Apakah kamu sering mendengar tentang perbedaan full costing dan variable costing? Kedua metode ini adalah dasar akuntansi yang sering digunakan oleh perusahaan untuk menghitung biaya produksi mereka. Full costing adalah metode yang mencakup semua biaya produksi, termasuk biaya overhead tetap dan variabel, sedangkan variable costing hanya mencakup biaya produksi variabel seperti bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead variabel. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menghitung biaya produksi, namun terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil akhir yang dihasilkan.
Full costing dan variable costing memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Full costing memberikan gambaran yang akurat dari total biaya produksi, termasuk biaya overhead tetap yang jarang berubah, sehingga memungkinkan perusahaan untuk menetapkan harga produk yang lebih baik. Di sisi lain, variable costing dapat membantu perusahaan dalam menentukan sumber daya yang paling efisien dan mengurangi biaya produksi secara keseluruhan. Keduanya merupakan metode yang valid dan berbeda, dan keputusan tentang metode yang harus digunakan tergantung pada kebutuhan perusahaan.
Ketika mengambil keputusan tentang metode full costing dan variable costing yang akan digunakan, penting untuk mempertimbangkan tujuan utama perusahaan. Apakah tujuan perusahaan untuk menetapkan harga yang lebih baik atau untuk mengurangi biaya produksi yang lebih efektif? Dalam beberapa kasus, perusahaan dapat memilih untuk menggunakan kedua metode, tergantung pada kebutuhan dan situasi bisnis mereka. Dengan memahami perbedaan antara full costing dan variable costing, perusahaan dapat membuat keputusan yang bijak untuk mencapai tujuan mereka dengan efektif.
Definisi Full Costing
Full costing adalah metode akuntansi biaya yang digunakan untuk menghitung biaya total yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk, termasuk biaya langsung dan tidak langsung seperti bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead, dan biaya tak terduga lainnya. Metode ini juga disebut sebagai costing penuh atau full absorption costing.
Pada metode ini, biaya overhead diatribusikan secara proporsional ke setiap produk yang diproduksi, dan dikaitkan dengan biaya langsung. Beberapa biaya overhead yang umumnya termasuk dalam perhitungan full costing adalah biaya sewa, listrik, mesin, dan pemeliharaan pabrik.
Metode full costing mempertimbangkan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan produk, termasuk biaya overhead. Oleh karena itu, metode ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang biaya produksi, sehingga dapat membantu perusahaan dalam menentukan harga yang tepat dan juga membantu dalam pengambilan keputusan bisnis lainnya.
Definisi Variable Costing
Variable costing merupakan metode penghitungan biaya produksi yang memperhitungkan hanya biaya variabel atau biaya yang berubah secara proporsional dengan volume produksi. Dalam variable costing, biaya tetap atau biaya overhead dianggap sebagai biaya periode dan tidak distandardisasi sebagai biaya produk.
Sebagai contoh, perusahaan ABC memproduksi 500 unit produk pada bulan Januari dan biaya produksi yang dikeluarkan adalah 500 juta rupiah, dengan rincian 300 juta rupiah merupakan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya variabel lainnya dan 200 juta rupiah merupakan biaya overhead tetap periode seperti penyusutan mesin, sewa gudang, dan biaya admin. Pada bulan Februari, perusahaan ABC memproduksi 1000 unit produk dengan biaya produksi 900 juta rupiah, dengan rincian 600 juta rupiah merupakan biaya variabel dan 300 juta rupiah merupakan biaya overhead tetap periode.
Jika perusahaan ABC menggunakan variable costing, biaya produksi per unit pada bulan Januari adalah 1 juta rupiah (500 juta rupiah / 500 unit produk) dan biaya produksi per unit pada bulan Februari adalah 900 ribu rupiah (600 juta rupiah / 1000 unit produk). Dalam variable costing, biaya overhead tetap dianggap sebagai biaya periode yang harus ditanggung oleh perusahaan dan tidak diatribusikan ke produk.
Karakteristik Variable Costing
- Variable costing hanya memperhitungkan biaya variabel sebagai biaya produk.
- Biaya overhead tetap dianggap sebagai biaya periode dan tidak dibebankan ke produk.
- Variable costing cocok digunakan untuk perusahaan yang memproduksi berbagai macam produk dengan volume produksi yang bervariasi.
- Variable costing memudahkan perusahaan untuk menghitung margin kontribusi, yaitu selisih antara harga jual dan biaya variabel.
Kelebihan dan Kekurangan Variable Costing
Kelebihan variable costing antara lain:
- Dapat digunakan untuk menentukan titik impas atau break-even point dengan mudah.
- Memudahkan perusahaan untuk menentukan harga jual produk.
- Memberikan informasi yang akurat terkait biaya variabel produk.
Namun demikian, variable costing juga memiliki kekurangan:
- Tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang biaya produksi karena tidak memperhitungkan biaya overhead tetap.
- Dapat menciptakan ketidakkonsistenan dalam perhitungan biaya produk karena biaya overhead tetap dianggap sebagai biaya periode.
- Tidak dapat digunakan untuk keperluan pelaporan keuangan dalam bentuk laporan laba rugi.
Kelebihan | Kekurangan | |
---|---|---|
Variable Costing | Dapat digunakan untuk menentukan titik impas atau break-even point dengan mudah. | Tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang biaya produksi karena tidak memperhitungkan biaya overhead tetap. |
Secara keseluruhan, variable costing merupakan metode penghitungan biaya produksi yang bernilai bagi perusahaan karena memungkinkan perusahaan untuk memperhitungkan biaya variabel dengan lebih akurat dan mudah menentukan harga jual produk. Namun demikian, perusahaan juga harus mempertimbangkan kelemahan variable costing agar tidak terjadi penilaian yang kurang tepat terkait biaya produksi.
Tujuan Penggunaan Full Costing
Full costing atau juga dikenal sebagai absorption costing adalah salah satu metode perhitungan biaya produksi yang digunakan oleh perusahaan. Melalui metode ini, perusahaan dapat menghitung total biaya produksi termasuk biaya variable dan biaya tetap dan mengalokasikannya ke setiap satuan produk. Tujuan penggunaan full costing dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Memudahkan management dalam menetapkan harga jual produk. Dengan mengetahui total biaya produksi, perusahaan dapat menentukan margin laba yang diinginkan dan menetapkan harga jual sesuai dengan margin tersebut.
- Membantu management dalam pengambilan keputusan. Informasi mengenai total biaya produksi dari setiap produk dapat membantu management dalam menilai kelayakan produksi suatu produk dan menentukan prioritas untuk memproduksi produk-produk yang lebih menguntungkan.
- Memberikan informasi mengenai efisiensi produksi. Dengan mengetahui berapa besar biaya produksi yang dikeluarkan, perusahaan dapat mengevaluasi efisiensi produksinya dan mencari cara untuk mengurangi biaya produksi yang tidak perlu.
Perbedaan Full Costing dan Variable Costing
Sebelum membahas perbedaan antara full costing dan variable costing, perlu juga dipahami tentang apa itu variable costing. Variable costing adalah metode perhitungan biaya produksi yang hanya mengalokasikan biaya variable ke setiap satuan produk. Biaya tetap seperti biaya sewa pabrik dan gaji pegawai tetap tidak diikutsertakan dalam perhitungan biaya produksi. Tujuan penggunaan variable costing dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Memudahkan management dalam menghitung titik impas (break even point) suatu produk. Dengan hanya memperhitungkan biaya variable, perusahaan dapat lebih mudah untuk mengetahui berapa banyak satuan produk yang perlu dijual agar total pendapatan sama dengan total biaya produksi.
- Memudahkan management dalam menentukan kontribusi margin suatu produk. Kontribusi margin adalah selisih antara harga jual dan biaya variable. Dengan mengetahui kontribusi margin, perusahaan dapat memutuskan produk-produk yang mempunyai kontribusi margin yang tinggi untuk dijual lebih banyak.
Meskipun variable costing dan full costing mempunyai kelebihannya masing-masing, namun kedua metode perhitungan biaya produksi ini dapat menghasilkan hasil yang berbeda. Perbedaan utama antara keduanya dapat dilihat pada tabel berikut:
Perbedaan | Full Costing | Variable Costing |
---|---|---|
Biaya yang Dihitung | Biaya Variable dan Biaya Tetap | Biaya Variable saja |
Penentuan Harga Jual | Berdasarkan total biaya produksi | Berdasarkan biaya variable |
Pemilihan Produk yang Akan Diproduksi | Berdasarkan profitabilitas produk | Berdasarkan kontribusi margin |
Jadi, pemilihan antara full costing dan variable costing tergantung pada kebutuhan perusahaan dalam menyediakan informasi produksi. Namun, setiap perusahaan harus memastikan bahwa biaya produksi dihitung secara akurat untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang tepat dalam pengelolaan produksinya.
Tujuan Penggunaan Variable Costing
Variable costing adalah metode akuntansi biaya yang memisahkan biaya tetap dan biaya variabel untuk menghitung total biaya produksi. Tujuan utama dari penggunaan variable costing adalah untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih baik. Berikut adalah beberapa tujuan penggunaan variable costing:
- Membantu manajemen dalam memahami struktur biaya: Dengan memisahkan biaya variabel dan tetap, variable costing membantu manajemen dalam memahami sumber biaya perusahaan. Ini membantu manajemen dalam membuat keputusan yang lebih informatif dan akurat.
- Membantu manajemen dalam pengambilan keputusan harga: Dengan mengetahui biaya variabel produk, manajemen dapat menjual produk dengan harga yang lebih sesuai dengan biaya pembuatan. Ini membantu manajemen dalam menjaga keuntungan tetap tinggi.
- Membantu manajemen dalam pengambilan keputusan volume: Variable costing dapat membantu manajemen dalam memahami hubungan antara volume produksi dan biaya produksi. Ini membantu manajemen dalam membuat keputusan volume produksi yang lebih baik.
Variable costing dapat membantu manajemen dalam pengambilan keputusan bisnis yang lebih baik. Namun, seperti metode akuntansi biaya lainnya, variable costing bukanlah suatu cara yang tepat untuk mengukur laba perusahaan secara keseluruhan. Sebaliknya, variable costing harus digunakan bersama dengan metode akuntansi biaya lainnya untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap dari laba perusahaan.
Keuntungan dan Kerugian Full Costing dan Variable Costing
Pemilihan antara full costing dan variable costing dapat memiliki keuntungan dan kerugian yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan. Berikut adalah beberapa keuntungan dan kerugian dari kedua metode biaya tersebut:
-
Keuntungan Full Costing:
- Memperhitungkan semua biaya yang terkait dengan produksi sehingga memberikan gambaran yang lebih kompleks dan realistis tentang situasi keuangan perusahaan.
- Memberikan biaya rata-rata yang tetap untuk setiap unit produk karena semua biaya dipisahkan ke dalam biaya tetap dan biaya variabel.
-
Kerugian Full Costing:
- Tidak memungkinkan manajer untuk memantau biaya variabel secara terpisah, sehingga sulit untuk mengontrol biaya tersebut.
- Tidak mendukung pengambilan keputusan yang cepat dan efektif karena tidak memberikan informasi yang cukup tentang kontribusi margin unit setiap produk.
-
Keuntungan Variable Costing:
- Memungkinkan manajer untuk memantau biaya variabel dengan lebih baik karena biaya tetap dianggap sebagai biaya periode yang diabaikan dalam penghitungan biaya produk.
- Dapat memberikan informasi yang lebih akurat tentang kontribusi margin setiap produk yang dapat membantu manajer dalam pengambilan keputusan yang cepat dan efektif.
-
Kerugian Variable Costing:
- Tidak memberikan gambaran yang lengkap tentang situasi keuangan perusahaan karena tidak memperhitungkan semua biaya yang terkait dengan produksi.
- Dapat memberikan biaya yang berfluktuasi untuk setiap unit produk karena hanya biaya variabel yang dipertimbangkan, sehingga sulit untuk merencanakan laba yang tetap.
Jadi, pemilihan antara full costing dan variable costing harus dilakukan dengan hati-hati setelah mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Dalam situasi tertentu, pilihan yang tepat dapat memberikan manajer informasi yang lebih akurat untuk mengambil keputusan dan mengatur anggaran dengan lebih baik.
Contoh pengambilan keputusan menggunakan full costing atau variable costing dapat dilihat dalam tabel berikut:
Produk | Biaya Bahan Baku (variabel) | Biaya Tenaga Kerja (variabel) | Biaya Overhead Pabrik (tetap) | Total Biaya | Harga Jual | Margin Kontribusi |
---|---|---|---|---|---|---|
A | 100.000 | 50.000 | 80.000 | 230.000 | 300.000 | 70.000 |
B | 80.000 | 60.000 | 60.000 | 200.000 | 250.000 | 50.000 |
Dalam contoh di atas, menggunakan variable costing memberikan informasi yang lebih akurat tentang margin kontribusi kedua produk yang membantu manajer dalam mengambil keputusan tentang produk mana yang menghasilkan keuntungan yang lebih baik. Namun, full costing menyediakan gambaran yang lebih komprehensif tentang biaya produksi total yang harus diperhitungkan dalam perencanaan anggaran.
Terimakasih Telah Membaca
Semoga penjelasan tentang perbedaan full costing dan variable costing di atas bermanfaat dan dapat membantu Anda dalam mengelola keuangan bisnis Anda. Tidak ada pilihan yang lebih baik antara kedua metode tersebut, karena keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, Anda harus memilih metode yang paling sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Jangan lupa untuk selalu mengunjungi website kami untuk mendapatkan informasi menarik dan up-to-date terkait dengan dunia bisnis. Hingga jumpa lagi di artikel-artikel selanjutnya!