digunakan untuk menghitung laju filtrasi ginjal.
  • Menghitung eGFR melalui kalkulator online. Pada umumnya, tes darah untuk menghitung eGFR mencakup aspek seperti usia, jenis kelamin, berat badan, dan sejarah penyakit.

Perbedaan GFR dan eGFR

GFR adalah tes langsung menghitung laju filtrasi ginjal, sedangkan eGFR merujuk pada hasil estimasi berdasarkan faktor-faktor tertentu dalam tes darah. Kedua tes ini sama-sama penting untuk menilai fungsi ginjal seseorang, karena GFR merupakan patokan utama dalam memperkirakan fungsi ginjal manusia. Namun, eGFR memiliki lebih banyak keuntungan untuk digunakan dalam pengukuran karena lebih mudah dilakukan dan tidak terlalu memakan waktu, sementara tes GFR berkepanjangan dan memerlukan dokter ahli untuk menginterpretasikan hasilnya.

Interpretasi Hasil GFR dan eGFR

Hasil tes GFR dan eGFR diberikan dalam bentuk angka, dan semakin tinggi angka tersebut, semakin baik fungsi ginjal seseorang. Namun, setiap orang memiliki level normal yang berbeda-beda tergantung pada faktor tertentu seperti usia, jenis kelamin, dan berat badan.

Kategori GFR (ml/min/1,73 m2) eGFR (ml/min/1,73 m2)
Normal >= 90 >= 90
Ringan 60-89 60-89
Sedang 45-59 45-59
Berat 30-44 30-44
Sangat Berat < 30 < 30

Jika hasil tes menunjukkan angka yang rendah, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter ahli ginjal atau nefrologi untuk penanganan lebih lanjut. Dengan mengukur GFR dan eGFR secara teratur, Anda dapat memahami kondisi kesehatan ginjal Anda dan mengambil tindakan pencegahan yang tepat untuk menjaga fungsi ginjal yang optimal.

Hubungan GFR dan eGFR dengan Kesehatan Ginjal

GFR (Glomerular Filtration Rate) dan eGFR (Estimated Glomerular Filtration Rate) adalah dua indikator yang digunakan untuk mengukur fungsi ginjal seseorang. GFR merepresentasikan jumlah darah yang disaring oleh glomerulus ginjal, sedangkan eGFR adalah perkiraan GFR yang dihitung menggunakan tingkat kreatinin dalam darah dan faktor-faktor lain seperti usia, jenis kelamin, dan suku bangsa. Kedua indikator ini sangat penting untuk mengetahui kondisi kesehatan ginjal seseorang. Berikut adalah beberapa keterkaitan antara GFR dan eGFR dengan kesehatan ginjal yang perlu diketahui.

  • Tingkat GFR dan eGFR yang rendah dapat menjadi tanda bahwa ginjal tidak berfungsi dengan baik atau mengalami penyakit ginjal kronis.
  • Penurunan GFR dan eGFR dapat terjadi tanpa gejala yang jelas, sehingga sangat penting untuk melakukan pemeriksaan darah secara berkala.
  • Kondisi kesehatan dan faktor-faktor lain seperti penggunaan obat-obatan tertentu dapat memengaruhi hasil pengukuran GFR dan eGFR. Karena itu, dokter biasanya akan mempertimbangkan faktor-faktor ini saat mengevaluasi hasil tes tersebut.

Selain itu, tabel berikut ini memperlihatkan kategori nilai GFR/eGFR dan keterkaitannya dengan fungsi ginjal seseorang.

GFR/eGFR Fungsi Ginjal
>90 Normal
60-89 Sedang
30-59 Kurang baik
15-29 Tidak baik
<15 Gagal ginjal

Setiap perubahan dalam nilai GFR dan eGFR dapat menunjukkan perubahan pada kesehatan ginjal seseorang. Oleh karena itu, memperhatikan nilai GFR dan eGFR serta melakukan pemeriksaan darah secara berkala dapat membantu mendeteksi masalah kesehatan ginjal secara dini dan mengambil tindakan yang diperlukan.

Penyebab GFR dan eGFR Menurun

Glomeruli, bagian dari ginjal yang bertanggung jawab untuk menyaring darah, mempengaruhi hasil tes fungsi ginjal seperti GFR (glomerular filtration rate) dan eGFR (estimated glomerular filtration rate). Kondisi yang mempengaruhi ginjal bisa memengaruhi hasil tes GFR dan eGFR. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan menurunnya GFR dan eGFR:

  • Penyakit ginjal kronis: Kondisi ini dapat membuat ginjal menjadi rusak dan mengurangi kemampuannya untuk menyaring darah dengan baik. Hal ini menyebabkan penurunan GFR dan eGFR. Beberapa penyebab penyakit ginjal kronis antara lain diabetes, hipertensi, dan polikistik ginjal.
  • Dehidrasi: Kurang minum air atau kehilangan cairan secara ekstensif dapat mempengaruhi kinerja ginjal dan menyebabkan penurunan GFR dan eGFR.
  • Infeksi saluran kemih: Infeksi yang menyebar ke ginjal dapat merusak bagian ginjal yang bertanggung jawab untuk menyaring darah dan menyebabkan penurunan GFR dan eGFR.

Untuk menentukan penyebab pasti penurunan GFR dan eGFR, dokter akan sering melakukan tes tambahan dan pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi fungsi ginjal secara menyeluruh.

Mungkin berguna untuk mengetahui kisaran GFR normal dan eGFR sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan ras. Berikut adalah kisaran GFR normal:

Usia Jenis Kelamin GFR Normal
18-29 Laki-laki 107-139 ml/min/1.73m2
18-29 Perempuan 87-114 ml/min/1.73m2
30-39 Laki-laki 93-117 ml/min/1.73m2
30-39 Perempuan 82-107 ml/min/1.73m2

Mengetahui penyebab penurunan GFR dan eGFR penting agar dapat mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut. Konsultasikan dengan dokter bila Anda memiliki tes fungsi ginjal yang abnormal atau memiliki faktor risiko untuk penyakit ginjal kronis.

Perbedaan GFR dan eGFR

Jika Anda baru mendengar mengenai GFR (Glomerular Filtration Rate) dan eGFR (Estimated Glomerular Filtration Rate), atau Anda masih bingung tentang perbedaan keduanya, tulisan ini akan memberikan jawabannya.

Sebelum membahas perbedaan keduanya, terlebih dahulu kita harus memahami apa itu GFR dan eGFR. GFR merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja ginjal. GFR mengukur seberapa cepat darah mengalir melalui pembuluh darah kecil yang disebut glomerulus (bagian kecil di dalam ginjal yang bertanggung jawab dalam proses penyaringan darah). Semakin tinggi GFR, semakin baik fungsi ginjal.

Sedangkan eGFR adalah suatu prediksi GFR yang dihitung berdasarkan tingkat kreatinin dalam darah (tingkat kreatinin yang lebih tinggi menunjukkan fungsi ginjal yang buruk).

  • GFR terukur melalui tes darah dan urine, sedangkan eGFR dihitung berdasarkan nilai kreatinin darah.
  • GFR memberikan gambaran tentang tingkat kerusakan ginjal secara langsung, sedangkan eGFR merupakan prediksi indirek atas GFR.
  • eGFR merupakan alat yang sering digunakan dalam pemantauan fungsi ginjal dan prognosis pasien dengan penyakit ginjal kronis.

Meski ada perbedaan mendasar antara GFR dan eGFR, keduanya memiliki nilai diagnostik yang sama-sama penting dalam menentukan kesehatan ginjal seseorang. Terlebih lagi, pengukuran keduanya dapat membantu mengidentifikasi tanda-tanda awal penyakit ginjal, sehingga pasien dapat mendapatkan perawatan lebih awal.

Jadi, apabila Anda memiliki riwayat penyakit ginjal atau gejala-gejala yang berkaitan dengan ginjal, segera periksakan kondisi kesehatan Anda ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.

Perbedaan Fungsi Limpa dan Hati

Limpa dan hati adalah dua organ yang sangat penting dalam tubuh manusia. Keduanya memiliki peran yang berbeda dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Berikut adalah perbedaan fungsi limpa dan hati:

  • Limpa adalah organ kelenjar dan merupakan bagian dari sistem limfatik, sedangkan hati adalah organ pencernaan dan merupakan bagian dari sistem pencernaan.
  • Limpa bertanggung jawab untuk memproduksi sel darah merah dan putih, sedangkan hati bertanggung jawab untuk memproduksi empedu dan menghasilkan hormon dan enzim yang penting dalam pencernaan.
  • Limpa juga berperan dalam membantu memproses zat-zat berbahaya dalam darah, seperti sel-sel darah merah yang tidak sehat, sedangkan hati bertanggung jawab untuk memecah dan membuang racun dalam tubuh.

Meskipun keduanya memiliki fungsi yang berbeda, limpa dan hati bekerja bersama-sama untuk menjaga kesehatan tubuh kita.

Namun, terkadang organ-organ ini dapat mengalami masalah yang serius karena berbagai faktor seperti infeksi, penggunaan obat-obatan tertentu, atau faktor genetik. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan limpa dan hati dengan cara menjaga pola makan yang sehat, menghindari alkohol dan rokok, dan berolahraga secara teratur.

Tabel Perbandingan Fungsi Limpa dan Hati

Berikut adalah perbandingan fungsi limpa dan hati dalam bentuk tabel:

Limpa Hati
Organ kelenjar Organ pencernaan
Memproduksi sel darah merah dan putih Memproduksi empedu untuk pencernaan
Membantu memproses zat-zat berbahaya dalam darah Mencerna dan membuang racun dalam tubuh

Keberadaan limpa dan hati sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Oleh karena itu, kita harus menjaga kedua organ ini agar dapat berfungsi dengan baik dan menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Peran Enzim dalam Pencernaan Makanan

Enzim merupakan protein yang terdapat dalam tubuh manusia dan berguna dalam mencerna makanan. Enzim merubah kompleks nutrisi dalam makanan menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh tubuh. Terdapat berbagai jenis enzim yang terlibat dalam pencernaan, masing-masing memiliki peran yang berbeda-beda.

  • Amylase: Enzim ini berfungsi mencerna karbohidrat. Dihasilkan oleh kelenjar ludah dan pankreas.
  • Pepsin: Enzim ini mencerna protein dalam makanan dan dihasilkan oleh lambung.
  • Lipase: Enzim ini mencerna lemak dalam makanan dan dihasilkan oleh pankreas.

Selain itu, ada beberapa faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim dalam proses pencernaan, seperti pH dan suhu. Tiap jenis enzim memiliki pH optimum yang berbeda-beda, harus didapatkan lingkungan pH yang sesuai dengan jenis enzim tersebut untuk optimal bekerja.

Pada tabel di bawah ini dapat dilihat peran beberapa enzim dalam proses pencernaan.

Jenis Enzim Asal Produksi Substrat yang Dicerna Lokasi Kerja
Amylase Ludah dan Pankreas Karbohidrat Mulut (ludah) dan Usus Halus
Pepsin Lambung Protein Lambung
Lipase Pankreas Lemak Usus Kecil

Memiliki pengetahuan tentang peran enzim dalam pencernaan makanan penting agar kita dapat memilih makanan yang sesuai serta menjaga kesehatan pencernaan kita.

Macam-macam Jaringan pada Tubuh Manusia

Jaringan pada tubuh manusia terdiri dari berbagai jenis yang memiliki fungsi dan struktur yang berbeda-beda. Beberapa jenis jaringan penting yang umumnya dikenal dan sering menjadi bahan studi dalam ilmu biologi antara lain:

1. Jaringan Epitel

Jaringan epitel adalah jaringan yang berfungsi sebagai pelindung dan penghasil sekresi. Jaringan ini menutupi seluruh permukaan dalam tubuh, seperti kulit, dinding rongga rahim, dan saluran pencernaan.

2. Jaringan Ikat

Jaringan ikat memiliki tiga jenis, yaitu jaringan ikat longgar, jaringan ikat padat, dan jaringan ikat elastis. Jaringan ini berfungsi sebagai pembentuk rangka tubuh dan penopang organ dalam tubuh.

3. Jaringan Otot

Jaringan otot terdiri dari otot rangka, otot jantung, dan otot polos. Jaringan ini berfungsi untuk mempergerakan tubuh dan memompa darah.

4. Jaringan Saraf

Jaringan saraf adalah jaringan yang berfungsi sebagai penghantar impuls listrik. Jaringan ini terdiri dari sel saraf dan sel pendukung saraf.

5. Jaringan Kelenjar

Jaringan kelenjar terdiri dari kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Jaringan ini berfungsi sebagai penghasil dan pengeluarkan zat-zat seperti hormon, ludah, dan keringat.

6. Jaringan Darah

Jaringan darah adalah cairan tubuh yang mengandung sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Jaringan ini berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.

7. Jaringan Limfa

Jaringan limfa adalah cairan yang terdapat di dalam sistem limfatik. Cairan ini berfungsi sebagai pengangkut zat-zat limbik dan sel-sel darah putih untuk melawan infeksi dalam tubuh.

8. Jaringan Tulang

Jaringan tulang adalah jaringan keras dan padat yang berfungsi sebagai pembentuk kerangka tubuh, memberikan dukungan pada tubuh, serta melindungi organ dalam tubuh.

9. Jaringan Lemak

Jaringan lemak, atau adiposa, adalah jaringan yang mengandung sel-sel adiposit. Jaringan ini berfungsi sebagai cadangan energi dan pengatur suhu tubuh. Selain itu, jaringan lemak juga berfungsi sebagai penyerap kejutan atau guncangan.

Jaringan Fungsi
Epitel Pelindung dan penghasil sekresi
Ikat Pembentuk rangka tubuh dan penopang organ dalam tubuh
Otot Mempergerakan tubuh dan memompa darah
Saraf Penghantar impuls listrik
Kelenjar Penghasil dan pengeluarkan zat-zat seperti hormon, ludah, dan keringat
Darah Pengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh
Limfa Pengangkut zat-zat limbik dan sel-sel darah putih untuk melawan infeksi dalam tubuh
Tulang Pembentuk kerangka tubuh, memberikan dukungan pada tubuh, dan melindungi organ dalam tubuh
Lemak Cadangan energi, pengatur suhu tubuh, dan penyerap kejutan atau guncangan

Dalam tubuh manusia, semua jenis jaringan saling berkaitan dan bekerja sama untuk menjaga kesehatan dan kelangsungan hidup tubuh manusia. Oleh karena itu, penting untuk tetap menjaga kesehatan seluruh jaringan dalam tubuh agar dapat berfungsi dengan baik.

Hubungan Antara Sistem Syaraf dengan Sistem Hormon

Kedua sistem yang saling terkait ini mengatur fungsi tubuh kita dan memastikan fungsinya tetap berjalan dengan baik. Sistem saraf kita mengirimkan sinyal-sinyal elektrik dan memproses informasi melalui jalur saraf yang terintegrasi di seluruh tubuh kita. Sementara itu, sistem hormon memproduksi dan mengeluarkan hormon ke dalam darah, yang kemudian diteruskan ke sel-sel dan organ-organ untuk mengatur proses biokimia yang terlibat dalam mengatur fungsi tubuh kita.

  • Kedua sistem ini saling terkait dan memengaruhi satu sama lain. Sistem saraf merangsang pelepasan hormon dari kelenjar hipotalamus dan kelenjar pituitari, yang kemudian mengatur keseimbangan hormon tubuh kita.
  • Ketidakseimbangan dalam sistem saraf dan hormon dapat menyebabkan berbagai jenis gangguan kesehatan, seperti gangguan pada kadar hormon, sakit kepala, gangguan perilaku, dll.
  • Sistem saraf memengaruhi sistem hormon dalam berbagai cara, seperti mempengaruhi pengaturan kadar hormon, mengatur respon tubuh terhadap stres, dll.

Kualitas tidur yang buruk, stres yang berkepanjangan, pola makan yang buruk, dan kurangnya aktivitas fisik dapat berdampak pada kedua sistem ini dan mengganggu keseimbangan tubuh kita. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesehatan sistem saraf dan hormon kita melalui gaya hidup yang sehat, termasuk diet sehat, aktifitas fisik yang cukup dan tidur yang cukup.

Berikut adalah beberapa contoh hormon yang diproduksi oleh sistem endokrin dan fungsinya:

Nama Hormon Fungsi
Insulin Mengatur kadar gula darah
Testosteron Mengatur perkembangan seksual pria dan menjaga massa tulang dan massa otot
Estrogen Mengatur perkembangan seksual wanita dan menjaga kesehatan tulang dan jaringan vagina
Tiroid Mengatur metabolisme tubuh

Pengaruh Stres pada Kesehatan Mental dan Fisik.

Stres adalah suatu respons fisiologis yang dihasilkan oleh suatu stimulus atau situasi yang menantang keseimbangan fisiologis seseorang. Stres yang terjadi terus-menerus atau berkepanjangan dapat berdampak buruk pada kesehatan seseorang, baik secara mental maupun fisik.

  • Penyakit jantung: Stres dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Ketika seseorang mengalami stres, kadar hormon kortisol dalam darah meningkat. Kortisol dapat menyebabkan tekanan darah naik dan meningkatkan risiko aterosklerosis, yaitu kondisi di mana arteri mengalami penumpukan plak.
  • Gangguan pencernaan: Stres juga dapat mempengaruhi sistem pencernaan. Kondisi ini membuat seseorang lebih rentan terhadap masalah pencernaan seperti maag atau gangguan pencernaan lainnya.
  • Depresi dan kecemasan: Stres yang terus-menerus juga dapat memicu terjadinya depresi dan kecemasan. Kortisol dapat memicu perubahan kimia otak yang mempengaruhi suasana hati. Selain itu, stres juga dapat memicu penurunan kadar neurotransmitter positif seperti serotonin, dan meningkatkan kadar hormon stres seperti kortisol dan norepinefrin.

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Stres

Berbagai faktor dapat memicu stres, seperti:

  • Tingkat kepercayaan diri dan optimisme pribadi
  • Pekerjaan dan tekanan kerja yang tinggi
  • Stres di rumah atau dalam hubungan pribadi
  • Faktor-faktor lingkungan seperti kebisingan dan polusi udara
  • Kesehatan yang buruk atau sakit kronis

Cara Mengatasi Stres

Untuk mengatasi stres, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Menjaga aktivitas fisik seperti olahraga dan meditasi khusus dapat membantu meredakan stres
  • Mengelola waktu dengan efektif untuk menghindari terjadinya ketegangan dan stres yang berlebihan, misalnya dengan membuat to do list
  • Menjaga pola makan dan tidur yang baik
  • Menghindari kebiasaan buruk seperti merokok atau minum alkohol dalam jumlah berlebihan

Tabel – Manfaat Aktivitas Fisik dalam Mengatasi Stres

Tipe Aktivitas Fisik Manfaat dalam Mengatasi Stres
Jogging Membantu meredakan stres dan meningkatkan kesehatan otak serta fisik.
Yoga Meningkatkan keseimbangan hormon kortisol, mengurangi kecemasan, meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas tubuh.
Senam Senam tertentu dapat membantu meredakan stres dan memperbaiki postur tubuh

Aktivitas fisik teratur dan konsisten dapat membantu menjaga kesehatan mental dan fisik seseorang, mengurangi stres, dan membantu menjaga performa kita menjadi lebih baik.

Sampai Jumpa Lagi

Itulah perbedaan antara GFR dan eGFR. Setelah Anda memahami kedua istilah ini, Anda akan lebih mudah memahami hasil tes dan diagnosis yang diberikan oleh dokter Anda. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika masih terdapat kebingungan.
Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk Anda. Jangan lupa untuk kembali lagi di kemudian hari ketika membutuhkan informasi terkait kesehatan. Semoga Anda selalu sehat dan bahagia. Sampai jumpa lagi!