Kita pasti pernah mendengar istilah “kaum Wahabi” tetapi bagi sebagian orang mungkin belum mengetahui apa sebenarnya kaum ini. Wahabi adalah sekelompok orang yang mempraktikkan ajaran Islam yang sangat tradisional, di mana mereka mengacu pada ajaran salafus shalih, yaitu generasi terbaik umat Islam pada masa dahulu. Kata Wahabi sendiri berasal dari nama tokoh penting dari sekte ini, yakni Muhammad ibnu Abdil Wahhab.
Kaum Wahabi memiliki pandangan yang sangat halus dalam mengamalkan Islam. Mereka sangat kental dan konsisten dengan ajaran asli Islam dan menghindari pengaruh-pengaruh budaya ataupun semacamnya yang tidak terkait dengan Islam. Sebagai bagian dari pemeluk Islam, mereka mengejar kembali sumber ajaran yang paling murni dari kitab suci Al-Quran dan juga Hadist Nabawi. Hal ini yang menjadikan kaum Wahabi memiliki sebuah karakteristik tersendiri dalam beragama.
Meski masih terdapat beberapa pandangan yang membahas sisi negatif bagi kelompok ini, seperti berhenti berinteraksi dengan orang non-Wahabi dan menghasilkan jihad dalam bentuk kekerasan. Namun, masih banyak pula yang menganggap bahwa ajaran kaum Wahabi membuat seseorang lebih konsisten dalam beribadah dan lebih menghargai nilai-nilai dalam Islam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui secara jelas dan akurat mengenai apa itu kaum Wahabi.
Pengertian Kaum Wahabi
Kaum wahabi adalah kelompok umat Islam yang mengikuti ajaran Muhammad bin Abdul Wahab. Ahli teologi asal Arab Saudi ini menekankan pada pentingnya memurnikan ajaran Islam dari praktek-praktek yang dianggap sesat.
Wahabi mempunyai karakteristik tersendiri dalam menjalankan ajaran Islam, seperti pandangan fundamental dan rigid terhadap agama, serta menolak kemodernan dalam beragama. Mereka sering mengutip ayat-ayat suci Alquran dan Sunnah secara harfiah, dan cenderung anti terhadap praktek-praktek keagamaan yang dianggap bid’ah.
Karakteristik Kaum Wahabi
- Kepercayaan kepada ajaran Muhammad bin Abdul Wahab
- Mementingkan pemurnian ajaran Islam dari ‘bid’ah’ dan ‘syirik’
- Aktif dalam pengembangan pendidikan dan dakwah Islam
- Menolak praktik keagamaan yang dianggap sesat
Pengaruh Kaum Wahabi di Dunia
Kaum Wahabi mempunyai pengaruh yang cukup besar di dunia Islam, terutama di Arab Saudi dan Timur Tengah. Namun, seiring dengan perkembangan jaman, kaum Wahabi mulai dikenal dengan paham radikalisme dalam beragama. Salah satu kelompok yang terkenal di dunia karena ideologi Wahabinya adalah Al-Qaida.
Negara | Jumlah Penduduk Wahabi | Persentase Penduduk Wahabi |
---|---|---|
Arab Saudi | 25 juta | 80% |
Yaman | 9 juta | 35% |
Kuwait | 1,2 juta | 40% |
Meskipun demikian, tidak semua penganut ajaran Wahabi memiliki pandangan terhadap agama yang radikal atau anti kemodernan. Ada juga yang mengadaptasi pemikiran Wahabi dengan mengikuti jiwa moderat dalam beragama dan menghargai perbedaan antara penganut agama lain.
Sejarah Terbentuknya Kaum Wahabi
Kaum Wahabi atau sering disebut dengan Wahabi merupakan kelompok Muslim Sunni yang menganut paham puritan. Kelompok ini pertama kali muncul pada abad ke-18 di wilayah Nejd, Arab Saudi. Sejarah terbentuknya kaum Wahabi dapat dibagi menjadi beberapa tahap, di antaranya:
- Tahap Awal: Pada tahun 1703, seorang ulama bernama Muhammad bin Abdul Wahab kembali ke kampung halamannya di Nejd setelah menimba ilmu di Mekah dan Madinah. Ia merasa khawatir dengan praktik-praktik keagamaan yang ia anggap sesat dan bid’ah, seperti memuja kuburan dan menggelar upacara-upacara di sana. Oleh karena itu, ia mulai memperkenalkan kembali Islam yang murni dan mengajak orang-orang untuk kembali ke ajaran aslinya.
- Tahap Pencapaian Kekuatan: Pada awalnya, gerakan yang dianut Muhammad bin Abdul Wahab hanya memiliki pengikut yang sedikit. Namun, pada tahun 1744, ia mulai bersekutu dengan keluarga Al Saud yang pada saat itu telah berkuasa di wilayah Nejd. Kedua kelompok ini sepakat untuk menyatukan kedua kekuatan dan memperluas pengaruhnya di timur laut Jazirah Arab. Pada tahap ini, kaum Wahabi sudah mulai memiliki kekuatan untuk memerintah wilayah tertentu.
- Tahap Kegagalan: Pada tahun 1801, kaum Wahabi menyerbu dan menduduki kota Mekah dan Madinah. Namun, serangan mereka berhasil dipatahkan oleh pasukan Utsmaniyah yang dipimpin oleh Muhammad Ali Pasha dari Mesir. Setelah kekalahan ini, pengaruh kaum Wahabi mulai merosot dan Al Saud juga kehilangan kekuasaannya. Namun, pada awal abad ke-20, kelompok ini kembali bangkit dan melakukan revolusi dengan berhasil merebut kembali kekuasaan di wilayah Nejd dan sekitarnya. Hingga saat ini, kaum Wahabi masih menjadi kelompok yang kuat di Arab Saudi dan wilayah sekitarnya.
Pandangan Keagamaan Kaum Wahabi
Kaum Wahabi atau Wahabisme adalah salah satu aliran dalam Islam yang berasal dari Arab Saudi. Sejak awal kemunculannya, aliran ini cukup kontroversial karena pandangan keagamaannya yang cukup ekstrem dalam penegakan ajaran Islam.
- Penegasan Terhadap Monotheisme
- Pendekatan Textualisme
- Penghentian Bid’ah
Salah satu pandangan keagamaan yang menjadi ciri khas dari Kaum Wahabi adalah penegasan terhadap monotheisme dalam Islam. Kaum Wahabi memegang teguh bahwa hanya Allah yang layak untuk dipuja dan disembah, dan tidak ada yang sama dengan-Nya. Hal ini tercermin dalam pembangunan monumen dan makam yang tidak diperbolehkan Kaum Wahabi karena dianggap sebagai bentuk penyekutuan dengan Tuhan.
Kaum Wahabi memandang bahwa Al-Quran dan Hadits harus diambil secara textual atau tak diduga dari makna tekstualnya. Oleh karena itu, mereka menolak segala bentuk penafsiran alegoris, dan mengikuti pendapat Salafussholeh atau generasi pertama umat Islam dalam memahami ajaran Islam.
Kaum Wahabi memandang bahwa semua bentuk bid’ah tidak bisa diterima dalam Islam. Oleh karena itu, mereka sangat memperhatikan setiap perilaku atau tindakan umat Islam untuk menyaring apakah sesuai dengan ajaran Islam atau tidak. Kaum Wahabi juga senantiasa menekankan pentingnya menjaga kemurnian ajaran Islam tanpa mencampurkan dengan budaya atau tradisi lokal yang kemungkinan mengandung unsur bid’ah.
Sikap Terhadap Sufisme
Sikap Kaum Wahabi terhadap Sufisme sangat tegas. Kaum Wahabi menganggap Sufisme sebagai bagian dari bid’ah dalam Islam. Mereka menolak ajaran Sufisme yang melibatkan pengalaman mistis seperti musik dan tarian ala derwis yang biasa dilakukan di negeri Timur Tengah. Selain itu, Kaum Wahabi juga menganjurkan agar umat Islam harus merujuk kepada kitab suci Islam, Al-Quran dan Hadits, dalam menentukan pijakan ajaran Islam.
Kepercayaan Kaum Wahabi | Sumber Kebenaran |
---|---|
Menghindar dari Syirik dan Bid’ah | Al-Quran dan Hadits Sahih |
Berdakwah dalam Halaqah dan Majlis Taklim | Al-Quran dan Hadits Sahih |
Menghindari Keangkuhan dan Fanatisme | Al-Quran dan Hadits Sahih |
Kaum Wahabi juga banyak memperkenalkan gulungan dawah dalam bentuk pelajaran kepada umat Islam. Mereka mengadakan halaqah dan majlis taklim untuk berdiskusi dan saling memberi nasehat sesuai dengan ajaran Al-Quran dan Hadits Sahih. Doktrin Kaum Wahabi menekankan pentingnya berdakwah dan berdampak positif terhadap masyarakat Islam.
Konflik Kaum Wahabi dengan Kaum Sufi
Kaum Wahabi dan kaum Sufi adalah dua kelompok besar dalam Islam yang memiliki pemahaman dan praktik yang berbeda. Konflik antara kedua kelompok ini telah terjadi sejak lama dan masih terus berlangsung hingga sekarang.
- Kaum Wahabi lebih mengutamakan aspek kepatuhan terhadap pada ajaran-ajaran agama dan penolakan terhadap pengaruh-pengaruh budaya atau adat yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.
- Sedangkan kaum Sufi menekankan pada hubungan batin antara manusia dengan Tuhan dan percaya pada metode-metode keilmuan spiritual dalam mencapai kesatuan dengan Allah.
- Kaum Wahabi sering kali menganggap kaum Sufi sebagai sesat dan berusaha untuk menghapuskan praktik-praktik spiritual mereka.
Sejarah mencatat, konflik antara Kaum Wahabi dengan Kaum Sufi mulai meningkat ketika dalam perjalanan dakwah Muhammad bin Saud di kota Diriyah, ibu kota Kerajaan Saudi pertama, alim ulama Sufi Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab bergabung dan memberikan dukungannya. Syeikh Abdul Wahhab tidak sepenuhnya menolak pemahaman Sufi tapi dia lebih mengutamakan pemahaman yang berlandaskan pada Al-Quran dan hadist.
Akibatnya, dengan dukungan dari Kerajaan Saudi yang didominasi oleh Wahabi, kaum Sufi banyak menerima tekanan dan penindasan dalam beberapa hal yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama Islam menurut mereka.
Kaum Wahabi | Kaum Sufi |
---|---|
Menekankan pada aspek kepatuhan terhadap ajaran agama | Menekankan pada hubungan batin antara manusia dengan Tuhan |
Penolakan terhadap pengaruh budaya atau adat yang dianggap bertentangan dengan ajaran Islam | Menggunakan metode keilmuan spiritual untuk mencapai kesatuan dengan Allah |
Sering kali menganggap kaum Sufi sebagai sesat | Sering menerima tekanan dan penindasan dari kaum Wahabi |
Namun, perlu dicatat bahwa tidak semua kaum Wahabi bersikap keras terhadap kaum Sufi. Ada juga kaum Wahabi yang memilih untuk hidup berdampingan dengan kaum Sufi meskipun memiliki perbedaan pemahaman dalam agama. Yang penting adalah sikap saling menghormati dan toleransi antar kelompok agar umat Islam dapat hidup saling berdampingan tanpa adanya konflik yang merusak persatuan dan kesatuan umat.
Hubungan Kaum Wahabi dengan Negara
Kaum Wahabi merupakan salah satu kelompok Islam yang memiliki pengaruh yang besar di berbagai negara. Hubungan kaum Wahabi dengan negara-negara tersebut dapat dijelaskan melalui beberapa aspek, di antaranya:
- Pemikiran politik
- Hubungan dengan pemerintah
- Pengaruh di masyarakat
Masing-masing aspek ini mempengaruhi hubungan kaum Wahabi dengan negara, dan dapat mempengaruhi kebijakan yang diambil oleh negara terkait isu-isu keagamaan dan politik.
Salah satu kunci pemikiran politik kaum Wahabi adalah bahwa mereka memandang diri sebagai penganut Islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan hadis Nabi Muhammad secara sahih. Oleh karena itu, kaum Wahabi seringkali memandang diri sebagai kelompok yang paling otentik dalam menjaga kemurnian ajaran Islam. Hal ini dapat membuat kaum Wahabi cenderung kritis terhadap pemerintah yang dianggap tidak melaksanakan ajaran Islam secara otentik.
Sebagai kelompok yang memiliki pengaruh besar, kaum Wahabi juga memiliki hubungan dengan pemerintah. Hubungan ini dapat berupa dukungan terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap sesuai dengan ajaran Islam, ataupun kritik yang dilontarkan jika pemerintah dianggap tidak memenuhi standar Islam.
Selain itu, kaum Wahabi juga memiliki pengaruh di masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari penyebaran ajaran mereka melalui masjid-masjid dan institusi pendidikan yang mereka didirikan di berbagai negara. Dalam hal ini, kaum Wahabi memainkan peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi pemikiran masyarakat di negara-negara yang mereka huni.
Posisi Negara | Hubungan dengan Kaum Wahabi |
---|---|
Arab Saudi | Kaum Wahabi merupakan kelompok mayoritas di Arab Saudi, dan mempengaruhi kebijakan politik yang diambil oleh pemerintah. |
Yaman | Kaum Wahabi memiliki pengaruh yang besar dalam masyarakat Yaman, namun hubungan dengan pemerintah terbilang rumit karena kaum Wahabi dianggap sebagai kelompok oposisi. |
Pakistan | Kaum Wahabi memiliki pengaruh yang signifikan di Pakistan, dan memiliki hubungan yang kuat dengan pemerintah. |
Dalam konteks hubungan antara kaum Wahabi dengan negara, penting untuk memahami latar belakang dan pemikiran mereka secara lebih mendalam. Hal ini dapat membantu dalam memahami kebijakan politik dan agama yang diambil oleh negara terkait.
Implementasi Ajaran Kaum Wahabi di Indonesia
Banyak orang Indonesia mungkin belum terlalu familiar dengan ajaran kaum Wahabi. Namun, kelompok ini tertarik untuk menarik perhatian umat Muslim di Indonesia melalui dakwah dan kegiatan sosial. Berikut adalah beberapa contoh implementasi ajaran kaum Wahabi di Indonesia:
- Pendirian pondok pesantren Wahabi, seperti Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri dan Pondok Pesantren Wahid Hasyim di Jakarta.
- Penerjemahan dan distribusi buku-buku berisi ajaran Wahabi, seperti kitab-kitab karya ulama Wahabi seperti Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab.
- Menyebarkan dakwah melalui media sosial dan aksi-aksi keagamaan, seperti pengumpulan dana untuk Palestina.
Meskipun ajaran kaum Wahabi masih terbilang baru di Indonesia, kelompok ini telah memicu kontroversi karena dianggap sebagai kelompok yang mempunyai pandangan yang sangat konservatif, apalagi terkait dengan hal-hal yang berbau keagamaan. Beberapa orang menganggap bahwa ajaran Wahabi bersifat eksklusif dan tidak toleran, meskipun pandangan ini tetap menjadi perdebatan di kalangan umat Muslim.
Untuk mempertegas pandangan kaum Wahabi di Indonesia, berikut adalah beberapa perbedaan ajaran Wahabi dengan ajaran Islam Sunni yang secara umum dianut oleh masyarakat Indonesia:
Ajaran Islam Sunni | Ajaran Kaum Wahabi |
---|---|
Menerima berbagai sumber hukum Islam, termasuk tradisi lisan dan budaya setempat. | Hanya menerima sumber hukum Islam yang dapat ditemukan dalam Al-Quran dan Hadis. |
Memperbolehkan praktik ziarah kubur dan berdoa kepada makhluk yang telah wafat. | Menolak praktik ziarah kubur dan berdoa kepada makhluk yang telah wafat, karena dianggap sebagai bentuk syirik. |
Memberikan penghormatan kepada nabi, sahabat, dan ulama Islam yang telah wafat. | Tidak memberikan penghormatan khusus kepada nabi, sahabat, dan ulama Islam yang telah wafat, karena dianggap sebagai bentuk syirik. |
Kesimpulannya, meskipun belum terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia, ajaran kaum Wahabi telah mulai berkembang di Indonesia melalui dakwah dan kegiatan sosial. Namun, pandangan konservatif dan eksklusif ajaran ini tetap menjadi kontroversi dan perdebatan di kalangan umat Muslim di Indonesia.
Pemahaman Keliru tentang Kaum Wahabi
Kaum Wahabi menjadi salah satu topik yang selalu menarik perhatian di kalangan umat Islam. Namun, pemahaman tentang kaum Wahabi yang keliru masih sering terjadi dan menimbulkan kontroversi.
Berikut ini adalah beberapa pemahaman keliru tentang kaum Wahabi:
- Kaum Wahabi Anti Tarekat dan Asy’ariyah – Pemahaman ini keliru, karena kaum Wahabi tidak anti pada Tarekat atau Asy’ariyah. Mereka lebih memilih untuk mengikuti ajaran Salafi, yang menitikberatkan pada pemahaman Islam sesuai dengan pemahaman para Sahabat dan Salafus Shalih. Namun, bukan berarti mereka menolak semua pendapat ulama lain selain Salafus Shalih.
- Kaum Wahabi Menganut Pemahaman Antar Maksiat – Hal ini juga keliru, karena kaum Wahabi justru menekankan pentingnya menghindari maksiat tanpa membenarkan maksiat lainnya. Mereka menganggap maksiat sebagai pelanggaran terhadap ajaran Islam, dan berusaha untuk menghindarinya.
- Kaum Wahabi Mengacu pada Satu Kitab Suci saja – Wahabi sebenarnya menganut pemahaman tafsir yang disebut sebagai tafsir bil ma’thur. Artinya, tafsir diambil dari hadis-hadis yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Namun, Wahabi juga mengakui tafsir dari ulama terdahulu yang terkait dengan perkembangan zaman.
Terlepas dari adanya pemahaman-pemahaman keliru tentang Wahabi, sebenarnya ajaran Wahabi merupakan bagian dari ajaran Sunni yang tidak bertentangan dengan Al-Quran dan Hadis. Faktanya, ada banyak ulama yang mengikuti ajaran Wahabi dan berkiprah di berbagai bidang kegiatan keagamaan.
Adapun tabel berikut menunjukkan perbedaan antara ajaran Wahabi dengan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah:
Ajaran Wahabi | Ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah |
---|---|
Menekankan pentingnya tauhid | Menegaskan pentingnya tauhid |
Menghindari bid’ah dan kesyirikan | Menghindari bid’ah dan kesyirikan |
Menganut metodologi Salafi | Mengikuti ajaran Salafus Shalih |
Perbedaan ajaran ini sebenarnya tidak terlalu signifikan, dan seharusnya tidak menimbulkan konflik di antara umat Islam. Yang terpenting adalah memahami ajaran Islam secara benar, mencari ilmunya dari sumber yang sahih, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Terima Kasih Sudah Menjadi Bagian dari Pembahasan Ini
Nah, itulah kesimpulan tentang apa itu Kaum Wahabi yang bisa saya sampaikan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kamu, terutama bagi yang ingin mengetahui lebih jauh tentang agama Islam. Jangan lupa untuk terus mengunjungi situs kami ya, karena akan ada banyak artikel menarik dan bermanfaat lainnya yang siap menemanimu setiap saat. Sampai bertemu lagi dalam artikel berikutnya!