Apa Itu Wahabi Salafi dan Apa yang Membedakan Dengan Aliran Islam Lainnya?

Apa itu wahabi salafi? Anda mungkin pernah mendengar istilah ini sebelumnya, terutama jika Anda tertarik pada isu Islam dan bahasa Arab. Namun, seperti banyak hal dalam kehidupan, tidak semua orang benar-benar mengerti konsep yang terkait dengan istilah tersebut. Apakah itu sebuah cabang baru dalam Islam? Atau bagaimana sebenarnya posisinya di dunia Muslim? Dalam artikel ini, kami akan membahas semua pertanyaan tersebut sehingga Anda dapat mengambil pandangan yang lebih jelas mengenai wahabi salafi.

Jika Anda telah membaca buku atau artikel tentang isu Islam, mencari tahu tentang wahabi salafi mungkin sudah familiar bagi Anda. Tetapi bagi mereka yang baru mengenal dunia Islam, istilah tersebut mungkin terdengar asing dan sulit dipahami. Wahabi salafi sendiri adalah konsep dalam Islam yang sebenarnya sudah berusia cukup lama dan memiliki pengikut yang tersebar hampir di seluruh dunia. Namun, bagaimana sebenarnya karakteristik dari ajaran tersebut?

Nah, mungkin Anda bertanya-tanya mengapa orang tertarik dengan wahabi salafi. Dalam dunia Islam, berbagai aliran sering kali menawarkan pilihan yang berbeda-beda. Wahabi salafi dianggap sebagai salah satu aliran yang sangat konservatif dan mengikuti ajaran Islam secara harfiah. Beberapa orang memilih untuk mengikuti aliran ini karena mereka merasa bahwa ajaran Islam harus diikuti dengan ketat sesuai dengan apa yang tercantum dalam Al-Quran dan hadis. Sementara di pihak lain, ada juga yang mengkritik aliran ini karena dianggap terlalu membatasi kebebasan beragama. Jadi, apa yang membuat wahabi salafi begitu kontroversial di mata beberapa orang? Mari kita cari tahu lebih lanjut dalam artikel ini.

Pengertian Wahabi Salafi

Wahabi Salafi adalah gerakan Islam yang muncul di Arab Saudi pada abad ke-18. Gerakan ini didirikan oleh Muhammad ibn Abdul Wahhab dan bergabung dengan suku-suku Arab Najdi. Mereka memperjuangkan gagasan bahwa Islam harus sesuai dengan pemahaman yang dimiliki oleh para pendahulu atau Salafus Shalih, serta menentang praktik-praktik bid’ah yang dikhawatirkan merusak kesucian ajaran Islam.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Wahabi Salafi mengedepankan pemahaman yang konservatif dalam memahami ajaran Islam. Mereka menganggap bahwa hanya pemahaman yang terkait langsung dengan Salafus Shalih yang benar atau haq, dan pendapat-pendapat lainnya harus ditolak. Hal inilah yang menjadikan aliran ini juga dikenal dengan sebutan Salafi Wahhabi.

Sejarah Wahabi Salafi

Wahabi Salafi adalah gerakan atau paham keagamaan dalam Islam yang ditandai dengan kesederhanaan dan konservatisme. Paham ini terinspirasi oleh pemikiran ulama-ulama Islam pada abad ke-18, di antaranya Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan Ahmed bin Taymiyyah. Gerakan ini berakar dari wilayah Najd di Arab Saudi, yang saat ini menjadi pusat kekuasaan Kerajaan Arab Saudi.

  • Muhammad ibn Abd al-Wahhab
  • Muhammad ibn Abd al-Wahhab lahir di kota Uyainah, wilayah Najd, Arab Saudi pada tahun 1703. Dia belajar agama dari ulama setempat dan kemudian pergi ke Mekkah dan Madinah untuk menimba ilmu agama. Setelah pulang dari Madinah, ia mulai menyebarkan pemikirannya yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad. Pemikiran ini menolak keyakinan dan praktik agama yang dianggap tidak sesuai Al-Qur’an dan Hadis Nabi, seperti ziarah ke makam dan benda-benda keramat, tawasul (mempergunakan orang lain dalam berdoa), dan musyrik (kekafiran).

  • Kerajaan Saudi
  • Pada tahun 1744, Mohammed bin Saud dan Muhammad ibn Abd al-Wahhab menandatangani perjanjian, dimana Mohammad bin Saud akan menjadi pemimpin politik dan militer, sedangkan Muhammad ibn Abd al-Wahhab bertanggung jawab dalam urusan agama. Perjanjian ini menjadi cikal bakal dari terbentuknya Kerajaan Saudi sebagai negara terbesar yang mengusung paham Wahabi Salafi.

  • Saudi modern
  • Pada tahun 1932, ibu kota Kerajaan Saudi dipindahkan dari Riyadh ke Jeddah dan kemudian ke riyadh kembali. Pendidikan modern mulai diberlakukan oleh pemerintah, anak perempuan dan laki-laki sama-sama diberikan kesempatan belajar di sekolah yang disubsidi oleh pemerintah. Dari situlah timbul sejumlah ulama yang berkembang dalam paham Salafi.

Lihat Juga: Sejarah Sunni Syiah Dalam Dunia Islam

Wahabi Salafi telah berkembang hingga menjadi fenomena global dalam Islam. Setiap tahun, ratusan ribu muslim yang berasal dari seluruh dunia melakukan “Umrah” atau menggunakan jasa haji untuk berkunjung ke Mesjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, dan mereka pasti terdampak dengan paham ini.

Tanggal Peristiwa
1703 Laahirnya Muhammad ibn Abd al-Wahhab di Uyainah, wilayah Najd, Arab Saudi.
1744 Pertemuan antara Muhammad ibn Abd al-Wahhab dan Mohammed bin Saud. Menandatangani perjajian yang menjadi cikal bakal terbentuknya kerajaan Saudi.
1932 Ibu kota Kerajaan Saudi dipindahkan dari Riyadh ke Jeddah dan kemudian ke riyadh kembali. Pendidikan modern mulai diberlakukan oleh pemerintah, anak perempuan dan laki-laki sama-sama diberikan kesempatan belajar di sekolah yang disubsidi oleh pemerintah. Dari situlah timbul sejumlah ulama yang berkembang dalam paham Salafi.

Sejarah Wahabi Salafi adalah kisah perjuangan ulama-ulama Islam yang ingin memurnikan ajaran Islam dari makna makna yang salah dan penyimpangan dari ajaran yang diwariskan Nabi Muhammad. Implementasi pemikiran tersebut dilakukan oleh raja-raja Saudi yang berkuasa di wilayah Najd. Kini, paham Wahabi Salafi telah tersebar di seluruh dunia Islam sebagai paham keagamaan yang secara konsisten mengambil langkah dalam memperkuat ajaran Islam yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadis Nabawi.

Aqidah Wahabi Salafi

Wahabi dan Salafi adalah salah satu kelompok dalam Islam yang memiliki aqidah yang cukup berbeda dengan kelompok-kelompok lain seperti Sunni dan Syiah. Aqidah Wahabi Salafi memiliki beberapa karakteristik yang dapat dibahas lebih lanjut.

Karakteristik Aqidah Wahabi Salafi

  • Menolak atau menentang praktik ibadah atau tradisi yang tidak diakui atau disetujui dalam pemikiran mereka
  • Menerima hanya hadis Sahih sebagai sumber otoritatif dalam pengambilan keputusan, mengecilkan peran penafsiran akademis atau kontekstualisasi terhadap hadis
  • Berkeyakinan bahwa tafsir harfiah terhadap Al Quran lebih benar daripada penafsiran akademis

Penolakan terhadap Praktik Ibadah atau Tradisi

Salah satu karakteristik Aqidah Wahabi Salafi adalah penolakan atau penentangan terhadap praktik ibadah atau tradisi yang tidak diakui atau disetujui dalam pemikiran mereka. Hal ini dipengaruhi oleh keyakinan bahwa praktik tersebut tercemar atau dapat mengarah pada penghormatan kepada selain Allah. Sebagai contoh, Wahabi Salafi menolak praktik seperti ziarah kubur dan memperingati maulid Nabi.

Peran Hadis Sahih

Wahabi dan Salafi menerima hanya hadis Sahih sebagai sumber otoritatif dalam pengambilan keputusan mereka. Hal ini berarti mereka mengutamakan sumber hadis yang berasal dari kelompok-kelompok pertama Islam yang berarti secara historis. Mereka mengecilkan peran penafsiran akademis atau kontekstualisasi terhadap hadis. Mereka berkeyakinan bahwa harfiah atau dos-dasar penafsiran langsung terhadap Al Quran atau Hadis harus disamakan dengan kebenaran otoritatif bagi Islam.

Tafsir Harfiah Terhadap Al Quran

Bersama dengan penekanan pada hadis Sahih, Wahabi Salafi meyakini bahwa tafsir harfiah terhadap Al Quran lebih benar daripada penafsiran akademis. Hal ini menandakan bahwa mereka sangat memperhatikan setiap kata dalam Al Quran dan memakai teks tersebut secara harfiyah, tanpa melahirkan bahasa makna yang berbeda. Walau tafsir harfiah dapat berdampak positif, tetapi terkadang penafsiran seorang ahli tafsir harus membaca ayat tonggak sebelah kiri untuk mencapai pemahaman yang lebih benar atas maksud ayat.

Kesimpulan

Terlepas dari kontroversi seputar Wahabi dan Salafi, Aqidah Wahabi Salafi memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dari kelompok-kelompok lain dalam Islam. Hal ini termasuk penolakan terhadap praktik ibadah atau tradisi, menekankan pada hadis Sahih sebagai sumber otoritatif, dan mengutamakan tafsir hafiah terhadap Al Quran daripada penafsiran akademis. Meski anggapan tersebut relatif, selama ini kepercayaan Wahabi Salafi telah berkembang pesat.

Perbandingan Aqidah Wahabi Salafi dan Sunni Wahabi Salafi Sunni
Penafsiran Al Quran Tafsir harfiah secara konservatif Penjelasan konteks lebih cenderung
Praktik Ibadah Menghindari praktik ziarah kubur dan memperingati maulid Nabi Melakukan praktik ziarah kubur dan memperingati maulid Nabi
Sumber Otoritas Hanya menerima hadis Sahih sebagai sumber otoritatif Menerima hadis Sahih dan hadis hasan sebagai sumber otoritatif

Tentu saja, perbandingan ini hanya sebatas gambaran. Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa dimensi aqidah dalam Islam dapat dibedakan dari kelompok-kelompok dalam agama.

Karakteristik Wahabi Salafi

Wahabi Salafi adalah dua ideologi Islam yang memiliki banyak kesamaan. Wahabi berasal dari nama ulama abad ke-18 Muhammad bin Abdul Wahab, sedangkan Salafi berasal dari kata salaf yang berarti generasi terdahulu atau para pendahulu Islam. Berikut adalah beberapa karakteristik dari Wahabi Salafi:

  • Mengutamakan literalisme – Wahabi Salafi cenderung memahami teks-teks Islam secara harfiah dan menghindari interpretasi yang lebih konteks atau historis.
  • Penolakan terhadap bid’ah – Wahabi Salafi menolak praktik-praktik baru yang tidak memiliki dasar dalam Islam, bahkan jika praktik tersebut mendapat dukungan dari mayoritas umat Islam.
  • Penolakan terhadap sufisme – Wahabi Salafi melihat sufisme sebagai praktik yang bid’ah dan tidak memiliki dasar dalam Islam.

Terlepas dari perbedaan dengan Islam moderat, Wahabi Salafi berpendapat bahwa ajaran mereka yang paling murni dan paling tepat sesuai dengan ajaran asli Islam. Keyakinan inilah yang menyebabkan mereka mengejar suatu kebenaran yang mutlak dan mengesampingkan aspek-aspek fleksibel dan kontekstual dalam Islam.

Secara umum, Wahabi Salafi dikenal sebagai sebuah gerakan yang konservatif, ortodoks, dan eksklusif. Mereka memperjuangkan pengembalian umat Islam kembali ke “Islam asli” dan menolak pengaruh-pengaruh modern atau barat. Respons terhadap pandangan dan doktrin ini sering kali menjadi kritik pedas dan memicu perdebatan yang berkelanjutan di antara kaum Muslim.

Berikut adalah beberapa subkultur dalam gerakan Wahabi Salafi:

Nama Subkultur Deskripsi Contoh
Jihadis Memiliki sikap militan terhadap musuh Islam dan meyakini bahwa peperangan merupakan salah satu cara utama untuk mempertahankan Islam. Al-Qaida, ISIS
Quietists Menganjurkan nonpartisipasi dalam politik dan menganjurkan untuk memberikan kesetiaan hanya kepada pemerintah Islam yang berada dalam keadaan baik dan bermanfaat bagi umat Islam. Nashir al-Din al-Albani
Salafi Kitabiyah Memasukkan kebebasan akademik dan non-politik dalam gerakan mereka. Mashhur Hasan Salman

Kesimpulannya, gerakan Wahabi Salafi adalah sebuah gerakan yang konservatif dan ortodoks dalam Islam. Mereka cenderung memahami ajaran Islam secara harfiah dan menolak praktik-praktik baru yang tidak memiliki dasar dalam Islam. Walau mereka mengejar suatu kebenaran yang mutlak dan mengesampingkan aspek-aspek fleksibel dan kontekstual dalam Islam, respons terhadap pandangan dan doktrin ini sering kali menjadi kritik pedas dan memicu perdebatan yang berkelanjutan di antara kaum Muslim.

Perbedaan Wahabi Salafi dan Ahlussunnah Wal Jamaah

Agama Islam memiliki banyak mazhab atau aliran, salah satunya adalah Ahlussunnah Wal Jamaah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, muncul gerakan Wahabi dan Salafi yang kerap disalahartikan sebagai Ahlussunnah Wal Jamaah. Namun, adakah perbedaan antara Wahabi Salafi dan Ahlussunnah Wal Jamaah?

  • Penafsiran Al-Quran dan Hadis – Ahlussunnah Wal Jamaah cenderung menafsirkan Al-Quran dan Hadis dengan konteks sejarah dan budaya di mana nabi Muhammad hidup. Sedangkan Wahabi Salafi cenderung menafsirkan secara harfiah dan menghindari konteks sejarah dan budaya.
  • Kepercayaan terhadap Orang Suci (Wali Allah) – Ahlussunnah Wal Jamaah memiliki kepercayaan kuat pada keberadaan orang suci atau Wali Allah yang dapat membantu dalam memperoleh berkah dan pengampunan, sementara Wahabi Salafi tidak memiliki kepercayaan seperti itu dan menganggapnya sebagai syirik (menyekutukan Tuhan).
  • Peringatan Mawlid Nabi – Ahlussunnah Wal Jamaah memperingati Mawlid Nabi (hari ulang tahun nabi Muhammad) dengan cara yang meriah, sementara Wahabi Salafi memandang peringatan Mawlid Nabi sebagai bid’ah (ajaran yang tidak diakui) dan menganggapnya sebagai syirik.

Namun, perbedaan antara Wahabi Salafi dan Ahlussunnah Wal Jamaah tidak dapat dibahas tanpa menyebutkan kesamaannya. Keduanya memiliki keyakinan bahwa Islam harus kembali kepada Al-Quran dan Hadis, dan menolak penambahan dan pengurangan dari sumber utama tersebut.

Dalam kesimpulan, Ahlussunnah Wal Jamaah, Wahabi, dan Salafi semuanya berfokus pada Al-Quran dan Hadis, namun mereka mempunyai penafsiran dan keyakinan yang berbeda. Namun, sebagai muslim, kita harus menghormati perbedaan tersebut dan selalu mencari pemahaman yang lebih baik tentang agama kita.

Perbedaan Ahlussunnah Wal Jamaah Wahabi Salafi
Penafsiran Al-Quran dan Hadis Menafsirkan dengan konteks sejarah dan budaya Menafsirkan secara harfiah dan menghindari konteks sejarah dan budaya
Kepercayaan terhadap Orang Suci Memiliki kepercayaan pada orang suci (Wali Allah) Tidak memiliki kepercayaan seperti itu dan menganggapnya sebagai syirik
Peringatan Mawlid Nabi Memperingati secara meriah Menganggapnya sebagai bid’ah dan syirik

Dampak Wahabi Salafi dalam masyarakat muslim

Wahabi Salafi adalah sebuah gerakan keagamaan yang lahir di Arab Saudi pada abad ke-18. Mereka mengajarkan ajaran Islam yang sangat konservatif dan mengadopsi pola pikir yang radikal. Meskipun gerakan ini sudah lama ada, namun pengaruhnya semakin terasa di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Dampak dari gerakan ini tentu saja sangat signifikan dalam masyarakat muslim. Berikut ini adalah beberapa dampak dari Wahabi Salafi dalam masyarakat muslim.

  • Menimbulkan polarisasi dan konflik sosial
  • Mendorong penyebaran intoleransi dan kebencian terhadap kelompok yang berbeda
  • Membatasi kebebasan beragama dan kesenian tradisional

Pola Pikir Radikal

Gerakan ini sangat konservatif dalam pemahaman agamanya dan mengajarkan pola pikir yang radikal. Wahabi Salafi memandang bahwa pengaruh Barat dan Islam moderat adalah sebuah ancaman dan harus dilawan. Oleh karena itu, gerakan ini cenderung menentang budaya Islam moderat dan melihatnya sebagai bentuk penyelewengan dalam agama.

Pola pikir radikal ini kemudian menimbulkan dampak buruk dalam masyarakat muslim. Pasalnya, gerakan ini dijadikan alat untuk memecah belah umat Islam serta menciptakan polarisasi dan konflik sosial.

Kebencian terhadap kelompok yang berbeda

Wahabi Salafi juga mengajarkan penyebaran intoleransi dan kebencian terhadap kelompok yang berbeda. Kelompok yang menjadi sasaran gerakan ini tidak hanya golongan yang berbeda agama, tapi juga kelompok yang dianggap sesat dalam agama Islam ataupun kelompok Islam moderat.

Dampaknya pun cukup besar dalam masyarakat muslim. Mereka yang berlainan pandangan dianggap sebagai musuh dan masyarakat menjadi terpecah belah. Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan semangat kerukunan yang harus ada dalam masyarakat Islam.

Batasan atas Kebebasan Beragama dan Kesenian Tradisional

Konservatisme agama yang diajarkan oleh Wahabi Salafi juga berdampak pada kebebasan beragama dan kesenian tradisional. Bagi kelompok ini, semua bentuk kesenian yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama harus dihapuskan. Hal ini kemudian mejadi dasar bagi orang-orang Wahabi Salafi untuk melarang tradisi-treadisi seperti tari rampak, hadrah dan lain-lain.

Tidak dapat diterima Dapat diterima
Orang non-Muslim masuk masjid Masalah pendidikan
Berkabung dengan cara lama Penyembelihan hewan qurban di Indonesia
Bersalaman Anjing/hewan peliharaan
Memakai pakaian tradisional

Dalam pandangan orang yang berpendapat seperti ini, jika sebuah tradisi bertentangan dengan ajaran agama, maka hal itu harus dihapuskan. Padahal, kebebasan beragama merupakan hak yang harus diberikan kepada setiap individu sebagai bagian dari hak asasi manusia. Selain itu, kesenian tradisional juga merupakan bagian dari kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan.

Kontroversi Wahabi Salafi di Indonesia

Wahabi dan Salafi adalah dua gerakan dalam Islam yang kerap dipertentangkan. Ada beberapa kontroversi yang muncul terkait gerakan ini di Indonesia.

  • Radikalisme: Beberapa pihak menganggap gerakan Wahabi dan Salafi cenderung radikal dan mempertentangkan kaum muslimin yang tidak sejalan dengan pandangan mereka.
  • Sensitivitas terhadap bid’ah: Wahabi dan Salafi memiliki pandangan yang sangat konservatif terhadap ajaran Islam dan menolak pengaruh-pengaruh yang dianggap berasal dari tradisi bid’ah.
  • Pendapat yang berbeda: Wahabi dan Salafi kerap memiliki pandangan yang berbeda dengan mayoritas umat Islam Indonesia dalam hal amaliyah seperti membaca doa tertentu dan menjaga makam orang-orang suci.

Keterkaitan Wahabi dan Salafi dengan gerakan-gerakan ekstremis di Indonesia, seperti Jemaah Islamiyah, juga menjadi bagian dari kontroversi yang muncul dalam debat tentang gerakan ini.

Sementara itu, beberapa ulama dan kelompok Islam di Indonesia juga menolak label Wahabi dan Salafi dengan alasan bahwa gerakan-gerakan ini dianggap terlalu kaku dan kurang memperhatikan keberagaman dalam Islam.

Peran Media Sosial

Perdebatan tentang Wahabi dan Salafi kian memanas dengan maraknya penggunaan media sosial di Indonesia. Beberapa ulama aktif menggunakan platform seperti Twitter dan Facebook untuk menyebarkan pandangan mereka tentang gerakan ini.

Terkait dengan isu sensitivitas terhadap bid’ah, beberapa ulama dan dai di Indonesia aktif mempertanyakan ajaran-ajaran yang dianggap tidak sesuai dengan Alquran dan Sunnah. Kritik-kritik ini sering kali menimbulkan perdebatan dan kontroversi.

Kontroversi Media Sosial Penjelasan
Akun palsu Banyak akun media sosial yang mengatasnamakan ulama atau dai tertentu, padahal di dalamnya hanya berisi konten yang bersifat provokatif.
Hoaks dan fitnah Beberapa konten yang viral di media sosial terkait Wahabi dan Salafi terbukti merupakan hoaks atau fitnah yang sengaja dibuat.
Perpecahan umat Debat yang sengit dan pandangan yang sama sekali berbeda pada akhirnya dapat menimbulkan perpecahan dan konflik di antara umat muslim Indonesia.

Keterkaitan antara perdebatan tentang gerakan Wahabi dan Salafi dengan pengaruh media sosial dan dunia digital menyulitkan upaya-upaya untuk memperdalam pemahaman umat Islam di Indonesia tentang ajaran-ajaran ini.

Sampai Jumpa Lagi!

Nah itulah sedikit penjelasan tentang Wahabi dan Salafi. Semoga artikel ini bisa membantu kamu untuk lebih memahami tentang dua gerakan Islam tersebut. Terima kasih sudah membaca artikel ini. Jangan lupa kunjungi website kami lain kali untuk membaca tulisan menarik lainnya, ya!