Apa itu narsis? Tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Istilah ini kerap kali kita dengar dalam percakapan sehari-hari, terutama di era digital seperti saat ini. Namun, adakah yang benar-benar memahami arti dari narsisme?
Narsisme dalam psikologi adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki kecenderungan untuk mencintai dirinya sendiri secara berlebihan. Orang yang menderita narsis biasanya merasa lebih hebat dibandingkan orang lain, serta seringkali mengabaikan kebutuhan dan perasaan orang di sekitarnya. Meskipun narsisme memiliki konotasi negatif, namun pada beberapa kasus, gejala ini justru membantu seseorang menjadi sukses di bidang karir.
Namun, apapun bentuknya, narsisme perlu diwaspadai. Karena jika dibiarkan berlebihan, gejala ini bisa berujung pada perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, sebagai masyarakat, kita perlu lebih bijak dalam menghadapi orang yang memiliki sikap narsis. Bagaimana caranya? Artikel ini akan membahas secara lebih mendalam mengenai apa itu narsis dan bagaimana cara menghadapinya.
Definisi narsisme
Istilah narsisme seringkali dianggap sebagai perilaku atau keadaan seseorang yang terlalu mencintai dirinya sendiri. Secara medis, narsisme bisa diartikan sebagai gangguan kepribadian dalam kategori B atau gangguan kepribadian narsistik. Gangguan ini ditandai dengan sikap yang mengagungkan diri, merasa lebih unggul dari orang lain, dan memandang rendah orang lain. Seseorang yang mengalami gangguan kepribadian narsistik seringkali sulit memahami perasaan orang lain dan memiliki empati yang sangat rendah. Narsisme juga diartikan sebagai keadaan di mana seseorang sangat terobsesi dengan citra dirinya dan kepuasan diri sendiri.
Sejarah Perkembangan Konsep Narsisme
Konsep narsisme pertama kali diperkenalkan oleh Sigmund Freud, seorang psikoanalis terkenal pada awal abad ke-20. Ia menyatakan bahwa narsisme merupakan suatu kondisi mental di mana seseorang memiliki rasa senang dan kepercayaan diri yang berlebihan pada dirinya sendiri.
Freud mengasosiasikan narsisme dengan kepuasan diri dan pengidolaan pada diri sendiri, sebagai bentuk pertahanan dari rasa tidak aman dan perasaan kekurangan. Freud juga berpendapat bahwa narsisme berkembang ketika individu mengalami masalah selama masa pertumbuhan dan perkembangan mereka, sepuluh tahun pertama kehidupan. Hal ini menyebabkan individu tidak mampu mengatasi konsentrasi libidinal melalui objek yang lain selain dirinya.
Perkembangan Konsep Narsisme
- Perkembangan penelitian mengenai narsisme semakin banyak dilakukan pada awal tahun 1970-an oleh banyak psikolog seperti Kohut dan Kernberg.
- Salah satu pengembangan konsep narsisme adalah narsisme primer dan narsisme sekunder.
- Narsisme primer merujuk pada ketergantungan pada orang lain untuk memperoleh kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan kasih sayang. Sedangkan narsisme sekunder merujuk pada keinginan individu untuk mendapatkan pengakuan dan perhatian dari orang lain.
Narsistik dan Narsisisme
Ada perbedaan yang signifikan antara narsistik dan narsisisme. Narsistik mengacu pada perilaku yang berlebihan dalam pemuasan diri dan kepentingan diri sendiri tanpa pandang orang lain, dan biasanya disebut sebagai “sifat kepribadian” seseorang. Sedangkan narsisisme adalah kondisi mental yang berada di luar kontrol seseorang dan seringkali mempengaruhi hubungan mereka dengan orang lain.
Sebagai ilmuwan psikologi Henri Stern berpendapat bahwa narsisme bukan hanya masalah yang menimpa individu, melainkan dapat mempengaruhi interaksi sosial dan hubungan dengan orang lain. Karenanya, pemahaman dan penanganan narsisme haruslah dilakukan dengan bijak dan hati-hati.
Perkembangan Konsep Narsisme | Peneliti | Tahun |
---|---|---|
Narsisme Primer dan Sekunder | Heinz Kohut | 1971 |
Narsisme Sekunder dan Pemuasaan Diri | Otto Kernberg | 1975 |
Perkembangan konsep narsisme yang berkembang sekarang ini menunjukkan adanya perhatian yang serius terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan individu. Dalam satu sisi, pengembangan ilmu pengetahuan telah membantu untuk lebih memahami konsep narsisme. Di sisi lain, telah menunjukkan bahwa narsisme bukan hanya sekadar sifat kepribadian biasa dan perlu dipahami secara serius untuk diatasi.
Jenis-jenis Perilaku Narsistik
Sebelum membahas lebih lanjut tentang apa itu narsis, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa narsisme merupakan sebuah spektrum perilaku yang dapat dimiliki oleh seseorang. Berikut adalah beberapa jenis perilaku narsistik yang sering ditemui:
- Narsis terpapar: orang yang memiliki kecenderungan untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya lebih berarti.
- Narsis terperangkap: orang yang sering merasa tertekan dan tidak dapat menyenangkan diri sendiri, sehingga mereka mencari perhatian dari orang lain dengan cara menggoda dan mencari simpati.
- Narsis parah: orang yang menganggap dirinya sangat istimewa, bahkan di atas orang lain dan merasa bereksistensi lebih karena itu. Mereka juga sering merasa kesulitan memahami perasaan orang lain dan menghargai apa yang orang lain lakukan.
Narsis dapat muncul pada setiap orang, tetapi menjadi masalah ketika perilaku ini mengganggu hubungan dengan orang-orang di sekitarnya. Narsis tidak hanya merugikan individu, tetapi juga bisa mengganggu lingkungan sekitar yang kemudian bisa memicu konflik.
Ketika seseorang memiliki kecenderungan narsisme yang berlebihan, mereka dapat mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain. Selain itu, terlalu sering memperhatikan diri sendiri dapat mengganggu keseimbangan hidup dan membuat individu menjadi lebih mudah merasa tersinggung saat tidak mendapatkan perhatian yang diinginkan.
Jenis Narsisme | Ciri-ciri |
---|---|
Narsis Terpapar | Selalu ingin tampil lebih sukses dibanding orang lain, seringkali meremehkan orang lain dan merasa di atas mereka. Sulit menerima kritik dan sangat sensitif terhadap komentar atau tanggapan negatif dari orang lain. |
Narsis Terperangkap | Berdasarkan perhatian orang lain dan meminta banyak hal dari orang lain agar dirinya merasa baik. Tidak memiliki kemampuan untuk menyenangkan diri sendiri dan sering mengalami perasaan kesepian dan frustasi. Seringkali tidak bisa menerima kritik karena khawatir kritik tersebut akan mengganggu perhatian positif dari orang lain. |
Narsis Parah | Merasa lebih dari orang lain dan terkadang menganggap orang lain sebagai orang inferior. Tidak memiliki kemampuan untuk memahami perasaan orang lain dan cenderung tidak menghargai upaya orang lain. Selalu ingin menjadi pusat perhatian dan merasa frustrasi ketika mereka bukan fokus utama. |
Jadi, saat mengenal seseorang yang memiliki perilaku narsistik, penting untuk mengenal kategori apa yang mereka temukan sehingga dapat lebih memahami dan berinteraksi dengan mereka. Namun, jika perilaku narsistik sangat mengganggu dan menimbulkan masalah di lingkungan sekitarnya, sebaiknya segera konsultasi dengan ahli psikologi atau psikiater untuk mengatasi masalahnya.
Dampak perilaku narsistik pada individu dan lingkungan sekitar
Narsisme adalah salah satu jenis gangguan kepribadian yang membuat seseorang merasa bahwa dirinya lebih unggul dibandingkan orang lain. Dampak perilaku narsistik pada individu dan lingkungan sekitar bisa sangat merugikan.
Dampak pada individu
- Individu yang narsistik cenderung merasa lebih superior dan kurang empati terhadap orang lain. Sehingga kerap melakukan tindakan yang merugikan orang lain demi kepentingannya sendiri.
- Kecenderungan untuk tidak menerima kritik dan kenyataan yang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Hal ini membuat individu yang narsistik sulit berkembang dan melakukan perubahan positif.
- Individu yang narsistik memiliki kecenderungan untuk menggunakan orang lain sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Hal ini bisa berdampak buruk pada hubungan interpersonalnya.
Dampak pada lingkungan sekitar
Perilaku narsistik juga bisa berdampak pada lingkungan sekitar. Beberapa dampaknya antara lain:
- Menjadi sumber konflik dan ketidakharmonisan dalam hubungan interpersonal. Kebiasaan merasa lebih unggul dan tidak menerima kritik membuat individu yang narsistik sulit bergaul dengan orang lain.
- Berpotensi berdampak pada kinerja kerja, terutama jika individu yang narsistik memiliki posisi penting di suatu perusahaan atau organisasi. Kecenderungan untuk mengambil keputusan sepihak, meremehkan anggota tim, dan kurang empati bisa mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
- Dapat mempengaruhi kualitas interaksi sosial dan mengganggu ketertiban di dalam masyarakat. Kebiasaan merasa lebih unggul, kurang empati, dan tidak menerima kritik bisa membuat individu yang narsistik melakukan tindakan yang merugikan orang lain demi kepentingannya sendiri.
Tips Menghadapi Individu yang Narsistik
Jika Anda memiliki teman atau rekan kerja yang memiliki perilaku narsistik, Yuk, simak tips menghadapinya!
Tips Menghadapi Individu yang Narsistik | Keterangan | ||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Berikan pengakuan dan pujiannya secara tepat dan terukur | Bukan berarti memuji secara berlebihan, tetapi mencari hal-hal positif yang bisa diapresiasi secara wajar. | ||||||||||||||||||||||
Beri kesempatan untuk berbicara dan mengekspresikan diri | Individu yang narsistik biasanya ingin diperhatikan dan diakui. Memberikan kesempatan berbicara bisa membantu menyeimbangkan perhatian yang diinginkan dengan kebutuhan orang lain dalam sebuah percakapan. | ||||||||||||||||||||||
Gunakan gaya komunikasi yang jelas dan terbuka | Komunikasi langsung dan jujur dapat menyelesaikan dampak negatif dari orang yang narsistik. |
Empati | Narsisme | |
---|---|---|
Definisi | Kemampuan merasakan emosi orang lain dan memahami perspektif mereka | Keinginan untuk mendapatkan pujian, perhatian, dan pengakuan dari orang lain |
Karakteristik | Sikap terbuka, perhatian pada orang lain, peduli pada orang lain | Sikap tertutup, terobsesi dengan diri sendiri, sulit melakukan hubungan sosial yang sehat |
Dampak pada diri sendiri | Menjadikan individu yang lebih rentan terhadap kebahagiaan dan hidup yang bahagia | Meningkatkan tingkat kecemasan, stres, dan gangguan psikologis |
Dalam mengatasi perilaku narsistik, kita perlu belajar untuk lebih memahami diri sendiri dan orang lain serta belajar untuk meresapi pengalaman emosi yang dialami orang lain. Kita juga perlu berempati dan peduli pada orang lain sehingga kita dapat membangun hubungan yang lebih sehat dengan orang lain dan mencapai keseimbangan dalam hidup.
Kaitan antara narsisme dengan gangguan psikologis lainnya
Narsis adalah sebuah kondisi mental atau gangguan kepribadian dimana seseorang memiliki pandangan yang sangat tinggi tentang dirinya sendiri, serta kerap memandang rendah orang lain. Hal ini dapat berdampak buruk pada hubungan interpesonal, pekerjaan, dan kehidupan sosial seseorang. Tidak hanya itu, ada beberapa gangguan psikologis lain yang dapat terkait dengan perilaku narsistik seseorang. Berikut adalah beberapa di antaranya:
- Gangguan Kepribadian Ambang – Ambang batas dari gangguan kepribadian ambang sangat mirip dengan narsisme. Penderita gangguan kepribadian ambang cenderung memiliki pandangan diri yang sangat terlalu tingi dan seringkali meremehkan atau mengabaikan kebutuhan atau perasaan orang lain.
- Gangguan Kepribadian Anti-Sosial – Penderita gangguan kepribadian anti-sosial memiliki kecenderungan untuk mendominasi orang lain dan mengabaikan perasaan atau hak mereka secara umum. Perilaku ini dapat terkait dengan perilaku narsistik, dimana penderita anti-sosial sering meremehkan aturan sosial dan hukum untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
- Gangguan Kepribadian Bipolar – Penderita bipolar mungkin memiliki ciri-ciri narsistik ketika sedang dalam fase mania mereka. Perilaku narsistik seperti perilaku impulsif dan mendominasi orang lain bisa muncul selama fase ini.
Gambaran perilaku narsistik
Beberapa perilaku narsistik yang umum terlihat pada penderita antara lain:
- Memiliki grandiositas tentang diri sendiri.
- Mengejar kesuksesan dan pengakuan yang besar dan terus-menerus.
- Merasa lebih unggul atau spesial dibandingkan orang lain.
- Menolak atau tidak mengakui kritik.
Perbandingan kepribadian narsistik dan normal
Untuk memberikan gambaran lebih jelas, berikut adalah beberapa perbedaan kepribadian narsistik dan normal:
Kepribadian Narsistik | Kepribadian Normal |
---|---|
Mendominasi percakapan dan membuat segalanya tentang dirinya sendiri. | Mendengarkan orang lain secara aktif dan berbicara tentang dirinya dan orang lain dengan seimbang. |
Mengabaikan atau meremehkan kebutuhan dan perasaan orang lain. | Mempertimbangkan kebutuhan dan perasaan orang lain serta memberikan dukungan saat diperlukan. |
Sering merasa sombong dan superior. | Percaya pada kemampuan dirinya, namun tetap berusaha belajar dan bertumbuh. |
Mencari pengakuan dan pujian terus-menerus. | Menerima pengakuan dan pujian saat pantas dan merasa nyaman dengan penilaian dari diri sendiri. |
Dengan mengenali perbedaan-perbedaan ini, kita dapat melihat bagaimana perilaku narsistik dapat mempengaruhi kehidupan seseorang dan hubungan mereka dengan orang lain. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami perilaku yang sangat mirip dengan perilaku narsistik, sebaiknya mencari bantuan profesional untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.
Perbedaan Narsisme pada Pria dan Wanita
Kebanyakan orang mengira bahwa narsis hanya terjadi pada pria, tetapi faktanya, wanita juga bisa mengalami narsisme. Namun, ada beberapa perbedaan narsisme antara pria dan wanita. Berikut adalah beberapa perbedaan tersebut:
- Pola pikir: Narsisme pada pria lebih terlihat dalam pola pikir mereka yang merasa superior dan berusaha menghasilkan prestasi secara eksternal, sementara pada wanita, narsisme lebih terlihat dalam perasaan rendah diri dan upaya untuk meningkatkan citra diri secara internal.
- Penampilan: Pria dengan narsisme seringkali memilih pakaian dan aksesori untuk menunjukkan status mereka yang lebih tinggi, sedangkan wanita yang mengalami narsisme cenderung fokus pada penampilannya yang sempurna dan mengejar standar kecantikan yang tidak realistis.
- Hubungan: Pria yang narsis cenderung menggunakan kekuasaan dan manipulasi dalam hubungan, sedangkan wanita dengan narsisme cenderung memainkan peran korban atau memperlakukan pasangannya sebagai objek untuk memperkuat citra dirinya.
Berdasarkan perbedaan ini, penting untuk tidak menggeneralisasi bahwa narsis hanya terjadi pada satu jenis kelamin saja. Meskipun perbedaan ini ada, setiap orang mengalami narsis dengan cara yang berbeda-beda tergantung pada pengalaman hidup dan kondisi psikologisnya.
Maka, tidak heran jika narsisme dapat menjadi masalah serius karena dapat berdampak negatif pada hubungan dan kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk memahami kondisi ini dengan bijak dan membantu orang-orang yang mengalaminya untuk mendapatkan bantuan profesional jika diperlukan.
Terima Kasih Telah Membaca!
Itulah sedikit pembahasan tentang apa itu narsis. Sekarang kita sudah memiliki pemahaman yang lebih baik tentang karakteristik seseorang yang menderita gangguan kepribadian narsis. Untuk lebih memperdalam pengetahuanmu tentang topik ini dan topik menarik lainnya, jangan ragu untuk kembali ke situs ini. Hingga lain kesempatan, sampai jumpa!