Apa Itu Preeklampsia? Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Apa itu preeklampsia? Preeklampsia merupakan gangguan kesehatan yang terkait dengan kehamilan. Gangguan ini biasa terjadi pada wanita yang sedang hamil, dan terkadang juga mengalami peningkatan tekanan darah. Preeklampsia yang terjadi pada ibu hamil jika tidak segera ditemukan dan ditangani dapat berbahaya bagi diri sendiri dan janin yang dikandungnya.

Kepada calon ibu yang sedang hamil, penting untuk mengetahui dan memahami apa itu preeklampsia. Dengan begitu, calon ibu akan lebih memperhatikan kesehatannya secara detail ketika sedang hamil. Sebab, preeklampsia dapat timbul sewaktu-waktu terutama pada masa kehamilan trimester ketiga.

Tentunya hal ini juga akan membantu tenaga medis dalam mengevaluasi kesehatan calon ibu serta janin yang dikandungnya. Jadi, jangan sampai salah mengartikan gangguan kehamilan yang satu ini. Yuk, kita pelajari lebih lanjut apa itu preeklampsia dan apa saja tanda-tanda yang harus diperhatikan.

Definisi Preeklampsia

Preeklampsia atau yang juga dikenal dengan toksisitas kehamilan, adalah kondisi yang dapat terjadi pada seorang wanita selama kehamilan dan menyebabkan tekanan darah tinggi serta kerusakan organ yang serius. Kondisi ini biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu atau di awal trimester ketiga. Pre-eklampsia mempengaruhi sekitar 2-8% dari kehamilan di seluruh dunia dan merupakan penyebab kematian ibu hamil nomor dua setelah perdarahan postpartum.

Penyebab Preeklampsia

Preeklampsia adalah kondisi kehamilan yang berbahaya bagi ibu dan janin yang dapat terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu. Meskipun penyebab pasti dari kondisi ini tidaklah diketahui, para ahli percaya bahwa beberapa faktor dapat mempengaruhi terjadinya preeklampsia.

  • Genetik – Beberapa studi menunjukkan bahwa genetik mungkin memainkan peran dalam kemungkinan seorang wanita terkena preeklampsia. Penyakit ini mungkin lebih umum terjadi dalam keluarga yang memiliki riwayat preeklampsia atau tekanan darah tinggi selama kehamilan.
  • Kerusakan Endotel – Endotel adalah lapisan dalam pembuluh darah. Preeklampsia mungkin terjadi ketika endotel tidak berfungsi dengan baik dan menghasilkan bahan kimia yang memicu peradangan, peningkatan tekanan darah, dan masalah lainnya.
  • Plasenta Saling Tidak Cocok – Preeklampsia mungkin terjadi jika tubuh ibu merespons plasenta dengan cara yang tidak wajar. Ini mungkin terjadi jika plasenta tidak mengandung cukup oksigen atau nutrisi, atau jika sistem kekebalan tubuh ibu melihat plasenta sebagai benda asing dan terus menyerangnya.

Meskipun ketiga faktor ini dikenal sebagai penyebab potensial preeklampsia, belum tentu semua ibu hamil yang mengalami kondisi ini mengalami salah satunya. Penting bagi setiap ibu hamil untuk memeriksa dan mengikuti anjuran dokter mengenai pencegahan dan pengobatan preeklampsia.

Berikut adalah beberapa faktor lain yang mungkin meningkatkan risiko terjadinya preeklampsia:

Faktor Risiko Penjelasan
Usia ibu di atas 35 tahun Ibu hamil yang lebih tua mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena preeklampsia.
Kehamilan Kembar Mengandung anak kembar atau lebih dapat meningkatkan risiko preeklampsia.
Obesitas dan Hipertensi Ibu hamil dengan indeks massa tubuh tinggi atau tekanan darah tinggi sebelum kehamilan mungkin berisiko terkena preeklampsia.

Setiap ibu hamil harus memantau kesehatannya selama kehamilan untuk memastikan bahwa bayi dan dirinya sehat. Ketika ditemukan gejala atau tanda preeklampsia, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dan mencegah komplikasi yang lebih serius.

Faktor Risiko Preeklampsia

Preeklampsia merupakan masalah yang sering terjadi pada kehamilan. Kondisi ini terjadi ketika tekanan darah tinggi dan protein terdeteksi pada urin ibu hamil. Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya preeklampsia selama kehamilan, di antaranya:

  • Usia ibu di bawah 20 dan di atas 40 tahun. Ibu hamil yang berusia di bawah 20 dan di atas 40 tahun mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami preeklampsia.
  • Riwayat keluarga. Jika anggota keluarga perempuan memiliki riwayat preeklampsia saat hamil, maka ibu hamil yang bersangkutan berpeluang lebih besar terkena preeklampsia.
  • Kondisi medis tertentu. Ibu hamil dengan kondisi medis seperti obesitas, diabetes, penyakit tekanan darah tinggi, atau lupus mempunyai risiko lebih besar dari ibu hamil tanpa kondisi medis tersebut.

Jenis Kelamin Bayi dan Preeklampsia

Sebuah penelitian menemukan bahwa jenis kelamin bayi juga dapat berperan dalam kemungkinan terjadinya preeklampsia. Bayi laki-laki lebih berkemungkinan menimbulkan preeklampsia pada kehamilan berikutnya dibandingkan bayi perempuan. Penelitian menyebutkan bahwa janin laki-laki menimbulkan reaksi respons imun yang lebih besar daripada janin perempuan, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya preeklampsia pada kehamilan selanjutnya.

Faktor Pemicu Preeklampsia

Preeklampsia pada ibu hamil memang sulit diprediksi, sehingga sulit untuk mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab utamanya. Namun, ada beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya preeklampsia, antara lain:

Faktor kehamilan seperti masalah plasenta yang berkembang dengan buruk atau infeksi pada janin.
Penyakit ginjal atau penyakit tekanan darah tinggi sebelum hamil.
Asupan gizi kurang atau kegemukan saat hamil.

Jumlah Kehamilan Risiko Preeklampsia
1 15%
2 25%
3 atau lebih 50%

Mengetahui faktor risiko preeklampsia sangat penting bagi ibu hamil, karena dapat membantu mereka untuk melakukan pencegahan yang lebih baik. Dalam kondisi tertentu, dokter mungkin akan menyarankan ibu hamil untuk mengambil tindakan preventif guna mengurangi kemungkinan terjadinya preeklampsia. Sebagai ibu hamil, pastikan untuk selalu memeriksakan kesehatan Anda secara rutin dan berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala-gejala yang mengkhawatirkan.

Gejala Preeklampsia

Preeklampsia adalah kondisi yang umum terjadi pada wanita hamil, yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kerusakan organ tubuh lainnya. Beberapa gejala yang dapat muncul pada preeklampsia antara lain:

  • Tekanan darah tinggi
  • Protein dalam urin
  • Sakit kepala yang parah
  • Nyeri perut yang kuat
  • Napas pendek atau kesulitan bernapas
  • Perubahan penglihatan, seperti kabur atau sensitif terhadap cahaya
  • Mual atau muntah

Komplikasi Preeklampsia

Jika tidak ditangani dengan baik, preeklampsia dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, baik bagi ibu maupun bayi yang dikandungnya. Beberapa komplikasi tersebut dapat meliputi:

– Pemisahan plasenta: Preeklampsia dapat menyebabkan plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum bayi lahir. Hal ini dapat menyebabkan pendarahan yang berat dan mengancam nyawa bagi ibu dan bayi.

– Kelahiran prematur: Preeklampsia dapat mempercepat kelahiran sebelum bayi cukup matang untuk lahir. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan bagi bayi, seperti kesulitan bernapas, infeksi, dan masalah nutrisi.

– Gangguan organ: Preeklampsia dapat menyebabkan kerusakan pada organ, seperti hati, ginjal, paru-paru, dan otak. Hal ini dapat menyebabkan masalah serius pada kesehatan ibu, bahkan mengancam nyawa.

Diagnosis Preeklampsia

Preeklampsia dapat didiagnosis melalui pemeriksaan darah, urine, dan tekanan darah. Dokter akan memeriksa gejala-gejala yang muncul dan melakukan pemeriksaan fisik untuk melihat kondisi ibu dan bayi. Jika ditemukan tanda-tanda preeklampsia, maka langkah selanjutnya adalah pengelolaan kondisi dengan terapi dan pemantauan teratur.

Tekanan Darah Preeklampsia
Sistolik ≥ 140 mmHg atau Diastolik ≥ 90 mmHg Ya
Sistolik < 140 mmHg dan Diastolik < 90 mmHg Tidak

Tabel di atas menunjukkan nilai ambang batas tekanan darah untuk mengidentifikasi preeklampsia. Jika hasil pemeriksaan tekanan darah melebihi nilai dalam tabel, maka dapat dipastikan ibu mengalami kondisi preeklampsia.

Diagnosis Preeklampsia

Preeklampsia adalah suatu kondisi medis yang serius yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin. Oleh karena itu, diagnosis dini sangatlah penting dalam menangani kondisi ini. Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan dalam diagnosis preeklampsia:

  • Pemeriksaan tekanan darah: Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang menderita preeklampsia adalah dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah.
  • Pemeriksaan urine: Tes urine dapat dilakukan untuk mencari tanda-tanda preeklampsia, seperti kadar protein yang tinggi.
  • Pemeriksaan fisik dan gejala: Dokter dapat juga memeriksa adanya tanda-tanda preeklampsia pada fisik dan gejala yang dirasakan oleh ibu hamil, seperti sakit kepala dan pandangan kabur.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa tes tambahan untuk membantu mengkonfirmasi diagnosis preeklampsia seperti:

  • Tes darah: Tes ini dapat memberikan informasi tentang kadar protein dan keseimbangan kimia dalam tubuh.
  • Tes ultrasound: Tes ini dapat membantu dokter dalam mengevaluasi kesehatan janin dan melihat apakah ada masalah dalam pertumbuhan.
  • Tes detak jantung janin: Tes ini dilakukan untuk melihat apakah detak jantung janin normal dan apakah janin mengalami stres.

Faktor Risiko Preeklampsia

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya preeklampsia, yaitu:

  • Riwayat keluarga: Jika anggota keluarga seperti ibu atau saudara pernah mengalami preeklampsia, maka kemungkinan besar seseorang juga berisiko tinggi.
  • Melahirkan pertama kali: Risiko preeklampsia lebih tinggi bagi ibu hamil yang melahirkan pertama kali.
  • Usia: Wanita yang hamil pada usia di atas 35 tahun cenderung memiliki risiko lebih tinggi terjadinya preeklampsia.

Berhubungan dengan faktor risiko tersebut, sebaiknya ibu hamil berkonsultasi dengan dokter secara rutin selama masa kehamilan dan melakukan pemeriksaan yang dianjurkan untuk memantau kesehatan ibu dan janin. Hal ini dapat membantu dalam mencegah atau mendeteksi preeklampsia sedini mungkin.

Sumber:

Penulis Tahun Artikel Jurnal
Leeman, L., & Fontaine, P. 2018 Screening, diagnosis, and management of preeclampsia. American Family Physician, 98(11), 721–728.

Pengobatan Preeklampsia

Jika seorang ibu hamil didiagnosis dengan preeklampsia, dokter akan merekomendasikan beberapa pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah dan mengontrol gejala lainnya. Ada beberapa pengobatan yang tersedia untuk preeklampsia, termasuk:

  • Obat tekanan darah: Dokter mungkin akan meresepkan obat tekanan darah untuk membantu menurunkan tekanan darah tinggi yang terkait dengan preeklampsia. Obat seperti labetalol, nifedipin, dan metildopa dapat membantu mengurangi tekanan darah.
  • Steroid: Dokter mungkin akan memberikan steroid kepada ibu hamil dengan preeklampsia untuk membantu perkembangan paru janin. Steroid seperti betametason dapat membantu janin yang lahir prematur.
  • Terapi magnesium: Terapi magnesium digunakan untuk mencegah kejang pada ibu hamil dengan preeklampsia. Ini juga dapat membantu melindungi organ vital seperti jantung, hati dan ginjal.

Perawatan Inap

Perawatan inap mungkin diperlukan bagi ibu hamil dengan preeklampsia. Kondisi ibu dan janin akan dipantau dengan ketat untuk mengurangi risiko komplikasi. Dokter akan memantau tekanan darah, kadar protein dalam urin, dan kadar platelet dalam darah. Jika kondisi memburuk, kelahiran mungkin harus dilakukan segera.

Induksi Persalinan

Induksi persalinan dapat direkomendasikan jika ibu hamil dengan preeklampsia telah mencapai usia kehamilan 37 minggu atau lebih. Ini dapat membantu mengurangi risiko komplikasi pada janin dan ibu hamil.

Operasi Caesar

Jika kondisi ibu atau janin tidak stabil atau jika ada risiko komplikasi tertentu, operasi caesar mungkin direkomendasikan. Ini bisa menjadi pilihan terbaik untuk memastikan kelahiran bayi yang sehat dan mengurangi risiko komplikasi.

Jenis Pengobatan Manfaat Kerugian
Obat tekanan darah Membantu menurunkan tekanan darah tinggi Dapat menyebabkan efek samping seperti sakit kepala, mual dan pusing
Steroid Mempercepat perkembangan paru janin Dapat menyebabkan efek samping seperti peningkatan gula darah dan peningkatan berat badan
Terapi magnesium Mencegah kejang pada ibu hamil Dapat menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, rasa panas atau dingin

Semua pengobatan harus diambil sesuai arahan dokter dan dapat membantu mengurangi risiko komplikasi pada ibu hamil dan janin.

Pencegahan Preeklampsia

Ketika datang ke kehamilan, preeklampsia adalah salah satu komplikasi yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko terkena preeklampsia. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah preeklampsia selama kehamilan:

  • Mengontrol tekanan darah: Ibu hamil harus memantau tekanan darah mereka secara teratur, dan jika diperlukan, mengambil obat untuk menjaga tekanan darah dalam kisaran yang aman.
  • Menerapkan gaya hidup sehat: Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan yang sehat, menjalani gaya hidup aktif dengan menyeimbangkan antara olahraga dan istirahat yang cukup, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol.
  • Menghindari kelebihan berat badan: Ibu hamil harus memperhatikan kenaikan berat badan selama kehamilan dan menjaganya agar tetap dalam kisaran yang sehat.
  • Perawatan pranatal yang teratur: Ibu hamil harus mengikuti jadwal perawatan antenatal mereka dengan ketat dan mendiskusikan perubahan apa pun dengan dokter mereka.
  • Mengambil suplemen asam folat: Asam folat dikenal dapat membantu mencegah masalah kehamilan, termasuk preeklampsia.
  • Menjaga kadar kalsium yang sehat: Kadar kalsium yang rendah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terkena preeklampsia pada beberapa ibu hamil.
  • Menghindari stres: Ibu hamil harus menghindari stres yang berlebihan dan mencari cara untuk tetap tenang dan rileks selama kehamilan.

Pencegahan Preeklampsia

Jika diagnosa preeklampsia sudah terjadi, pilihan terbaik adalah mengendalikan gejala dan menyelesaikan kehamilan secepat mungkin untuk menghindari komplikasi serius. Terkadang, dokter dapat meresepkan obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah dan/atau kortikosteroid untuk mempercepat perkembangan paru-paru bayi dalam kasus kelahiran prematur.

Berikut adalah beberapa perawatan lain yang dapat diberikan untuk mengendalikan preeklampsia:

Perawatan Keterangan
Istirahat di Tempat Tidur Ibu hamil mungkin diharuskan untuk istirahat di tempat tidur atau dalam posisi miring kanan untuk mengurangi tekanan pada organ dalam dan meningkatkan aliran darah ke plasenta.
Makanan Berbasis Protein Diet yang tinggi protein dan rendah garam dapat membantu mengendalikan tekanan darah dan mencegah pembengkakan berlebihan.
Terapi Oksigen Terapi oksigen dapat membantu dengan masalah pernapasan atau hipoksia pada ibu hamil atau bayi.
Transfusi Darah Jika preeklampsia menyebabkan kekurangan darah, transfusi darah mungkin diperlukan.

Ingatlah, jika Anda hamil dan khawatir tentang preeklampsia, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau bidan Anda. Mereka akan dapat memberikan nasihat yang spesifik tentang cara terbaik untuk mencegah atau mengatasi preeklampsia, serta memantau kesehatan Anda dan bayi selama kehamilan.

Selalu Pantau Kesehatan Selama Kehamilan

Nah, itu dia penjelasan mengenai preeklampsia, Moms. Ingat, preeklampsia bisa terjadi kapan saja selama kehamilan, jadi selalu perhatikan tanda-tanda yang muncul seperti tekanan darah tinggi, pembengkakan di bagian tubuh tertentu, dan gangguan penglihatan. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala tersebut. Terima kasih sudah membaca artikel ini dan jangan lupa untuk berkunjung kembali ke website kami untuk informasi kesehatan yang lebih menarik lainnya. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda. Selamat menjalani kehamilan dengan sehat dan bahagia. Sampai jumpa!