Apa itu golongan syiah? Sebelum itu, mari kita bahas sedikit tentang Islam. Islam adalah agama yang berasal dari Saudara Nabi Muhammad SAW yang hidup di Arab pada abad ke-7. Dan tak dapat dipungkiri, Islam adalah agama yang memiliki peran penting dalam sejarah dunia. Di dunia ini terdapat lebih dari 1,6 miliar umat muslim, yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Adapun syiah, ia merupakan salah satu dari dua mazhab yang ada di dunia Islam. Beberapa orang menganggap bahwa syiah merupakan cabang Islam yang kontroversial, dan kerap kali menimbulkan perbedaan pandangan.
Seorang muslim syiah mengikuti mazhab syiah dalam menjalankan tuntutan agama, yang pada dasarnya adalah agama Islam sendiri. Namun meskipun demikian, mazhab syiah dan mazhab sunni memiliki perbedaan dalam hal kepercayaan atau pengertian mengenai beberapa peristiwa sejarah dalam agama Islam. Berbicara tentang syiah, mungkin ada beberapa di antara kita yang bertanya-tanya, bagaimana pengaruh golongan syiah dalam dunia Islam, atau mengapa mereka didiskriminasi di beberapa negara? Pertanyaan seperti inilah yang sering kali menjadi perbincangan di kalangan umat Islam.
Selain itu, kisah-kisah tentang golongan syiah yang tinggal di negara-negara Timur Tengah, seperti Iran atau Irak, kerap kali menjadi bahan perdebatan. Salah satunya adalah penentangan antara kaum Syiah dan kaum Sunni, yang pada beberapa titik bisa menimbulkan konflik. Masih ada banyak hal tentang golongan syiah yang perlu kita ketahui, dan semoga artikel ini bisa memberikan gambaran tentang apa itu golongan syiah.
Apa itu Syiah?
Syiah adalah salah satu kelompok utama dalam Islam. Istilah “Syiah” berasal dari kata Arab “syi’atu Ali” yang artinya pengikut Ali. Syiah sebenarnya adalah singkatan dari Syi’atu Ali bin Abi Thalib. Ali adalah kerabat dekat dan menantu Nabi Muhammad SAW, yang memainkan peran penting dalam sejarah awal Islam.
Perbedaan utama antara Syiah dan Sunni adalah pandangan mereka tentang siapa yang layak menjadi pemimpin Muslim. Sunni percaya bahwa pemimpin seharusnya dipilih melalui proses pemilihan, sedangkan Syiah percaya bahwa pemimpin seharusnya berasal dari ahli waris Muhammad. Menurut Syiah, pemimpin muslim tertinggi harus menjadi keturunan langsung Ali, sepupu laki-laki dan menantu Nabi Muhammad SAW.
Sejarah Golongan Syiah
Syiah berasal dari kata “Syi’atu Ali”, yang berarti “pengikut Ali”. Ali adalah sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, serta menjadi khalifah setelah kematian Khalifah Utsman bin Affan. Syiah merupakan salah satu dari dua golongan besar dalam Islam, selain Sunni. Perbedaan mendasar antara Sunni dan Syiah adalah masalah suksesi kekhilafahan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW.
- Syiah meyakini bahwa kepemimpinan Islam harus diberikan kepada keturunan Ali melalui putrinya Fatimah Az-Zahra, sebagai penerus Nabi Muhammad SAW.
- Sedangkan Sunni berpendapat bahwa kepemimpinan Islam harus dipilih melalui musyawarah dan kesepakatan umat Islam, tanpa memandang garis keturunan keluarga Nabi Muhammad SAW.
- Sejarah Syiah diawali dengan gerakan politik yang bermula saat Ali menjadi Khalifah setelah Khalifah Utsman bin Affan. Ali menghadapi banyak oposisi dari kelompok-kelompok lain yang menginginkan kekuasaan tersebut. Konflik ini mencapai puncaknya pada pertempuran yang terjadi antara pasukan Ali dan pasukan Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan, yang kemudian dikenal sebagai Pertempuran Siffin.
Meskipun Ali memenangkan pertempuran ini, ia pun kemudian terbunuh oleh salah seorang pendukungnya sendiri, yang tidak setuju dengan keputusan Ali untuk berdamai dengan Muawiyah. Dari perpecahan ini, lahirlah kelompok Syiah yang kemudian diyakini sebagai pengikut Ahlul Bait.
Pada akhir abad ke-9, Syiah muncul dalam bentuk gerakan politik di Iran. Para ulama agama Iran percaya bahwa mereka harus memimpin masyarakat dalam segala hal, termasuk politik. Puncaknya, Syiah berhasil mengambil alih kekuasaan di Iran pada 1979, saat revolusi Iran berhasil menumbangkan Shah Mohammed Reza Pahlavi yang pro-Barat, dan memproklamirkan negara Islam yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Khalifah | Periode | Keterangan | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Ali bin Abi Thalib | 656-661 M | Berdasarkan keyakinan Syiah, Ali adalah khalifah yang pertama dan terakhir yang merupakan keponakan Nabi Muhammad SAW dan menikahi putrinya, Fatimah Az-Zahra. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasan bin Ali | 661-680 M | Hasan adalah cucu Nabi Muhammad SAW melalui ayahnya, Ali bin Abi Thalib, dan seharusnya menjadi khalifah setelah Ali. Namun ia mengundurkan diri dan memberikan jabatan tersebut ke Muawiyah bin Abu Sufyan. | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Husain bin Ali | 680 M | Husain adalah putra Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Ia terbunuh dalam Pertempuran Karbala oleh pasukan Umayyah yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah.
Dalam perkembangannya, Syiah kemudian terbagi dalam beberapa kelompok seperti Imamiah, Zaidiyah, dan Ismailiah. Pemahaman Syiah terhadap IslamBagi umat Islam, syiah merupakan salah satu pemahaman atau ajaran Islam yang berbeda dengan Sunni atau mayoritas. Syiah dikenal dengan pengagungan mereka terhadap Ahlulbayt atau keturunan Nabi Muhammad SAW, yang dianggap sebagai pemimpin yang sah bagi umat Islam. Namun, pemahaman syiah terhadap Islam bukan hanya itu saja. Prinsip-Prinsip Pemahaman Syiah Terhadap Islam
Pengagungan terhadap Ahlulbayt bukan hanya melekat dalam hati para penganut syiah, tetapi juga tercermin dalam praktik ibadah mereka. Misalnya, dalam adzan syiah, selain menyebutkan kalimat “Ashhadu anna Muhammadan Rasulullah”, mereka juga menyebutkan kalimat “Ashhadu anna Aliyan Waliullah”. Dalam salat, mereka menambahkan doa untuk Ahlulbayt setelah salam. Teologi khas syiah meliputi doktrin-doktrin yang berbeda dengan Sunni, seperti konsep Imamah atau kepemimpinan yang bersifat keturunan, keesaan Tuhan, dan pandangan terhadap ahlulkitab atau orang-orang yang memegang kitab suci. Sedangkan Imamiyah mengacu pada paham kepemimpinan yang diwarisi dari Nabi Muhammad SAW kepada keturunan beliau. Dalam pandangan syiah, al-Mahdi atau pemimpin besar yang dijanjikan adalah keturunan dari Imam Hasan al-Askari, Imam ke-11 dalam silsilah keturunan Nabi. Al-Mahdi dipercaya akan muncul pada akhir zaman untuk menyatukan umat Islam dan memimpin mereka dalam memerangi kezaliman di dunia. Pengaruh Pemahaman Syiah Terhadap IslamPemahaman syiah terhadap Islam memengaruhi banyak aspek kehidupan para penganutnya, termasuk dalam praktik ibadah, pengambilan keputusan, dan sikap sosial. Misalnya, dalam pemerintahan, pemimpin syiah dianggap sebagai representasi dari al-Mahdi dan dipandang sebagai pemimpin yang sah bagi umat Islam. Pengaruh syiah juga tercermin dalam terciptanya banyak organisasi-organisasi keagamaan, sosial, dan politik yang dipimpin oleh para pemimpin syiah di seluruh dunia.
Secara umum, pemahaman syiah terhadap Islam adalah salah satu bagian penting dari keragaman dalam Islam. Walau terdapat beberapa perbedaan dalam keyakinan dan praktik, penting bagi umat Islam untuk saling menghormati dan bertoleransi terhadap pemahaman yang berbeda. Prinsip-prinsip SyiahPrinsip-prinsip Syiah adalah ajaran yang diyakini oleh penganut Syiah dan menjadi panduan dalam kehidupan mereka. Beberapa prinsip Syiah yang utama adalah: 1. Tawhid: Tawhid adalah prinsip Syiah yang paling penting. Penganut Syiah meyakini bahwa ada satu Tuhan yang menciptakan dan mengatur segala sesuatu. Mereka juga meyakini bahwa hanya Allah yang berhak disembah dan dipercayai. 2. Nubuwwah: Penganut Syiah meyakini bahwa Allah telah mengutus para nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW, untuk membawa risalah dan ajaran-Nya kepada manusia. Mereka juga meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW menunjuk Imam Ali bin Abi Thalib sebagai penerusnya dalam memimpin umat Islam. 3. Imamah: Konsep ini mengenal adanya Imam yang terpilih oleh Allah untuk memimpin umat Muslim setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Penganut Syiah meyakini bahwa pengganti Nabi Muhammad adalah Imam Ali bin Abi Thalib dan keturunan langsungnya. 4. Adalah: Prinsip ini mengajarkan bahwa Allah adalah yang paling adil dan segala perbuatan yang dilakukan oleh manusia akan dimintai pertanggungjawaban di hari kiamat. Penganut Syiah selalu berusaha untuk mengikuti jalan yang benar dan menghindari segala perbuatan yang melanggar hukum Allah. Prinsip-prinsip Syiah
Prinsip-prinsip SyiahPrinsip-prinsip Syiah mengajarkan nilai-nilai keadilan, cinta kasih, kerendahan hati, dan keikhlasan. Penganut Syiah percaya bahwa kehidupan harus dijalani dengan penuh tanggung jawab dan taqwa kepada Allah. Mereka selalu berusaha untuk mempelajari agama Islam dengan sebaik-baiknya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penganut Syiah juga menekankan pentingnya solidaritas dan persaudaraan di dalam komunitas. Mereka saling membantu dan bertanggung jawab atas kepentingan kolektif. Prinsip-prinsip ini juga tercermin dalam pemilihan pemimpin yang diselenggarakan secara demokratis dan didasarkan pada kriteria keadilan dan keutamaan. Prinsip-prinsip SyiahBerikut adalah tabel yang menggambarkan perbedaan antara ajaran Syiah dan Sunni:
Meskipun terdapat perbedaan antara ajaran Syiah dan Sunni, namun keduanya merepresentasikan Islam yang sama dan mempercayai Tuhan yang sama. Pada dasarnya, prinsip-prinsip Syiah memandu penganutnya untuk hidup dalam keadaan damai, bermakna, dan saling membantu antara satu dan yang lainnya. Perbedaan Syiah dan SunniSyiah dan Sunni adalah dua aliran besar dalam Islam yang memiliki perbedaan dalam banyak aspek, seperti kepercayaan, praktik ibadah, dan sejarah. Berikut adalah perbedaan utama antara Syiah dan Sunni.
Perbedaan lainnya termasuk perbedaan dalam beberapa praktik ibadah, seperti sholat dan puasa, serta pandangan tentang sejarah awal Islam yang telah mempengaruhi hubungan antara Syiah dan Sunni hingga saat ini. Meskipun ada perbedaan signifikan antara Syiah dan Sunni, keduanya masih mengakui dan menghormati satu sama lain sebagai bagian dari umat Islam. PenutupMemahami perbedaan antara Syiah dan Sunni sangat penting dalam memahami Islam secara keseluruhan, terutama dalam konteks hubungan antara negara-negara Muslim dan dalam memahami peristiwa-peristiwa di Timur Tengah.
Selain itu, penting bagi kita untuk menghargai perbedaan dan melakukan dialog antara kelompok Syiah dan Sunni untuk menciptakan perdamaian dan kesatuan dalam umat Islam. Firqah-firqah dalam SyiahFirqah Syiah merupakan salah satu cabang agama Islam yang berkembang di belahan dunia ini. Terdapat beberapa firqah dalam Syiah yang memiliki pemahaman dan keyakinan yang berbeda dalam beberapa hal. Jafariyah
ZaidiyahFirqah Zaidiyah mempercayai bahwa Imamah tidak harus berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW dan dapat dipegang oleh orang yang memiliki kualifikasi tertentu. Firqah ini juga mempercayai keabsahan pergantian pemerintahan yang dilakukan secara damai melalui pemilihan atau perjanjian. Isma’iliyahFirqah Isma’iliyah terbagi lagi menjadi beberapa cabang. Salah satunya adalah firqah Dawudi Bohra yang memiliki pengikut di India dan Asia Selatan lainnya. Firqah ini mempercayai bahwa Imamah hanya dapat dipegang oleh keturunan Nabi Muhammad SAW lewat Fatimah, istri Imam Ali bin Abi Thalib. AlawiyahFirqah Alawiyah mempercayai bahwa Imamah hanya dapat dipegang oleh keturunan Nabi Muhammad SAW lewat Fatimah dan Imam Ali bin Abi Thalib. Firqah ini tersebar di wilayah Maghribi, khususnya di Maroko. Ghulat
Firqah Ghulat dianggap sesat oleh mayoritas firqah Syiah karena keyakinannya yang menyimpang dari ajaran Islam dan Syiah. Perkembangan Syiah di IndonesiaSyiah adalah salah satu aliran dalam agama Islam yang memiliki ciri khas dalam penghayatan ajaran-ajarannya. Di Indonesia, Syiah pertama kali dikenal pada abad ke-16 dan berkembang pesat pada abad ke-19 dan 20. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan Syiah di Indonesia:
Seiring dengan perkembangan jaringan media dan teknologi, Syiah di Indonesia semakin terbuka dan memiliki banyak pengikut di berbagai daerah. Namun, keberadaan Syiah di Indonesia sering kali menjadi kontroversial karena perdebatan dalam interpretasi agama, hubungan dengan negara-negara Arab, dan dugaan menganut ajaran yang menentang pemerintah Indonesia. Berikut adalah sejarah perkembangan Syiah di Indonesia:
Perkembangan Syiah di Indonesia masih menjadi perdebatan dan ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Namun, yang harus dipahami bahwa perbedaan ajaran adalah hal yang wajar dalam suatu agama dan semestinya dihormati. Terima Kasih Sudah Membaca Tentang Apa Itu Golongan Syiah!Jadi, sekarang kamu sudah tahu sedikit tentang golongan Syiah. Jangan lupa, ini hanya sedikit saja dari sejarah dan ajaran mereka. Teruslah belajar dan bertanya pada orang yang ahli dalam bidang ini. Semoga artikel ini bermanfaat dan jangan lupa untuk mengunjungi situs kami lagi untuk memperoleh informasi menarik lainnya. Sampai jumpa! |