Apa itu Wahabi dan Syiah? Mungkin bagi sebagian orang, nama-nama itu terdengar asing. Namun, bagi umat Islam khususnya di Indonesia, mungkin istilah-istilah ini sudah tidak asing lagi. Wahabi dan Syiah adalah dua kelompok besar dalam Islam yang kerap menjadi perbincangan. Keduanya memiliki ciri khas serta perbedaan yang cukup signifikan.
Kelompok Wahabi pertama kali muncul di Arabia Saudi pada abad ke-18. Mereka memegang teguh prinsip tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Tuhan. Kelompok ini juga menolak segala bentuk hibah dan perayaan maulid Nabi Muhammad. Sementara itu, kelompok Syiah merupakan paham Islam yang tumbuh dan berkembang di Iran. Syiah memanfaatkan teologi, filsafat, dan sejarah dalam berteologi. Keduanya memiliki perbedaan pandangan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, pada dasarnya keduanya mempunyai satu tujuan yang sama, yaitu memperkuat keimanan dan memperteguh aqidah sebagai Muslim.
Definisi Wahabi dan Syiah
Wahabi dan Syiah adalah dua kelompok besar dalam agama Islam yang memiliki perbedaan pandangan dalam hal praktik dan pemahaman agama. Wahabi adalah kelompok Sunni yang menolak berbagai praktik keagamaan seperti ziarah ke makam, perayaan maulid, dan memuja wali. Mereka berpegang pada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan pada masa sahabat nabi, dan menolak praktek-praktek yang dianggap sebagai bid’ah. Kelompok ini berasal dari Arab Saudi dan didirikan oleh Muhammad ibn Abd al-Wahhab pada abad ke-18. Mereka memiliki wahid dan aqidah sederhana, yang berfokus pada tiga prinsip utama yaitu tawhid, tauhid, dan tauhid.
- Wahid: keyakinan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang patut disembah dan tidak memiliki anak atau pasangan.
- Aqidah sederhana: percaya kepada nabi dan para sahabatnya, serta mengikuti ajaran Al-Quran dan As-Sunnah.
- Tauhid: pencarian kebenaran hanya melalui sumber-sumber utama ajaran Islam, yaitu Al-Quran dan As-Sunnah, dan menolak membawakan kepada setiap bentuk ajaran baru.
Sementara itu, Syiah adalah kelompok yang percaya bahwa keturunan Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin beserta keturunan nabi Muhammad. Mereka juga memiliki pandangan yang berbeda dalam hal khilafah sepeninggal nabi. Syiah percaya bahwa Al-Quran hanya bisa ditafsirkan oleh para Imam yang dipercayai, sementara Sunni menilai bahwa Al-Quran dan As-Sunnah cukup untuk dijadikan dasar dalam menafsirkan agama. Syiah terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu Imamiyah dan Zaidiyah, dengan Imamiyah merupakan yang paling banyak diikuti. Imamiyah memiliki delapan belas Imam, yang terakhir Imam Mahdi yang diyakini masih hidup dan akan kembali ke dunia untuk memimpin umat manusia hingga hari kiamat.
Perbedaan pandangan ini menyebabkan serangkaian peristiwa sejarah, termasuk perang saudara, konflik politik, dan terorisme pada masa kini, termasuk tuduhan ekstremisme dan radikalisme terhadap kelompok Wahabi. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, mayoritas penganut kedua kelompok ini hidup secara damai dan saling menghormati satu sama lain.
Kelompok | Cabang | Pemahaman | Lokasi |
Wahabi | Sunni | Praktik dan pemahaman ajaran Islam yang sederhana dan sesuai dengan keyakinan awal Islam | Arab Saudi |
Syiah | Imamiyah dan Zaidiyah | Mempercayai keturunan Ali bin Abi Thalib sebagai pemimpin, serta percaya bahwa Al-Quran hanya bisa ditafsirkan oleh para Imam | Iran, Irak, Bahrain |
Dalam menguatkan pemahaman agama, seseorang sebaiknya mencari sumber-sumber kredibel yang memuat informasi tentang ajaran agama secara mendalam dan akurat. Selain itu, menghormati perbedaan agama dan pendapat bukan hanya karena kewajiban agama, namun karena kita harus saling menghormati sebagai manusia yang hidup dalam bingkai sosial yang beragam.
Sejarah munculnya aliran Wahabi dan Syiah
Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian dan toleransi. Meski begitu, dalam sejarahnya, terdapat perbedaan pandangan yang mendalam tentang pemahaman atas ajaran Islam. Dua aliran besar dalam Islam yang sudah terkenal sejak lama adalah Wahabi dan Syiah. Di bawah ini, kamu akan menemukan penjelasan tentang sejarah munculnya aliran Wahabi dan Syiah.
- Wahabi
- Syiah
Aliran wahabi bermula pada abad ke-18 di wilayah Najd, Arab Saudi. Aliran ini dipelopori oleh seorang ahli teologi legendaris bernama Muhammad Ibn Abdul Wahhab. Ia berusaha untuk menyatukan orang-orang di sekitarnya dalam ajaran dan pemahaman Islam yang sesuai dengan pandangannya. Kepemimpinan Abdul Wahhab ditandai dengan konsolidasi kekuasaan di wilayah suci Mekah dan Madinah.
Sementara itu, Syiah lebih lambat berkembang. Aliran ini bermula pada abad ke-7 Masehi setelah kematian Nabi Muhammad. Pada masa itu, mayoritas umat Islam percaya bahwa pemimpin harus dipilih dari kalangan suku atau keluarga terpandang yang belum tentu keturunan Nabi. Akan tetapi, ada juga sekelompok kecil yang percaya bahwa pemimpin harus seorang yang memiliki hubungan keluarga yang tercatat dengan Nabi. Kelompok ini kemudian disebut Syiah, yang berasal dari kata “shīʻatu ʻAlī” yang berarti “orang-orang yang mengikuti Ali”.
Kedua aliran tersebut memiliki pandangan yang berbeda dalam banyak hal. Keduanya pun saling menuduh sesat, bahkan beberapa kali terjadi konflik antara keduanya yang tidak sedikit menimbulkan korban jiwa. Namun, walaupun beda pandangan, kedua aliran ini tetap saling diakui sebagai bagian dari Islam dan dihormati oleh umat Muslim secara umum.
Perbedaan keduanya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Wahabi | Syiah |
---|---|
Menolak tawasul | Mengamalkan tawasul |
Tidak percaya kepada Nabi Isa yang akan kembali | Percaya akan kembalinya Nabi Isa |
Mengharamkan peringatan Maulid Nabi | Menganjurkan peringatan Maulid Nabi |
Sederhananya, masing-masing aliran memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri. Oleh karena itu, kita harus bisa menerima dan menghargai perbedaan yang ada serta terus memupuk toleransi dan persaudaraan di antara kita semua.
Perbedaan keyakinan antara Wahabi dan Syiah
Perbedaan keyakinan antara Wahabi dan Syiah merupakan topik yang sering menjadi perbincangan di kalangan umat Islam. Berikut adalah beberapa perbedaan yang dapat dijelaskan:
- Imam: Syiah menganggap bahwa pemimpin seharusnya diwarisi secara keturunan melalui keluarga Nabi Muhammad, sedangkan Wahabi percaya bahwa pemimpin seharusnya dipilih berdasarkan keahlian dan kemampuan.
- Pemujaan: Syiah memiliki tradisi memuja Ahlul Bait, sedangkan Wahabi menganggap bahwa memuja Ahlul Bait merupakan praktik yang salah.
- Hukum: Wahabi mengikuti tafsir Quran secara harfiah, sedangkan Syiah memandang hadits dan pandangan ulama sebagai sumber hukum Islam.
Pengaruh Sosial dan Politik
Perbedaan keyakinan antara Wahabi dan Syiah juga memberikan pengaruh besar dalam konteks sosial dan politik di beberapa negara. Beberapa negara memiliki mayoritas penduduk Syiah atau Wahabi dan pengaruh ini mewarnai politik dan kehidupan sosial komunitas mereka.
Negara-negara seperti Iran dan Irak mempunyai mayoritas penduduk Syiah dan memiliki sistem pemerintahan yang berbasis pada pemilihan pemimpin melalui demokrasi. Sementara itu, negara seperti Arab Saudi dan Qatar mempunyai mayoritas penduduk Wahabi dan sistem pemerintahan yang didasarkan pada kedaulatan keluarga kerajaan.
Implikasi pada Konflik Antar Negara
Perbedaan keyakinan antara Wahabi dan Syiah juga memicu konflik antarnegara dan antarkomunitas. Beberapa konflik yang terjadi di Timur Tengah seperti perang saudara di Suriah dan konflik di Yaman melibatkan unsur keyakinan antara Syiah dan Wahabi.
Konflik | Implikasi Keyakinan |
---|---|
Perang Saudara di Suriah | Konflik antara pemerintah Syiah dan kelompok pemberontak Wahabi |
Konflik di Yaman | Konflik antara pemerintah Syiah dan kelompok pemberontak Wahabi |
Oleh karena itu, penting bagi umat Islam dan masyarakat internasional untuk memahami perbedaan keyakinan antara Wahabi dan Syiah dan tidak menggunakan perbedaan ini sebagai alasan untuk memicu konflik dan kebencian antarkomunitas.
Kontroversi terkait aliran Wahabi dan Syiah
Kontroversi mengenai aliran Wahabi dan Syiah sudah berlangsung lama dan masih menjadi perdebatan diantara para penganut kedua aliran tersebut. Berikut adalah beberapa kontroversi yang terkait dengan aliran Wahabi dan Syiah:
- Penafsiran Al-Quran dan Hadis
- Perbedaan pendapat tentang tokoh utama
- Konflik politik dan kekerasan
Penafsiran Al-Quran dan Hadis merupakan salah satu kontroversi utama antara aliran Wahabi dan Syiah. Aliran Wahabi cenderung bersandar pada teks asli dan menafsirkan Al-Quran dan Hadis secara harfiah. Sementara itu, aliran Syiah cenderung memberikan prioritas pada pemahaman kontekstual dan sejarah dalam menafsirkan teks keagamaan.
Perbedaan pendapat tentang tokoh utama juga menjadi perbedaan lainnya antara kedua aliran ini. Aliran Wahabi menghormati dan mengikuti penafsiran ulama dari Arab Saudi, sementara aliran Syiah menghormati ulama dan pemimpin spiritual dari Iran.
Konflik politik dan kekerasan juga menjadi sumber kontroversi antara aliran Wahabi dan Syiah. Sejak lama, ada konflik antara Arab Saudi yang mayoritas Wahabi dan negara-negara yang mayoritas berpenduduk Syiah seperti Iran dan Irak. Konflik ini meliputi pengaruh dan kekuasaan agama, politik dan wilayah. Konflik ini seringkali juga disertai dengan kekerasan yang merupakan hal yang sangat merugikan.
Penutup
Kontroversi terkait aliran Wahabi dan Syiah |
---|
Penafsiran Al-Quran dan Hadis |
Perbedaan pendapat tentang tokoh utama |
Konflik politik dan kekerasan |
Meskipun ada perbedaan pendapat antara aliran Wahabi dan Syiah, sebaiknya kita bisa terbuka dan saling menghormati sesama Muslim. Kita dapat mengambil manfaat dan hikmah dari keduanya untuk memperkaya pemahaman kita tentang agama Islam.
Pengaruh aliran Wahabi dan Syiah di Indonesia
Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, dalam keberagaman itu, terdapat perbedaan pandangan dalam ajaran Islam. Dua aliran yang cukup dikenal dan kontroversial di Indonesia adalah Wahabi dan Syiah. Apa itu aliran Wahabi dan Syiah?
Pengertian aliran Wahabi dan Syiah
- Wahabi merupakan aliran Islam yang bermula di Arab Saudi pada abad ke-18. Aliran ini menganggap penting untuk kembali ke ajaran Islam yang orisinal dan menghapus segala bentuk bid’ah atau inovasi dalam kepercayaan dan praktik keagamaan. Mereka mempertahankan pandangan keislaman yang bersifat konservatif dan identitas umat Islam yang sangat kuat.
- Syiah, di sisi lain, merupakan aliran yang mengambil nama dari syi’atu Ali, atau para pengikut Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi dan suami dari putri Nabi Muhammad Saw. Aliran Syiah menganggap bahwa Ali (dan keturunannya) memiliki hak yang lebih besar untuk menjadi pemimpin umat Islam dibandingkan dengan para khalifah yang lain. Sementara itu, mayoritas Muslim Sunni cenderung menyamakan Ali dengan khalifah lain seperti Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
Pengaruh aliran Wahabi dan Syiah di Indonesia
Meskipun Wahabi dan Syiah bukan aliran mayoritas di Indonesia, keduanya memiliki pengaruh yang signifikan dalam beberapa hal.
- Pendidikan – Beberapa pesantren atau lembaga pendidikan Islam di Indonesia cenderung mendukung aliran Wahabi atau Syiah dalam kurikulum pengajian dan metode pembelajaran.
- Politik – Beberapa organisasi Islam di Indonesia telah dikaitkan dengan kegiatan terorisme dan pelestarian Islam yang radikal, yang cenderung dianggap memiliki hubungan dengan aliran Wahabi.
- Perkawinan – Ada beberapa kasus di Indonesia di mana pasangan atau keluarga mengalami masalah atau konflik karena perbedaan keyakinan, terutama dalam hal aliran Wahabi dan Syiah.
Perbedaan antara aliran Wahabi dan Syiah?
Banyak perbedaan antara aliran Wahabi dan Syiah. Secara umum, perbedaan antara keduanya adalah:
Wahabi | Syiah | |
---|---|---|
Pemimpin | Mengutamakan kepatuhan dan penghormatan terhadap keluarga Nabi Muhammad Saw sebagai pemimpin umat Islam. | Mengakui hak keluarga Nabi untuk menjadi pemimpin dan mengangkat Imam Ali menjadi khalifah pertama. |
Pendidikan | Tidak banyak memperkenalkan ciri khas di dalam ke-islaman, lebih menekankan pada penghafalan al-quran dan hadits. | Memperkenalkan ciri khas kemanusiaan dalam ke-islaman, menekankan pada empat belas mazhab fiqh atau hukum di dalam Islam. |
Ketegasan | Mereka sangat ketat dalam menjalankan ibadah, termasuk dalam hal halal dan haram. | Mereka cenderung lebih toleran dan lebih tidak ketat dalam menjalankan ibadah, dan mereka memakai teknik kontemplasi atau i’tikaf. |
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak semua orang yang mengaku sebagai Wahabi atau Syiah memiliki pandangan yang sama. Ada pula Muslim yang lebih terbuka dan tidak mempertahankan pandangan yang konservatif. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dengan baik perbedaan dan pandangan dalam agama Islam sehingga kita tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang tidak substantif.
Pandangan atas aliran Wahabi dan Syiah dari sudut pandang Islam Sunni
Islam Sunni memiliki pandangan khusus terhadap aliran Wahabi dan Syiah. Berikut adalah penjelasan mengenai pandangan Islam Sunni terhadap kedua aliran tersebut.
Pandangan atas aliran Wahabi dan Syiah dari sudut pandang Islam Sunni
- Aliran Wahabi dianggap sebagai salah satu aliran yang paling ekstrim dalam Islam Sunni. Mereka cenderung menolak praktik-praktik tradisional yang telah dilakukan oleh umat Islam selama berabad-abad.
- Sedangkan aliran Syiah dianggap sebagai aliran yang mempunyai ajaran-ajaran yang berbeda dengan Islam Sunni, seperti keyakinan mengenai kepemimpinan orang-orang yang dianggap berhasil melanjutkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad.
- Namun, meskipun memiliki perbedaan ajaran, Islam Sunni juga mengakui bahwa aliran Wahabi dan Syiah masih merupakan bagian dari Islam dan layak dihormati.
Pandangan atas aliran Wahabi dan Syiah dari sudut pandang Islam Sunni
Namun, secara keseluruhan, pandangan Islam Sunni terhadap kedua aliran tersebut cukup kompleks, dan banyak tergantung pada perbedaan pandangan teologis dan historis yang terkait dengan masing-masing aliran.
Sementara itu, sebagian besar ulama Islam Sunni juga mengamati bahwa aliran Wahabi dan Syiah selalu melahirkan perdebatan dan konflik dalam dunia Islam.
Pandangan atas aliran Wahabi dan Syiah dari sudut pandang Islam Sunni
Berikut adalah tabel perbandingan antara keyakinan ajaran Islam Sunni, aliran Wahabi, dan Syiah.
Keyakinan | Islam Sunni | Aliran Wahabi | Aliran Syiah |
---|---|---|---|
Iman pada Allah | Diterima | Diterima | Diterima |
Iman pada Nabi Muhammad | Diterima | Diterima | Diterima |
Praktik-praktik Islam tradisional | Diterima | Tergantung pada interpretasi | Beberapa perbedaan dalam pelaksanaan praktik-praktik tertentu |
Keyakinan pada kepemimpinan Islam | Pemimpin harus dipilih oleh umat Islam | Menghindari semangat pengkultusan | Keyakinan dalam kebutuhan untuk Islam ahli waris kepemimpinan |
Namun, meskipun terdapat perbedaan-perbedaan ajaran antara Islam Sunni, aliran Wahabi, dan Syiah, hal yang penting diingat adalah bahwa semua aliran tersebut tetap berpegang teguh pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip utama dalam Islam, seperti cinta kasih, kerendahan hati, dan kebersamaan dalam mengejar kebenaran.
Keterkaitan antara Wahabi dan Syiah dengan konflik di Timur Tengah
Timur Tengah telah lama dilanda konflik yang berkepanjangan dan melibatkan berbagai pihak. Wahabi dan Syiah seringkali disebut sebagai akar dari konflik tersebut. Bagaimana keterkaitan antara dua aliran yang berbeda ini dengan konflik di Timur Tengah? Tim Ferriss memaparkan hal ini secara mendalam.
-
Konflik Sunni dan Syiah
Alih-alih bergabung melawan musuh yang sama, Sunni dan Syiah seringkali terlibat konflik internal yang kemudian merembet menjadi konflik antar negara. Wahabi, sebagai penganut ajaran Sunni yang konservatif, mendukung upaya memerangi Syiah, sementara Syiah menganggap Wahabi sebagai musuh karena ajarannya yang bertentangan dengan keyakinan mereka.
-
Intervensi Asing
Konflik di Timur Tengah semakin kompleks dengan adanya intervensi asing dari Amerika Serikat, Iran, dan Rusia. Amerika Serikat dan Saudi Arabia menjadi sekutu dengan mengambil sikap anti-Iran dan mendukung kebijakan Wahabi. Sementara itu, Rusia memihak pemerintah Suriah yang didukung Iran dan melawan pemberontak Sunni.
-
Kelompok Ekstremis
Kelompok ekstremis seperti ISIS dan Al Qaeda menggunakan konflik Sunni-Syiah untuk melancarkan aksinya. ISIS menganggap Syiah sebagai kafir dan menyebarkan propaganda untuk memerangi Syiah. Namun, ISIS juga menentang kebijakan pemerintah Saudi Arabia yang dipandang terlalu moderat dalam menerapkan ajaran Islam.
Peran Wahabi dalam Konflik di Timur Tengah
Wahabi merupakan aliran Islam yang menganut paham sunni konservatif dengan doktrin dasarnya adalah untuk kembali ke ajaran aslinya dan menolak pengaruh Barat. Pergerakan Wahabi bermula di Arabia Saudita pada abad ke-18 yang kemudian berkembang menjadi kekuatan politik dan ideologi. Berikut adalah beberapa peran Wahabi dalam konflik di Timur Tengah:
-
Mendukung Pemerintah Saudi Arabia
Wahabi didukung oleh keluarga kerajaan Saudi Arabia dan menjadi dasar dari hukum di negara itu. Pemerintah Saudi Arabia banyak melakukan intervensi ke negara lain untuk memperkuat posisi Sunni dan memerangi Syiah.
-
Melawan Gerakan Reformis Islam
Wahabi menentang gerakan reformis Islam dan lebih mengutamakan kembali ke ajaran aslinya. Hal ini menyebabkan mereka seringkali tidak toleran dengan pandangan yang berbeda dari mereka sendiri. Wendy Pearlman mengatakan bahwa paham wahabiisme meyakini bahwa semua tindakan luar biasa harus dipakai untuk merealisasikan tujuan-tujuannya dan semua orang yang tidak sepakat dengan pandangannya harus dihancurkan atau diberantas.
-
Membuat Lingkungan yang Tidak Toleran
Pengaruh Wahabiisme telah membuat lingkungan yang tidak toleran terhadap kelompok minoritas, baik itu di Saudi Arabia maupun di negara lain seperti Mesir dan Indonesia. Hal ini menyebabkan munculnya gerakan-gerakan separatisme dan perlawanan terhadap pemerintah yang didukung oleh Wahabi.
Peran Wahabi | Deskripsi |
---|---|
Mendukung Pemerintah Saudi Arabia | Wahabi didukung oleh keluarga kerajaan Saudi Arabia dan menjadi dasar dari hukum di negara itu. Pemerintah Saudi Arabia banyak melakukan intervensi ke negara lain untuk memperkuat posisi Sunni dan memerangi Syiah. |
Melawan Gerakan Reformis Islam | Wahabi menentang gerakan reformis Islam dan lebih mengutamakan kembali ke ajaran aslinya. Hal ini menyebabkan mereka seringkali tidak toleran dengan pandangan yang berbeda dari mereka sendiri. |
Membuat Lingkungan yang Tidak Toleran | Pengaruh Wahabiisme telah membuat lingkungan yang tidak toleran terhadap kelompok minoritas, baik itu di Saudi Arabia maupun di negara lain seperti Mesir dan Indonesia. Hal ini menyebabkan munculnya gerakan-gerakan separatisme dan perlawanan terhadap pemerintah yang didukung oleh Wahabi. |
Dalam sumbangsih keterkaitan antara Wahabi dan Syiah, dapat disimpulkan bahwa konflik di Timur Tengah tidak hanya dipicu oleh aliran-agama dan divergensi ideologi, tetapi juga oleh intervensi kebijakan asing dan ambisi global. Untuk dapat mengatasinya, kerja sama internasional yang kuat dan penyelesaian damai yang berkelanjutan adalah proses yang harus dilakukan di masa depan.
Sampai Jumpa Kembali!
That’s all for today’s discussion about Wahabi and Syiah. Hopefully, you’ve found this article informative and helpful in giving you a better understanding of these two terms. Don’t stop here, continue to learn so that you can be more knowledgeable about the world and its cultures. We’re grateful for your time spent reading this article and please feel free to come back for another informative discussion. Sampai jumpa kembali!