Apa Itu Otoriter dan Karakteristiknya: Pengertian dan Contohnya

Otoriter, sebuah istilah yang kerap terdengar di seluruh belahan dunia namun tak selalu dipahami dengan baik oleh masyarakat. Apa itu otoriter sebenarnya? Singkatnya, otoriter merujuk pada seseorang atau kelompok yang berkuasa secara mutlak dan cenderung menindas hak-hak masyarakat. Hal ini sering terjadi dalam sistem politik yang tidak demokratis, di mana kekuasaan pemerintahan berada di tangan satu orang atau kelompok kecil saja.

Dalam otoriterisme, kebebasan individu dan hak asasi manusia seringkali diabaikan. Masyarakat sering dipaksa untuk mematuhi aturan yang dibuat oleh penguasa tanpa adanya ruang untuk protes atau kritik. Pelanggaran hak asasi manusia juga sering terjadi dalam bentuk yang sangat ekstrem. Sayangnya, praktik otoriterisme masih tersebar di beberapa negara dan menjadi masalah yang serius bagi masyarakat.

Untuk memahami dan mengatasi masalah otoriterisme, penting bagi kita semua untuk terlibat dan mempelajari hal ini secara lebih mendalam. Dengan pengetahuan yang tepat, kita dapat memperjuangkan kebebasan dan hak asasi manusia yang lebih baik untuk semua masyarakat. Mari bersama-sama menghadapi apa itu otoriter, agar kita dapat mencapai sebuah masa depan yang lebih adil dan merata.

Pengertian Otoriter

Otoriter adalah istilah yang merujuk kepada pemerintahan atau kepemimpinan yang dilakukan oleh satu orang atau sekelompok kecil orang yang memiliki kekuasaan yang mutlak atas suatu negara atau wilayah tertentu. Dalam sebuah pemerintahan otoriter, semua keputusan dan tindakan diambil oleh satu orang atau kelompok kecil elit tanpa adanya kontrol dari pihak lain, termasuk rakyat yang dipimpin.

<?p>

Berpengaruh oleh prinsip-prinsip dari teori Hegelian, otoriterisme seringkali dikaitkan dengan kebijakan yang sangat sentralistik dan resmi. Pemerintah otoriter memiliki kontrol yang sangat kuat atas segala hal yang terjadi di dalam negara atau wilayah yang dipimpinnya, terlepas dari kesepakatan dari rakyatnya. Karena pengaruh yang sangat kuat dan dominan ini, pemerintahan otoriter sering kali dianggap sebagai bentuk pemerintahan yang otoriter dan anti-demokratis.

Ciri-Ciri Pemerintahan Otoriter

Pemerintahan otoriter adalah sistem pemerintahan yang mengutamakan kepentingan pemimpin atau kelompok elit yang berkuasa tanpa peduli pada hak-hak dan kepentingan rakyatnya. Berikut ini adalah ciri-ciri dari pemerintahan otoriter:

  • Pemimpin Tunggal: Di pemerintahan otoriter, kekuasaan ditangan pemimpin tunggal seperti seorang diktator atau raja. Ia memiliki kontrol absolut terhadap aturan dan kebijakan negara.
  • Ketidakadilan Hukum: Hukum tidak berlaku sama untuk semua orang, terutama bagi mereka yang dianggap sebagai ancaman bagi pemerintahan. Pengadilan dan secara umum lembaga-lembaga sistem peradilan dikendalikan oleh pemerintah.
  • Kontrol Media: Pemerintahan otoriter membatasi kebebasan pers dan kontrol media dapat dipakai untuk membentuk opini publik dengan kepentingan penguasa. Hal ini terjadi dengan membatasi paparan opini yang menentang kebijakan pemerintah.

Kerap kali pemimpin authortarian dikenal diktatorial

Pemimpin otoriter kerap kali dikenal sebagai pemimpin diktatorial karena kebijakan yang mereka buat berfokus pada pemimpin dan korupsi menjalar di manapun. Tindakan semacam ini dapat menyebabkan ketidakpuasan di kalangan rakyat seiring dengan berkembangnya opini yang menentang pemimpin.

Tidak Ada Kebebasan Berpendapat

Salah satu ciri pemerintahan otoriter adalah sedikit atau tidak adanya kebebasan berpendapat. Pemerintah membatasi kebebasan individu untuk mengeluarkan pendapat dan bersuara. Sebaliknya, aktivitas ini sangat terbatas dan kadang sebagai pelanggaran hukum.

Ciri-Ciri Pemerintahan Otoriter Penjelasan
Pemimpin Tunggal Keputusan dan kontrol dikuasai oleh seorang pemimpin tunggal.
Tidak Ada Kebebasan Berpendapat Kebiasaan penyensoran media, ekspresi, perhimpunan, kesenian, atau kegiatan-kegiatan lain yang mengkritik penguasa dipandang sebagai tindakan yang meresahkan.
Ketakutan Kepada Pemerintah Rakyat takut terhadap pemimpin pemerintah dan tidak dapat melawan kebijakan yang tidak adil.

Demikianlah ciri-ciri pemerintahan otoriter yang dapat diamati dari beberapa negara di seluruh dunia sepanjang sejarah. Pemerintah yang otoriter menekankan pada kepemimpinan yang kuat dan mengizinkan sedikit atau tidak ada demokrasi. Hal ini menyebabkan diskriminasi dan pengabaian hak asasi manusia. Kita perlu berusaha mencegah terbentuknya pemerintah yang otoriter untuk memastikan hak kita dijaga dan bertahan lama.

Perbedaan Otoriter dengan Demokrasi

Saat ini, banyak sekali negara di dunia yang menganut sistem politik demokrasi. Namun, ada juga negara-negara yang masih menganut sistem politik otoriter. Perbedaan antara keduanya cukup signifikan. Berikut adalah perbedaan antara sistem politik otoriter dengan sistem politik demokrasi:

  • Kepemimpinan: Dalam sistem politik otoriter, kekuasaan berada di tangan seorang pemimpin atau kelompok kecil elit yang memiliki kendali penuh atas negara dan rakyatnya. Sedangkan dalam sistem politik demokrasi, kekuasaan berada di tangan rakyat dan pemimpin dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum.
  • Keterbukaan: Sistem politik otoriter cenderung tertutup dan tidak transparan dalam menjalankan pemerintahannya. Informasi yang dipublikasikan oleh pemerintah dapat dimanipulasi dan dikendalikan sesuai kepentingan pemerintah. Sedangkan dalam sistem politik demokrasi, pemerintah harus transparan dan akuntabel terhadap rakyat dalam menjalankan tugasnya.
  • Hak Asasi Manusia: Sistem politik otoriter sering kali mengabaikan hak asasi manusia dan kebebasan sipil dalam menjalankan pemerintahannya. Pemerintah seringkali menggunakan tindakan represif terhadap warganya yang mengkritik atau menghambat kegiatan pemerintah. Sedangkan dalam sistem politik demokrasi, hak asasi manusia dan kebebasan sipil dijamin dan dihargai selama tidak menyalahi aturan yang berlaku.

Perbedaan antara sistem politik otoriter dengan sistem politik demokrasi sangat besar. Sistem politik otoriter lebih mirip dengan sistem kerajaan yang melimpahkan kekuasaan dari raja ke anak keturunannya. Sedangkan sistem politik demokrasi jauh lebih efektif dalam melindungi hak dan kepentingan rakyat serta menghindari terjadinya tindakan represif dari pemerintah.

Untuk mencapai kesejahteraan rakyat, maka pilihan terbaik adalah memilih sistem politik yang sesuai dengan karakter dan kondisi negara tersebut. Kebebasan, Hak Asasi Manusia, serta Transparansi merupakan harga mati dalam sistem politik demokrasi.

Perbedaan Otoriter Demokrasi
Kepemimpinan Dipimpin oleh satu orang atau kelompok elit Dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum
Keterbukaan Tertutup dan tidak transparan Transparan dan akuntabel terhadap rakyat
Hak Asasi Manusia Mengabaikan hak asasi dan tindakan represif Menjamin hak asasi manusia dan kebebasan sipil

Perbedaan antara sistem politik otoriter dengan sistem politik demokrasi sangat besar bahkan sampai sangat fundamental dan harus dipilih dengan hati-hati. Kita tidak bisa memaksakan sistem politik yang sudah ada pada bangsa lain pada bangsa kita sendiri. Karena cara pandang yang berbeda-beda bisa menghasilkan politik yang berbeda-beda juga. Tidak ada kata terlambat dalam memutuskan sistem politik yang terbaik, yang terpenting adalah memilih untuk menempuh yang terbaik.

Negara-Negara yang Menggunakan Sistem Otoriter

Otoriter berkaitan dengan sistem pemerintahan yang memusatkan kekuasaan pada satu orang atau kelompok kecil. Dalam istilah yang lebih sederhana, negara dengan sistem otoriter lebih sering disebut sebagai negara yang dikuasai oleh pemerintah yang otoriter atau pemerintah yang berkuasa mutlak. Berikut adalah beberapa negara yang menggunakan sistem otoriter:

  • Korea Utara
  • Rusia
  • Cuba
  • Myanmar
  • Saudi Arabia
  • Tiongkok

Negara-negara tersebut memiliki banyak kesamaan dalam cara mereka beroperasi sebagai negara otoriter. Mereka memiliki kontrol terhadap media, berkuasa secara mutlak, dan menekan oposisi politik. Kita dapat mengamati karakteristik serupa dalam kegiatan pemerintah atau aturan yang diberlakukan oleh negara yang dikuasai oleh pemerintah otoriter tersebut.

Tidak semua negara dengan pemerintahan yang otoriter begitu kaku atau kejam, tetapi pada akhirnya, keputusan ditentukan oleh siapa yang berkuasa. Beberapa negara melakukan praktik otoriter di lingkungan yang lebih terbuka, tetapi masih memiliki ciri khas negara otoriter di dalamnya.

Contoh Kasus

Setiap negara memiliki situasi yang berbeda terkait dengan sistem pemerintahan mereka. Beberapa negara mengadopsi sistem otoriter karena situasinya memang memerlukan hal tersebut. Contohnya adalah Arab Saudi. Sebagai sebuah negara dengan sumber daya minyak besar, pemerintah Arab Saudi memiliki banyak anggaran untuk memperkuat dan mempermalukan lawannya. Dalam hal ini, Arab Saudi dibatasi oleh pengaruh internasional karena hubungannya dengan AS dan negara-negara Eropa.

Namun, setiap negara memiliki alasan dan tujuan masing-masing. Tiongkok memiliki sistem otoriter karena pihak pemerintah merasa bahwa itu adalah jawaban atas masalah yang dihadapi mereka. Otomatisasi industri, kenaikan harga properti, dan pertumbuhan pesat populasi kota menjadi semua masalah besar bagi pemerintah Tiongkok. Maka dari itu sistem otoriter di Tiongkok dianggap sebagai pilihan yang benar.

Tabel Negara dengan Sistem Otoriter

Negara Gaya Pemerintahan
Korea Utara Monarki otoriter
Rusia Pemerintahan otoriter
Cuba Komunis otoriter
Myanmar Pemerintahan sipil otoriter
Saudi Arabia Monarki absolut otoriter
Tiongkok Komunis otoriter

Dalam konteks global, negara-negara dengan pemerintah otoriter memainkan peran terhadap kedua belah pihak; dengan banyak keterkaitan internasional dan jumlah penduduk yang besar, mereka secara bersama-sama cukup menarik bagi investor dan pembuat kebijakan lain. Namun, mereka juga memiliki reputasi yang buruk karena dianggap tidak menjunjung tinggi demokrasi atau hak asasi manusia. Namun, pemerintah dalam negara otoriter menjadi sekutu penting beberapa negara karena politik luar negeri dan bentrokan kepentingan yang saling berkaitan.

Konsekuensi dari Otoritarianisme

Otoritarianisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sebuah pemerintahan yang sangat otoriter dan diktator. Di bawah sistem ini, pemerintah memiliki kendali penuh atas kehidupan masyarakat, mulai dari hak untuk berkumpul, hak untuk menyatakan pendapat, dan hak untuk memilih. Konsekuensi dari otoritarianisme sangat berbahaya bagi masyarakatnya karena dapat memicu konflik dan ketidakstabilan.

  • Pemberangusan Hak Asasi Manusia: Salah satu konsekuensi dari otoritarianisme adalah pemberangusan hak asasi manusia. Dalam pemerintahan otoriter, ada sedikit atau bahkan tidak ada ruang untuk kritik terbuka. Hak-hak sipil dan politik diabaikan, dan masyarakat bahkan mungkin tidak memiliki hak untuk melakukan protes terhadap pemerintah.
  • Ketidakadilan dan Diskriminasi: Di bawah sistem otoritarian, hak-hak individu sering kali diabaikan demi kepentingan negara atau penguasa. Hal ini sering kali mengarah pada diskriminasi, seperti segregasi rasial atau penindasan kelompok minoritas tertentu.
  • Perselisihan dan Ketidakstabilan: Pemerintah otoriter cenderung mengabaikan keinginan rakyat dan mengambil keputusan yang hanya menguntungkan diri mereka sendiri. Ini dapat menyebabkan perselisihan dan ketidakstabilan di masyarakat, yang kemudian dapat memicu konflik atau bahkan perang saudara.

Ada banyak konsekuensi dari otoritarianisme, tetapi yang pasti, mereka semua dapat menyebabkan banyak kerusakan pada masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya otoritarianisme dan memperjuangkan hak-hak sipil yang adil dan merata.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan beberapa dampak otoritarianisme pada masyarakat:

Dampak Otoritarianisme Deskripsi
Pembatasan Kebebasan Kebebasan untuk menyuarakan pendapat dibatasi atau ditekan.
Korupsi Sistem yang tidak transparan dan memungkinkan korupsi.
Pembatasan Akses Informasi Pemerintah membatasi akses ke informasi dan kontrol informasi.
Diskriminasi Tindak diskriminasi semakin meningkat di bawah pemerintahan otoriter.

Dengan memahami dampak dari otoritarianisme, kita dapat menyadari pentingnya menjaga kebebasan dan hak-hak individu serta menolak segala bentuk pemerintahan yang menindas.

Perjuangan melawan Otoriter

Selama berabad-abad, manusia terus berjuang melawan pemerintahan otoriter. Pengusiran penjajah pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 merupakan contoh perjuangan terkenal melawan pemerintah yang otoriter. Namun, perjuangan melawan otoriter masih berlanjut di berbagai negara di seluruh dunia saat ini.

  • Gerakan Hak Asasi Manusia
  • Gerakan Sosial dan Politik
  • Media Independen

Berikut ini adalah beberapa contoh gerakan yang bertujuan untuk melawan pemerintah otoriter:

Pertama, gerakan hak asasi manusia. Gerakan ini bertujuan untuk melindungi hak asasi manusia yang seringkali dilanggar oleh pemerintahan yang otoriter. Aktivis hak asasi manusia sering kali mendirikan organisasi non-pemerintah untuk memerangi pemerintah yang merampas hak-hak warga negara.

Kedua, gerakan sosial dan politik. Gerakan ini biasanya dilakukan oleh aktivis politik dan masyarakat sipil untuk memperjuangkan hak-hak politik dan keadilan sosial. Gerakan ini bisa berbentuk demonstrasi, kampanye politik, atau tindakan sipil lainnya.

Ketiga, media independen. Media independen dapat menjadi alat yang kuat dalam memperjuangkan keadilan masyarakat dan hak asasi manusia. Dalam beberapa negara, media independen sering menjadi target pemerintah yang otoriter karena media independen bisa mengungkapkan pelanggaran-pelanggaran hak manusia yang terjadi di negara tersebut.

Taktik Perjuangan Melawan Otoriter Contoh
Pemberontakan Bersenjata Perang Saudara Spanyol (1936-1939)
Demonstrasi Damai Revolusi Kuning Thailand (2014)
Satire Politik Charlie Hebdo (Prancis)

Terdapat banyak taktik yang dapat digunakan dalam perjuangan melawan pemerintah otoriter. Beberapa contohnya adalah pemberontakan bersenjata, demonstrasi damai, atau bahkan satire politik. Namun, di dalam memperjuangkan kebebasan, prinsip yang paling penting adalah kesatuan. Ketika warga negara bersatu, mereka dapat mengatasinya semua rintangan dalam perjuangan mereka.

Contoh Kasus Otoritarianisme di Berbagai Negara

Otoritarianisme atau pemerintahan otoriter adalah jenis pemerintahan yang cenderung menekan hak-hak individu dan kebebasan sipil, memberikan kontrol besar pada pemerintah, serta sering kali memiliki kecenderungan menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk mempertahankan kekuasaannya. Berikut adalah beberapa contoh kasus otoritarianisme di berbagai negara:

  • Cina
  • Sejak tahun 1949, Partai Komunis China (PKC) telah mempertahankan kekuasaannya atas Cina. PKC berupaya mempertahankan kekuasaan dengan membatasi kebebasan pers, internet, dan hak-hak sipil lainnya di China. Negara ini juga dikenal dengan sistem penjara internasionalnya yang luas dan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap minoritas di Xinjiang.

  • Rusia
  • Semenjak menjadi presiden pada tahun 1999, Vladimir Putin telah membangun otoritarianisme di Rusia dengan menangani keras kelompok oposisi, pembatasan kebebasan media, dan mengontrol banyak aspek dalam kehidupan publik. Pada bulan Maret 2021, para pendukung oposisi Alexei Navalny ditangkap dan insiden kekerasan terjadi di Moskow dalam unjuk rasa mendukung Navalny.

  • Myanmar
  • Myanmar memiliki sejarah yang panjang dalam pemerintahan otoriter. Sejak kudeta militer pada 1 Februari 2021, junta telah menahan para politisi terkemuka, melarang unjuk rasa, dan membatasi akses internet. Pasukan keamanan dituding melakukan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa, masyarakat sipil, serta terdapat laporan penghilangan paksa dan tindakan penindasan terhadap minoritas etnis.

Hubungan Antara Otoritarianisme dan Ekonomi Negara

Beberapa studi telah menunjukkan bahwa otoritarianisme dapat memiliki efek yang berbeda pada ekonomi negara. Beberapa negara seperti Cina telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi meskipun memiliki otoriter pemerintahan. Namun, negara-negara seperti Sudan dan Zimbabwe telah terjun ke dalam krisis ekonomi dan melihat merosotnya kemakmuran mereka setelah penindasan otoriter diterapkan secara luas.

Banyak faktor yang mempengaruhi hubungan antara otoritarianisme dan ekonomi negara, seperti kualitas pengelolaan ekonomi, infrastruktur, sumber daya alam, serta stabilitas politik. Namun demikian, apa pun hasil akhirnya, tindakan otoriter yang mengabaikan hak asasi manusia selalu jauh lebih berbahaya dan merusak dari apa pun yang dapat dicapai melalui pertumbuhan ekonomi.

Negara Indeks Otoritarianisme PDB per Kapita (USD)
Cina 8,33 10.262
Rusia 6,61 11.279
Myanmar 8,90 1.402

Sumber data: The Economist Intelligence Unit. Angka pada indeks otoritarianisme berkisar dari 0 (negara dengan pemerintahan bebas) hingga 10 (negara dengan pemerintahan yang paling otoriter).

Terima Kasih Telah Membaca

Sekarang kamu sudah tahu apa itu otoriter dan bagaimana dampaknya pada masyarakat. Terus belajar dan berpikir kritis agar tidak mudah terpengaruh oleh kebijakan yang tidak demokratis. Jangan lupa kunjungi kembali website ini untuk membaca artikel menarik lainnya. Sampai jumpa lagi!