Apa itu shortening? Kebanyakan dari kita mungkin akan langsung menghubungkannya dengan bahan yang ada di dapur, yaitu bahan pengganti mentega atau minyak pada resep kue. Namun sebenarnya, shortening juga merujuk pada teknik penyingkatan kalimat atau kata yang lazim digunakan dalam dunia penulisan dan penerjemahan.
Teknik shortening dalam penulisan atau penerjemahan bertujuan untuk membuat teks lebih ringkas namun tetap dapat dipahami secara mudah dan jelas. Tidak hanya itu, teknik ini juga sering digunakan untuk menghindari pengulangan kata atau frasa yang sama, sehingga teks menjadi lebih variatif dan menarik untuk dibaca. Jika dilakukan dengan benar, shortening dapat menjadi senjata ampuh untuk meningkatkan kualitas sebuah tulisan.
Namun demikian, teknik shortening juga dapat menjadi boomerang apabila digunakan secara berlebihan atau tidak sesuai konteks. Terlalu sering memotong kalimat atau kata dapat menyebabkan teks justru menjadi sulit dipahami dan tampak acak-acakan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami prinsip-prinsip yang terkandung dalam teknik shortening sebelum mencobanya dalam penulisan atau penerjemahan.
Pengertian Shortening
Shortening adalah bahan dasar yang sering digunakan dalam pembuatan kue dan roti. Shortening sering disebut juga dengan nama lemak semisolid atau lemak putih. Bahan ini memiliki konsistensi yang padat dan berwarna putih seperti mentega, dan biasanya berbahan dasar minyak kelapa sawit atau minyak kedelai. Shortening dapat digunakan sebagai pengganti mentega atau margarin pada pembuatan adonan, terutama ketika mendapatkan hasil kue atau roti yang lebih lembut dan empuk.
Sejarah Shortening
Shortening adalah bahan pengganti mentega atau lemak hewani lainnya pada saat memasak atau membuat kue. Dalam industri makanan, shortening digunakan untuk meningkatkan tekstur produk jadi. Namun, tahukah Anda bahwa shortening sebenarnya telah ditemukan sejak abad ke-19?
- Pada tahun 1810, seorang kimiawan bernama Michel Eugene Chevreul menemukan bahwa lemak terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol.
- Pada tahun 1900-an, seorang kimiawan bernama Edwin Kayser mengembangkan teknik hidrogenasi partikel kecil minyak, yang menghasilkan lemak yang lebih padat dengan titik lebur lebih tinggi.
- Pada tahun 1911, Procter & Gamble membeli paten teknologi hidrogenasi dan mulai memasarkan shortening dengan merek dagang Crisco pada tahun 1913.
Namanya sendiri adalah akronim dari “crystallized cottonseed oil” akan tetapi seiring berjalannya waktu, bahan dasarnya berubah menjadi minyak nabati campuran. Shortening menjadi populer pada tahun 1950-an dan digunakan sebagai pengganti mentega dan lemak hewani lainnya pada saat memasak, terutama selama Perang Dunia II ketika persediaan mentega menjadi terbatas.
Tahun | Peristiwa |
---|---|
1810 | Michel Eugene Chevreul menemukan lemak terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol |
1900-an | Edwin Kayser mengembangkan teknik hidrogenasi partikel kecil minyak |
1913 | Procter & Gamble mulai memasarkan shortening dengan merek dagang Crisco |
1950-an | Shortening menjadi populer dan digunakan sebagai pengganti mentega dan lemak hewani lainnya |
Dalam industri makanan, shortening masih digunakan secara luas hingga saat ini. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa shortening yang mengandung lemak trans dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes. Oleh karena itu, saat memilih shortening, pastikan Anda memilih produk yang bebas lemak trans atau memilih alternatif pengganti yang lebih sehat seperti mentega atau minyak kelapa.
Jenis-jenis Shortening
Shortening adalah bahan makanan yang digunakan sebagai pengganti mentega atau margarin dalam banyak resep kue dan roti. Jenis-jenis shortening dapat berbeda tergantung pada bahan dan cara pembuatan yang digunakan.
-
Shortening Nabati
Shortening nabati adalah jenis shortening yang paling umum digunakan. Shortening ini dibuat dari minyak yang berasal dari tumbuhan seperti kelapa, kedelai, dan palm kernel. Shortening nabati biasanya lebih stabil pada suhu kamar daripada mentega atau margarin yang terbuat dari susu sapi.
-
Shortening Campuran
Shortening campuran biasanya terdiri dari campuran minyak nabati dan lemak hewan. Jenis shortening ini lebih lunak, dan mudah dicampurkan dengan adonan roti atau kue.
-
Shortening Serba Guna
Shortening serba guna terbuat dari minyak biji kapuk atau minyak jagung, dan biasanya digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk memanggang, menggoreng, dan memasak. Shortening serba guna harus disimpan di tempat yang ketat dan kering untuk mempertahankan kualitasnya.
Perbedaan Berbagai Jenis Shortening
Perbedaan antara jenis-jenis shortening terletak pada bahan yang digunakan dan bagaimana shortening tersebut diproses. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan saat memilih jenis shortening yang tepat, termasuk stabilitas pada suhu ruangan, ketersediaan, dan anggaran. Selain itu, perhatikan juga kebutuhan dalam pembuatan roti atau kue tertentu sehingga shortening yang digunakan sesuai dengan kebutuhan.
Jenis Shortening | Komposisi | Keuntungan | Kerugian |
---|---|---|---|
Shortening Nabati | Minyak kelapa, kedelai, palm kernel | Bebas laktosa, tahan suhu panas tinggi, ramah lingkungan | Lebih mahal, teksturnya lebih kaku daripada margarin |
Shortening Campuran | Minyak nabati dan lemak hewan | Lebih murah daripada mentega, mudah digunakan dan dicampurkan dengan adonan roti atau kue | Kandungan lemak hewan dapat menyebabkan masalah kesehatan jika dikonsumsi berlebihan |
Shortening Serba Guna | Minyak biji kapuk atau minyak jagung | Mudah didapatkan di pasar, lebih murah daripada margarin atau mentega. | Kandungan lemak jenuh yang tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan dalam jangka panjang |
Dalam mengolah bahan makanan, terutama dalam pembuatkan kue dan roti, jenis-jenis shortening memiliki peran penting. Namun tidak perlu khawatir dalam penggunaanya, karena kita dapat memilih jenis shortening yang sesuai dengan kebutuhan dan tips dalam penggunaannya.
Fungsi dari Shortening
Shortening merupakan salah satu bahan yang sering digunakan pada pembuatan kue dan roti. Biasanya terbuat dari lemak nabati seperti minyak sawit, minyak kelapa, atau minyak kedelai. Fungsi dari shortening pada produk roti dan kue sangat penting karena dapat mempengaruhi tekstur, rasa, warna, dan umur simpan produk tersebut.
Manfaat dari penggunaan shortening pada pembuatan roti dan kue
- Memperbaiki tekstur: Shortening bisa memberikan tekstur yang lebih lembut dan halus pada produk roti dan kue. Hal ini terjadi karena shortening mampu mengurangi pembentukan gluten pada tepung yang digunakan, sehingga produk tidak terlalu padat dan ‘karet’ saat di kunyah.
- Menambah rasa: Shortening juga bisa menjadi bahan penyedap pada roti dan kue. Shortening memiliki rasa yang ringan dan netral sehingga tidak mengubah cita rasa produk yang dihasilkan.
- Menjaga warna: Shortening bisa meratakan warna pada produk roti dan kue. Beberapa produk tepung seperti terigu bisa menghasilkan warna yang tidak merata pada produk akhir, namun dengan menambahkan shortening ke dalam adonan, warna produk bisa menjadi lebih merata.
Penggunaan Shortening yang Berlebihan dapat Berdampak Buruk
Meskipun penggunaan shortening bisa memberikan manfaat pada produk roti dan kue, namun penggunaan yang berlebihan juga memiliki dampak buruk. Makanan yang mengandung terlalu banyak shortening dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan kolesterol tinggi. Sebaiknya, pemakaian shortening yang sehat dan proporsional pada produk roti dan kue sangat dianjurkan.
Tabel Perbandingan Shortening dengan Bahan Lain
Bahan | Kalori per 1 sendok makan | Kandungan lemak jenuh | Kandungan lemak tak jenuh |
---|---|---|---|
Shortening | 120 kalori | 4 gram | 9 gram |
Mentega | 102 kalori | 7 gram | 3 gram |
Minyak zaitun | 120 kalori | 2 gram | 10 gram |
Dalam tabel perbandingan tersebut, terlihat bahwa minyak zaitun adalah bahan yang terbaik jika kita ingin menghindari kandungan lemak jenuh. Namun, pada penggunaannya untuk produk roti dan kue, tekstur dan rasa yang dihasilkan mungkin akan berbeda dengan penggunaan shortening. Oleh karena itu, sebaiknya kita memilih bahan yang tepat sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Shortening vs Margarine: Apa perbedaannya?
Shortening dan margarin adalah dua jenis lemak yang sering digunakan dalam pembuatan kue dan roti. Keduanya saling menggantikan satu sama lain dalam resep, tetapi mereka memiliki perbedaan yang signifikan dalam hal nutrisi dan penggunaan.
- Asal-usul: Shortening dibuat dari minyak nabati seperti kelapa sawit, sedangkan margarin dibuat dengan mencampur minyak nabati dengan susu atau air, dan kemudian dihidrogenasi.
- Tekstur: Shortening lebih padat dan keras daripada margarin, sehingga cocok digunakan untuk membuat adonan kue dan roti yang harus dipotong atau dibentuk. Margarin lebih lunak dan lebih lembut daripada shortening, sehingga cocok digunakan untuk mengoles atau mencampurkan adonan yang harus dicampurkan dengan lembut.
- Nutrisi: Shortening cenderung lebih rendah lemak jenuh dan kolesterol daripada margarin. Namun, beberapa jenis shortening mengandung lemak trans yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Margarin memiliki kandungan lemak trans yang lebih sedikit daripada shortening, tetapi masih memiliki kandungan lemak jenuh yang cukup tinggi.
Selain perbedaan di atas, ketika digunakan dalam pembuatan kue dan roti, shortening dan margarin juga memiliki perbedaan dalam rasa dan aroma yang dihasilkan. Beberapa koki mungkin memilih menggunakan lebih dari satu jenis lemak untuk mencapai rasa dan tekstur yang diinginkan untuk resep tertentu.
Contoh penggunaan shortening dan margarin:
Shortening sering digunakan dalam pembuatan kue seperti pie crust, biskuit, dan kurma, karena meningkatkan kelembutan dan membuat adonan lebih mudah diproses. Margarin sering digunakan dalam pembuatan kue seperti kue, roti, dan kue kering, karena memberikan rasa yang lebih kaya dan aroma yang lebih halus.
Jenis Lemak | Kandungan Lemak Jenuh (% dari total lemak) | Kandungan Lemak Trans (% dari total lemak) |
---|---|---|
Shortening sayap merah | 18 | 3.4 |
Margarin Joy | 23 | 0.3 |
Sumber: USDA National Nutrient Database for Standard Reference
Manfaat dan Bahaya Konsumsi Shortening
Shortening adalah minyak yang diolah sedemikian rupa sehingga memiliki konsistensi yang padat pada suhu ruangan. Shortening sering digunakan sebagai pengganti mentega atau margarin dalam banyak resep. Sementara itu, manfaat dan bahaya konsumsi shortening seiring dengan tren makanan yang semakin sadar akan kesehatan dan pola makan. Berikut adalah ulasan singkat tentang manfaat dan bahaya konsumsi shortening:
Manfaat Konsumsi Shortening
- Menambah Kelezatan Makanan: Penggunaan shortening dalam resep makanan, seperti kue dan roti, dapat meningkatkan kelezatan makanan. Shortening memiliki konsistensi yang lebih stabil ketika dipanaskan, dibandingkan dengan mentega atau margarin, sehingga bahan makanan seperti kue dan roti akan lebih lembut dan garing.
- Kemampuan Tahan Lama: Shortening memiliki umur simpan yang lebih lama dari mentega atau margarin. Oleh karena itu, penggunaan shortening dalam bahan makanan dapat membuat makanan lebih tahan lama, terutama jika makanan disimpan dalam suhu ruangan atau disimpan dalam waktu yang lama.
Bahaya Konsumsi Shortening
Walaupun shortening memiliki manfaat dalam memperbaiki rasa dan kemampuan tahan lama makanan, penggunaan shortening dalam jumlah berlebihan atau secara terus-menerus dapat memberikan dampak buruk terhadap kesehatan karena kandungan asam trans yang tinggi. Berikut adalah beberapa bahaya konsumsi shortening:
- Menyebabkan Penyakit Jantung: Tingginya kandungan asam trans dalam shortening dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Asam trans diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam tubuh dan menurunkan kadar kolesterol baik.
- Menyebabkan Masalah Pencernaan: Pada beberapa kasus, konsumsi shortening dalam jumlah berlebihan dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti diare, sakit perut, dan mual.
Bagaimana Cara Menghindari Bahaya Konsumsi Shortening?
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghindari bahaya konsumsi shortening:
Cara | Keterangan |
---|---|
Mengurangi Konsumsi Makanan Olahan | Mengurangi konsumsi makanan olahan yang mengandung shortening, seperti kue, roti, dan gorengan. |
Mengonsumsi Lemak Sehat | Mengganti penggunaan shortening dengan bahan makanan yang lebih sehat, seperti minyak zaitun, minyak kelapa, atau mentega yang lebih rendah kandungan asam trans. |
Membaca Label | Membaca label secara teliti sebelum membeli makanan olahan, dan memilih produk yang mengandung sedikit asam trans atau tidak mengandung asam trans. |
Jadi, meskipun shortening dapat memberikan manfaat dalam memperbaiki rasa dan kemampuan tahan lama makanan, perlu diingat bahwa konsumsi shortening yang berlebihan atau secara terus-menerus dapat memberikan bahaya bagi kesehatan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan jumlah dan frekuensi konsumsi shortening serta memilih bahan makanan yang lebih sehat sebagai penggantinya.
Alternatif pengganti shortening dalam masakan dan kue.
Shortening sering digunakan dalam banyak resep masakan dan kue karena dapat memberikan tekstur yang lembut dan kenyal. Namun, penggunaannya terkadang menjadi perdebatan karena mengandung lemak trans yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Berikut beberapa alternatif pengganti shortening dalam masakan dan kue:
- Mentega: Mentega memiliki rasa yang kaya dan memberikan tekstur yang lembut pada kue. Namun, mentega juga mengandung lemak jenuh yang tinggi sehingga sebaiknya digunakan dengan bijak.
- Minyak sayur: Minyak sayur memiliki kandungan lemak yang lebih sehat dibandingkan shortening. Namun, penggunaannya dapat memengaruhi rasa dan tekstur kue.
- Yoghurt: Yoghurt dapat digunakan sebagai pengganti shortening dalam resep roti atau kue. Yoghurt tidak mengandung lemak trans dan memberikan tekstur yang lembut dan moist pada kue.
Perbandingan alternatif pengganti shortening
Berikut adalah perbandingan nutrisi dari beberapa alternatif pengganti shortening:
Pengganti Shortening | Kalori | Lemak (gr) | Lemak Jenuh (gr) | Lemak Trans (gr) | Protein (gr) | Karbohidrat (gr) |
---|---|---|---|---|---|---|
Mentega (1 sdm) | 102 | 11,5 | 7,3 | 0,3 | 0,1 | 0,1 |
Minyak Sayur (1 sdm) | 120 | 14 | 2,2 | 0 | 0 | 0 |
Yoghurt Yunani (1 sdm) | 18 | 0,2 | 0,1 | 0 | 3,4 | 0,6 |
Bagi mereka yang ingin mengurangi konsumsi lemak trans, alternatif pengganti shortening yang lebih sehat dapat menjadi pilihan. Namun, sebaiknya tetap digunakan dengan bijak dan tidak berlebihan.
Sekarang Kamu Sudah Tahu Apa Itu Shortening
Jadi, sekarang kamu sudah tahu apa itu shortening. Semoga artikel ini bisa membantu kamu lebih paham tentang bahan dapur yang satu ini. Terima kasih sudah membaca, dan jangan lupa untuk mengunjungi situs kami lagi lain waktu untuk mendapatkan informasi menarik seputar kuliner dan bahan dapur lainnya. Sampai jumpa!