Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional: Konsep, Prinsip, dan Aplikasinya

Saat ini, ekonomi yang diterapkan di Indonesia didominasi oleh sistem konvensional. Namun, ada alternatif lain yang tidak kalah menarik: ekonomi Islam. Perbedaan ekonomi Islam dan konvensional benar-benar signifikan dan mempengaruhi cara kita mengelola uang dan bisnis.

Ekonomi Islam berusaha menciptakan sistem yang lebih adil dan bertanggung jawab secara sosial, dengan menekankan pentingnya kesetaraan dan keadilan dalam bertransaksi. Di sisi lain, ekonomi konvensional lebih fokus pada profit dan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, meskipun mungkin tidak selalu memiliki dampak positif pada masyarakat secara keseluruhan.

Meskipun kedua sistem masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian, kini semakin banyak orang yang tertarik pada ekonomi Islam. Apakah Anda juga penasaran? Yuk, mari kita bahas lebih lanjut!

Prinsip Dasar Ekonomi Islam

Ekonomi Islam memiliki dasar yang berbeda dengan ekonomi konvensional. Prinsip dasar ekonomi Islam didasarkan pada ajaran agama Islam yang terdapat pada Alquran dan Hadist. Prinsip-prinsip ini mengatur tentang bagaimana cara manusia harus berperilaku dalam menyusun dan melaksanakan kegiatan ekonomi.

  • Zakat dan Sedekah
  • Zakat dan sedekah merupakan unsur penting dalam ekonomi Islam. Zakat juga diatur dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi “Sesungguhnya shalat itu menjauhkan dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar, dan sesungguhnya mengingat Allah (dalam shalat) itu adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Sedekah juga diajarkan dalam Islam sebagai tindakan sukarela memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk membantu sesama yang membutuhkan.

  • Berbagai wujud akad yang mengatur kontrak-kontrak bisnis
  • Islam mempunyai berbagai wujud akad yang mengatur kontrak-kontrak bisnis yang dapat meminimalkan praktik-praktik ribawi dan tidak adil. Akad-akad seperti Murabahah, Musyarakah dan Mudharabah dalam bisnis Islam.

  • Halal dan Haram
  • Islam mengatur tentang apa yang halal dan haram dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam bidang ekonomi. Semua yang halal bisa dipergunakan dan diperdagangkan sedangkan yang haram dilarang untuk dijadikan sumber pendapatan.

Perbedaan Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional

Eksistensi sistem ekonomi berbasis Islam dianggap sebagai alternatif terhadap sistem ekonomi kapitalis konvensional. Terdapat beberapa perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional :

  • Sumber hukum berbeda. Sistem ekonomi Islam didasarkan pada sumber hukum Islam (Al-Quran dan Hadist) sedangkan sistem ekonomi konvensional tidak terstruktur dan dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.
  • Tujuan yang berbeda. Tujuan utama dari sistem ekonomi Islam adalah untuk mendapatkan ridho Allah s.w.t dan menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat. Sedangkan tujuan sistem ekonomi konvensional adalah memaksimalkan keuntungan bagi para pelaku ekonomi.
  • Mekanisme pasar. Dalam sistem ekonomi Islam, mekanisme pasar diperbolehkan namun dengan beberapa aturan tertentu seperti larangan riba, spekulasi, dan memaksakan permintaan.

Penerapan Ekonomi Islam di Negara-negara Muslim

Negara-negara Muslim memiliki upaya untuk menerapkan sistem ekonomi Islam dengan cara memperkuat praktek zakat, mempopulerkan sistem keuangan syariah, dan meningkatkan kesejahteraan umum dengan meniadakan praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam pemerintahan.

Negara Penerapan Ekonomi Islam
Mesir Memperkenalkan pasar modal syariah dan pendidikan tentang keuangan Islam
Indonesia Merupakan negara dengan pasar modal syariah terbesar dunia dan meningkatkan pengembangan produk-produk keuangan syariah
Uni Emirat Arab Memiliki perusahaan-perusahaan keuangan Islam terbesar seperti Emirates Islamic Bank, Dubai Islamic Bank dan lain-lain.

Dalam penerapannya, sistem ekonomi Islam tidaklah mudah. Dibutuhkan kesiapan mental dan kesadaran dari manusia untuk menerapkan sistem ini sebagai pengganti sistem ekonomi konvensional.

Prinsip Dasar Ekonomi Konvensional

Ekonomi konvensional adalah sistem ekonomi yang dilandasi oleh pandangan sekular dan materialistik dengan mengedepankan kepentingan individu dan profit maksimal. Sistem ini memiliki sejumlah prinsip dasar yang menjadi landasan dalam menjalankan kegiatan ekonomi, antara lain:

  • Mekanisme pasar
  • Profit maksimal
  • Keuntungan sebagai tujuan utama

Mekanisme pasar adalah prinsip dasar ekonomi konvensional yang mengedepankan pengaturan harga oleh pasar berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran. Dalam sistem ini, harga barang dan jasa akan ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran pada saat tertentu. Kebijakan pemerintah dalam sistem ini biasanya hanya sebatas mengatur sifat kompetisi yang sehat agar tidak terjadinya monopoli dan oligopoli yang merugikan konsumen.

Profit maksimal adalah prinsip bahwa tujuan utama dalam menjalankan kegiatan ekonomi adalah memaksimalkan keuntungan. Dalam ekonomi konvensional, semua keputusan bisnis diambil berdasarkan pertimbangan keuntungan dan kerugian. Sehingga, kegiatan ekonomi dalam sistem ini akan selalu diarahkan pada peningkatan profit, bukan pada kepentingan masyarakat luas.

Keuntungan sebagai tujuan utama membuat sistem ini rentan terhadap pengabaian terhadap nilai-nilai moral dan etika dalam berbisnis. Oleh karena itu, prinsip dasar dalam ekonomi konvensional perlu dikombinasikan dengan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kesetaraan, dan tanggung jawab sosial agar tidak merugikan kepentingan publik.

Perbedaan antara ekonomi konvensional dan ekonomi Islam semakin nyata terlihat ketika kedua sistem ini diuji dalam konteks tanggung jawab sosial dan moral. Ekonomi Islam, sebagai alternatif yang lebih berkemajuan, mempertimbangkan kepentingan masyarakat sebagai suatu kesatuan, bukan hanya individual. Dalam praktiknya, ekonomi Islam mengutamakan keadilan dan keterlibatan sosial sebagai prinsip dasar dalam keseluruhan kegiatan ekonomi.

Pendanaan dalam Ekonomi Islam

Dalam ekonomi Islam, terdapat prinsip-prinsip yang berbeda dengan konvensional dalam hal pendanaan. Berikut adalah tiga hal penting yang perlu diketahui:

Pertama, dalam ekonomi Islam, dilarang adanya riba (bunga). Ini berarti bahwa pendanaan seharusnya tidak menghasilkan keuntungan yang berasal dari bunga. Sebagai gantinya, ada mekanisme lain yang digunakan untuk membiayai kegiatan ekonomi.

Kedua, dalam ekonomi Islam, terdapat prinsip bagi hasil (mudharabah). Artinya, investor tidak hanya memberikan modal, tetapi juga ambil bagian dalam hasil keuntungan yang diperoleh oleh usaha atau proyek yang didanai.

Ketiga, ekonomi Islam juga menganjurkan penggunaan zakat (sumbangan) sebagai instrumen pendanaan. Zakat merupakan kewajiban bagi setiap orang Muslim yang mampu untuk memberikan sebagian dari harta yang dimilikinya untuk membangun kesejahteraan sosial. Dana dari zakat bisa digunakan untuk mendanai usaha-usaha kecil dan menengah atau proyek-proyek yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum.

Konvensional Ekonomi Islam
Pendanaan berbasis bunga Pendanaan berbasis bagi hasil dan mudharabah
Investor hanya memberikan modal Investor menjadi mitra dan ambil bagian dalam hasil keuntungan
Tidak ada kewajiban sumbangan Memiliki kewajiban sumbangan zakat sebagai instrumen pendanaan sosial

Dalam praktiknya, pendanaan dalam ekonomi Islam masih belum begitu berkembang di Indonesia. Namun, dengan semakin banyaknya proyek-proyek berbasis syariah yang muncul, pendanaan dalam ekonomi Islam berpotensi untuk semakin diminati oleh masyarakat dan investor.

Pendanaan dalam Ekonomi Konvensional

Dalam ekonomi konvensional, pendanaan memegang peranan penting dalam menggerakkan roda bisnis. Pendanaan dalam ekonomi konvensional terdiri dari dua jenis yaitu:

  • Ekuitas (equity) – pemilik saham memberikan dana dalam bentuk kepemilikan saham. Dalam hal ini, investor menjadi pemilik saham di suatu perusahaan dan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembagian laba. Namun, keuntungan yang didapat juga sebanding dengan risiko yang harus ditanggung jika harga saham perusahaan turun.
  • Utang (debt) – pemberi hutang memberikan modal dalam bentuk pinjaman yang harus dikembalikan beserta bunga. Pemberi hutang tidak ikut memiliki perusahaan tetapi hanya mendapat keuntungan dari bunga yang dibayarkan secara berkala. Namun, terdapat risiko jika perusahaan tidak mampu membayar hutang.

Dalam prakteknya, biasanya perusahaan tidak hanya mengandalkan pendanaan dari satu jenis saja. Mereka cenderung menggabungkan kedua jenis pendanaan untuk memaksimalkan peluang keuntungan dan meminimalkan risiko kerugian.

Berikut adalah beberapa bentuk pendanaan dalam ekonomi konvensional:

Bentuk Pendanaan Keterangan
Pinjaman Bank Merupakan sumber pendanaan utama untuk perusahaan.
Obligasi Pinjaman yang diterbitkan perusahaan dengan jangka waktu dan imbal hasil yang tetap.
Saham Preferen Saham yang memberikan hak istimewa seperti prioritas mendapatkan pembagian laba dan kembali pokok saat perusahaan mengalami kebangkrutan dibandingkan dengan pemegang saham biasa.
Sewa Pembiayaan (Leasing) Perusahaan berhak menggunakann aset tertentu dengan membayarkan sewa atau bayarannya secara berkala.

Pendanaan dalam ekonomi konvensional biasanya dilakukan melalui pasar modal atau lembaga keuangan lainnya seperti bank. Perusahaan melakukan penawaran saham atau obligasi di bursa saham atau melalui penawaran umum sebagai sumber pendanaan dari masyarakat umum.

Konsep Profit dalam Ekonomi Islam dan Konvensional

Perbedaan mendasar antara ekonomi Islam dan konvensional terletak pada prinsip-prinsip utama yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan atau profit. Konsep profit dalam ekonomi Islam dan konvensional memiliki perbedaan yang signifikan.

Ekonomi Islam didasarkan pada prinsip-prinsip syariah, yang mengajarkan nilai-nilai moral, etika, dan keadilan dalam semua segi kehidupan. Profit dalam ekonomi Islam tidak hanya berarti keuntungan finansial semata, tetapi juga mempertimbangkan implikasi sosial dan kemanusiaan yang menyertainya. Di sisi lain, di dunia pasar konvensional, profit menjadi tujuan utama dan satu-satunya tujuan dari setiap bisnis dan kegiatan ekonomi.

Konsep Profit dalam Ekonomi Islam

  • Profit dalam ekonomi Islam harus dihasilkan dari bisnis yang halal dan tidak melanggar hukum syariah.
  • Profit yang dihasilkan harus mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat dan kemanusiaan secara umum.
  • Profit dalam ekonomi Islam harus dihasilkan dari bisnis yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat, tidak hanya menghasilkan keuntungan semata.

Konsep Profit dalam Ekonomi Konvensional

Profit dalam ekonomi konvensional lebih didasarkan pada tetap mencapai laba setinggi tingginya dan memaksimalkan keuntungan finansial. Kebanyakan bisnis di pasar konvensional mengejar keuntungan yang tinggi dengan membuat produk yang tidak selalu bermanfaat bagi masyarakat atau bahkan merugikan lingkungan.

Banyak perusahaan dalam ekonomi konvensional menggunakan praktik bisnis yang tidak etis dan tidak sesuai dengan nilai-nilai mora. Praktik-praktik ini sering melibatkan penipuan dan pemerasan pelanggan, monopoli pasar, limbah industri, dan kerusakan lingkungan.

Perbandingan Konsep Profit dalam Ekonomi Islam dan Konvensional

Konsep Profit dalam Ekonomi Islam Konsep Profit dalam Ekonomi Konvensional
Dihasilkan dari bisnis yang halal dan tidak melanggar syariah Tidak memperhatikan aspek syariah
Memperhatikan kepentingan masyarakat secara umum Berfokus pada keuntungan finansial semata
Dihasilkan dari bisnis yang produktif dan bermanfaat bagi masyarakat Lebih banyak didapat dari praktik bisnis yang tidak etis dan merugikan masyarakat

Secara keseluruhan, konsep profit dalam ekonomi Islam dan konvensional menunjukkan perbedaan yang signifikan. Di satu sisi, ekonomi Islam mengajarkan bahwa keuntungan harus dihasilkan secara halal, adil, dan meneteskan manfaat bagi masyarakat secara umum. Di lain sisi, ekonomi konvensional lebih mengutamakan profit finansial semata dan tidak memperhatikan implikasi sosial, etika, dan lingkungan yang menyertainya.

Sampai Jumpa Lagi

Akhir-akhir ini marak dibicarakan tentang perbedaan ekonomi islam dan konvensional. Dari pembahasan tersebut, kita dapat memahami bahwa ekonomi islam berorientasi pada keadilan dan kemaslahatan bersama, sedangkan ekonomi konvensional lebih menekankan pada keuntungan individu. Meskipun demikian, kedua sistem ekonomi ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Bagi kamu yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang kedua sistem ini, jangan lupa untuk selalu membaca dan mengikuti artikel-artikel kami di website ini. Terima kasih sudah membaca, dan semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua!