Apa Itu Demokrasi Parlementer dan Bagaimana Mekanismenya Berjalan?

Apa itu demokrasi parlementer? Mungkin banyak dari kita masih bingung dengan istilah tersebut. Dalam istilah yang lebih sederhana, demokrasi parlementer merupakan sistem pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan parlemen. Parlemen merupakan wakil rakyat yang telah dipilih secara demokratis oleh masyarakat untuk mewakili keinginan mereka. Oleh karena itu, kebijakan dan keputusan pemerintah diambil oleh parlemen, bukan oleh seorang individu ataupun partai politik tertentu.

Sistem ini memungkinkan rakyat untuk secara langsung memilih wakil-wakil mereka tanpa adanya campur tangan dari pihak lain. Para wakil yang dipilih tersebut akan menjadi pengambil keputusan yang paling akhir atas segala kebijakan yang berlaku. Selain itu, dalam demokrasi parlementer, parlemen juga dapat mengawasi kinerja pemerintah dan menjatuhkan mosi tidak percaya kepada pemerintah jika kinerja mereka dinilai buruk.

Demokrasi parlementer juga menekankan pada prinsip kebebasan dan hak asasi manusia. Kita sebagai rakyat memiliki hak untuk mengekspresikan pendapat tanpa adanya ketakutan akan terkena tindakan represif dari pihak penguasa. Sebagai suatu sistem pemerintahan yang sama-sama ingin mencapai kemajuan dan kemakmuran, demokrasi parlementer memberikan kebebasan bagi rakyatnya untuk memilih dan memberikan pandangan mereka. Nah, apakah demokrasi parlementer cocok diimplementasikan di Indonesia? Itu kembali kepada kita sebagai rakyat untuk menentukan.

Pengertian Demokrasi dan Bentuk Pemerintahan

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana kekuasaan berada pada tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, rakyat memiliki hak suara untuk memilih wakil mereka yang akan mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Konsep ini didasarkan pada asas keadilan dan kesetaraan antar individu.

Bentuk pemerintahan yang kita kenal saat ini di seluruh dunia terdiri dari beberapa jenis, di antaranya adalah:

  • Demokrasi langsung: Di mana rakyat memiliki suara langsung dalam setiap proses pengambilan keputusan. Bentuk pemerintahan ini jarang ditemukan di dunia modern karena sulit untuk diimplementasikan pada skala besar dengan jumlah penduduk yang besar.
  • Demokrasi representatif: Di mana rakyat memilih wakil mereka untuk mengambil keputusan politik dan mewakili kepentingan rakyat secara keseluruhan. Bentuk pemerintahan ini adalah yang paling umum ditemukan di seluruh dunia saat ini.
  • Monarki konstitusional: Di mana raja atau ratu memiliki peran seremonial, sedangkan kekuasaan politik berada pada tangan perdana menteri dan parlemen.
  • Diktatur: Di mana satu orang atau kelompok kecil orang memiliki kekuasaan absolut dan membatasi kebebasan individu dalam masyarakat.

Bentuk Pemerintahan di Indonesia

Indonesia adalah sebuah negara republik dengan sistem pemerintahan demokrasi representatif. Kekuasaan legislatif dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), sementara kekuasaan eksekutif oleh presiden dan wakil presiden. Adapun kekuasaan yudikatif dipegang oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan lainnya di seluruh Indonesia.

Bentuk Pemerintahan Ciri-ciri Contoh Negara
Presidensial Presiden merupakan kepala pemerintahan dan kepala negara. Kekuasaan eksekutif dan legislatif adalah terpisah. Amerika Serikat, Indonesia
Parlementer Pemerintahan dipimpin oleh perdana menteri yang dipilih oleh parlemen. Kekuasaan eksekutif dan legislatif bergabung. Inggris, Jepang
Monarki konstitusional Raja atau ratu memiliki peran seremonial, sedangkan kekuasaan politik berada pada tangan perdana menteri dan parlemen. Inggris, Jepang

Indonesia juga memiliki sistem desentralisasi dalam pemerintahannya, yang dikenal sebagai otonomi daerah. Otonomi daerah memberikan kekuasaan kepada daerah untuk memutuskan kebijakan dan pengaturan pemerintah di tingkat lokal, sehingga meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan.

Perbandingan Pemerintahan Demokrasi dengan Negara Otoriter

Dalam suatu negara, terdapat dua jenis pemerintahan yang berbeda, yakni demokrasi dan negara otoriter. Demokrasi memiliki beberapa ciri khusus, di antaranya adalah kebebasan berekspresi, hak asasi manusia, dan kebebasan pers. Sementara itu, negara otoriter cenderung otoriter dan memiliki kontrol yang ketat atas masyarakatnya.

  • Kebebasan
  • Proteksi Hak Asasi Manusia
  • Pengaruh Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan Negara

Demokrasi memberikan kebebasan bagi individu untuk berekspresi dan mendapatkan akses ke banyak informasi. Hal ini menjadikan masyarakat memiliki kontrol atas kehidupannya, dan keterlibatan masyarakat sangat penting dalam pengambilan keputusan negara. Sementara itu, negara otoriter sepenuhnya mengendalikan nilai-nilai dalam masyarakat, dan kontrol pemerintahan atas ekspresi masyarakat sangat kuat.

Proteksi hak asasi manusia juga menjadi perbedaan utama antara kedua jenis pemerintahan ini. Pemerintahan demokrasi memiliki undang-undang yang memberikan perlindungan hak asasi, seperti hak kemerdekaan berbicara, hak atas pendidikan, hak atas pengadilan yang adil, dan hak atas kebebasan berekspresi. Sementara itu, negara otoriter hanya menjamin hak atas kebebasan berekspresi dalam batas-batas tertentu dan dapat membatasi akses masyarakat terhadap hak asasi manusia dalam tindakan pengawasan yang berlebihan.

Bagi pengambil keputusan, keterlibatan masyarakat sangat penting dalam pemerintahan demokrasi. Penyelenggaraan pemilihan umum yang terbuka dan transparan harus dilakukan, serta pemerintah dapat dicopot atau diganti jika kinerjanya tidak memuaskan masyarakat. Sementara itu, di negara otoriter kebijakan dibuat oleh pemerintahan yang sangat kecil dan pengaruh masyarakat sangat terbatas. Masyarakat biasanya hanya sebagai objek kebijakan yang ditetapkan.

Pemerintahan Demokrasi Negara Otoriter
Beberapa partai politik Satu partai politik
Pemilihan umum terbuka dan transparan Seleksi pimpinan dilakukan secara tertutup
Keterlibatan masyarakat penting dalam pengambilan keputusan negara Masyarakat dipandang sebagai objek kebijakan negara

Berdasarkan perbandingan ini, dapat disimpulkan bahwa pemerintahan demokrasi memberikan lebih banyak kebebasan dan ketetapan hukum dalam menjalankan kebijakan negara. Sementara itu, negara otoriter cenderung hanya mengejar kepentingan kelompok tertentu atau pribadi, dan mengabaikan kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

Prinsip-prinsip dasar dalam demokrasi parlementer

Demokrasi parlementer adalah sistem pemerintahan di mana kekuasaan eksekutif diberikan kepada dunia legislatif. Dalam sistem ini, kekuasaan berpusat pada parlemen, yang secara langsung atau tidak langsung dipilih oleh rakyat. Secara umum, demokrasi parlementer didasarkan pada beberapa prinsip dasar berikut:

  • Keterwakilan: Demokrasi parlementer didasarkan pada prinsip bahwa rakyat memilih wakil mereka sendiri untuk duduk di parlemen. Ini memastikan bahwa suara rakyat didengar dan diwakili dalam proses pengambilan keputusan.
  • Pemerintahan mayoritas: Dalam sistem demokrasi parlementer, partai politik yang menang dalam pemilihan umum membentuk pemerintahan mayoritas. Ini memberikan stabilitas politik dan memungkinkan pemerintah untuk mengambil keputusan dengan cepat dan efektif.
  • Check and balances: Dalam sistem demokrasi parlementer, cabang eksekutif dan yudikatif harus bertanggung jawab kepada parlemen. Parlemen memiliki kekuatan untuk mengawasi keputusan pemerintah dan memastikan bahwa tindakan yang diambil sesuai dengan kehendak rakyat.

Semua prinsip dasar ini bekerja bersama-sama untuk memastikan bahwa demokrasi parlementer adalah sistem pemerintahan yang kuat, transparan, dan efektif. Selain itu, demokrasi parlementer juga memberikan kesempatan kepada rakyat untuk terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan memastikan bahwa suara mereka didengar dan dihargai.

Demokrasi parlementer bukanlah sistem yang sempurna, dan seperti sistem pemerintahan lainnya, ada kelemahan dan tantangan yang harus dihadapi. Namun, prinsip-prinsip dasar ini memainkan peran penting dalam menciptakan sistem pemerintahan yang mampu memastikan kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat.

Sejarah Kemunculan Demokrasi Parlementer

Demokrasi parlementer merupakan salah satu bentuk sistem pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan lembaga legislatif atau parlemen. Sistem demokrasi ini pertama kali berkembang di Inggris pada abad ke-19.

Pada awalnya, Inggris memiliki sistem monarki yang kuat dan parlemen yang relatif lemah. Namun, setelah melewati beberapa peristiwa penting seperti Revolusi Glorious pada tahun 1688, kekuasaan raja semakin terbatas dan parlemen semakin memperoleh kekuatan.

Pada tahun 1832, terjadi Reform Act yang memperluas hak pilih bagi rakyat Inggris. Sejak saat itu, parlemen semakin mewakili suara rakyat, dan sistem demokrasi parlementer semakin berkembang.

  • Selain di Inggris, sistem demokrasi parlementer juga muncul di negara-negara Eropa seperti Prancis, Jerman, dan Italia pada akhir abad ke-19.
  • Sistem ini juga diadopsi oleh negara-negara jajahan Inggris seperti Kanada, Australia, dan New Zealand.
  • Saat ini, sistem demokrasi parlementer telah menjadi salah satu bentuk sistem pemerintahan yang umum digunakan di seluruh dunia.

Adopsi sistem demokrasi parlementer di Indonesia dimulai pada masa awal kemerdekaan. Pada tahun 1945, dibentuklah Badan Konstituante sebagai lembaga legislatif sementara yang terdiri dari perwakilan dari berbagai partai politik.

Namun, setelah Indonesia merdeka, sistem demokrasi parlementer tidak dapat berjalan dengan baik karena berbagai konflik dan perbedaan politik yang menghambat jalannya pemerintahan.

Tahun Peristiwa
1957 Pemilihan umum pertama di Indonesia dengan sistem demokrasi parlementer.
1960 Masalah ekonomi dan politik mengakibatkan terjadinya krisis kabinet.
1965 Terjadi peristiwa G30S/PKI yang menggulingkan pemerintahan Sukarno dan memunculkan era Orde Baru.

Saat ini, Indonesia menerapkan sistem demokrasi parlementer dalam konstitusinya. Lembaga legislatif atau parlemen terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang terdiri dari anggota-anggota yang dipilih melalui pemilihan umum langsung.

Dalam sistem demokrasi parlementer, parlemen memiliki kekuasaan untuk membuat undang-undang dan mengawasi kebijakan pemerintah. Dalam hal ini, pemerintahan menjadi lebih akuntabel terhadap rakyat. Namun, perlu diingat bahwa sistem ini memerlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dan parlemen untuk dapat berjalan dengan efektif.

Fungsi Parlemen dalam Demokrasi Parlementer

Dalam demokrasi parlementer, parlemen memiliki peran yang sangat vital dalam menjalankan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara. Berikut ini adalah beberapa fungsi utama yang dimiliki oleh parlemen dalam sistem demokrasi parlementer:

  • Legislatif: Parlemen memiliki wewenang untuk membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya. Sebagai lembaga pembuat undang-undang, parlemen berperan sebagai representasi kepentingan rakyat dan pembuat keputusan yang mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat.
  • Kontrol: Parlemen bertanggung jawab untuk mengawasi kinerja pemerintah, termasuk penggunaan anggaran, pelaksanaan program pemerintah, dan kebijakan publik. Parlemen juga berperan dalam menyeimbangkan dan memastikan adanya pengawasan terhadap kebijakan eksekutif agar tetap sesuai dengan kepentingan rakyat.
  • Representasi: Parlemen menjadi perwakilan berbagai kelompok masyarakat dan partai politik di dalam negara, sehingga mampu memberikan suara dan mengintegrasikan kepentingan beragam kelompok dalam menjalankan pemerintahan. Ini sangat penting dalam mengawasi dan menyeimbangkan kebijakan kebijakan pemerintah agar tidak merugikan kelompok tertentu dan menjaga keseimbangan kepentingan seluruh elemen masyarakat.
  • Budaya Demokrasi: Parlemen dapat menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran bagi masyarakat dalam membangun dan menjaga budaya demokrasi. Parlemen merupakan tempat di mana perdebatan, dialog, dan kompromi dilakukan dengan tujuan mencapai keputusan yang terbaik untuk kepentingan rakyat. Melalui parlemen, masyarakat dapat memperkuat nilai-nilai demokrasi dan memahami sistem politik yang ada dalam negara mereka.

Fungsi Parlemen dalam Demokrasi Parlementer

Sebagai lembaga pemerintah yang sangat vital, parlemen memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat dalam menjalankan fungsinya. Berikut ini adalah beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian parlemen dalam menjalankan fungsi demokrasi parlementer:

  • Transparansi dan Akuntabilitas: Parlemen harus transparan dalam menjalankan tugasnya dan mengabarkan kegiatan yang dikerjakan agar masyarakat bisa menilai sendiri apa saja keberhasilan maupun kekurangan yang mereka lakukan. Parlemen harus bertanggung jawab atas keputusan-keputusan yang diambil dan selalu memperhatikan kepentingan rakyat dalam menjalankan tugasnya.
  • Partisipasi: Parlemen harus memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan menjalin hubungan yang baik dengan organisasi-organisasi masyarakat sipil. Ini penting untuk menunjukkan komitmen dan tanggung jawab parlemen kepada masyarakat serta menampung aspirasi masyarakat dalam menjalankan tugasnya.
  • Kerja Sama: Parlemen harus bekerja sama dengan pemerintah dan elemen-elemen lain dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sehingga bisa menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan bersama. Kerja sama ini penting dalam menjalankan fungsi dari sistem demokrasi parlementer.
  • Penyeimbangan Keuangan: Parlemen harus melakukan kontrol terhadap anggaran serta menyeimbangkan kebijakan untuk kepentingan rakyat agar tidak terjadi penggunaan anggaran yang tidak efektif dan efisien.

Fungsi Parlemen dalam Demokrasi Parlementer

Parlemen juga memiliki peran khusus dalam menjaga stabilitas politik dan sosial di dalam negeri. Berikut ini adalah beberapa contoh tindakan yang perlu dilakukan oleh parlemen dalam hal ini:

  • Mengawasi dan menyeimbangkan kebijakan pemerintah agar tidak terjadi diskriminasi terhadap kelompok tertentu
  • Mendorong keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
  • Menghindari tindakan yang merusak stabilitas politik dan sosial di dalam suatu negara
  • Melakukan tindakan preventif dan penyelesaian konflik dengan cara damai dan berdampak positif

Dalam menjalankan fungsi-fungsi parlemen diatas, parlemen harus selalu memperhatikan dan melayani kepentingan rakyat serta meletakkan prinsip demokrasi sebagai pijakan utama dalam mengambil keputusan dan tindakan yang berdampak kepada masyarakat.

Peran Partai Politik dalam Demokrasi Parlementer

Dalam sistem demokrasi parlementer, partai politik memiliki peran yang sangat penting. Mereka dikatakan sebagai pengemban ideologi dan program politik yang menjadi acuan bagi masyarakat dalam memilih wakil mereka di parlemen. Selain itu, partai politik juga bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi pengawasan dan legislasi di parlemen.

  • Sebagai pengusung ideologi politik
  • Partai politik merupakan salah satu medium dalam mempengaruhi opini publik dengan tujuan memperoleh dukungan dalam memenangkan pemilu. Karena itu, partai politik perlu menawarkan visi, misi, nilai, dan prinsip dalam berpolitik agar masyarakat bisa memilih sesuai dengan ideologi yang mereka inginkan.

  • Sebagai pengawas kinerja pemerintah
  • Partai politik juga harus mampu menjalankan fungsi pengawasan atas kinerja pemerintah dan parlemen. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa kebijakan yang dibuat sesuai dengan kepentingan rakyat dan sesuai dengan visi dan misi partai politik yang diusung olehnya.

  • Sebagai legislator
  • Di dalam lembaga parlementer, partai politik memiliki peran yang sangat penting sebagai pengusul dan pengesahkan undang-undang. Dalam melakukan legislasi, partai politik harus berpikir rasional dan memprioritaskan kepentingan rakyat sehingga bisa menciptakan kepastian dalam penyusunan kebijakan dan hukum.

Peran partai politik dalam demokrasi parlementer juga mampu menciptakan stabilitas politik dan keamanan serta mendorong pembangunan yang baik bagi masyarakat. Namun, partai politik juga harus memiliki kemandirian finansial dan sumber daya manusia yang memadai agar bisa memainkan peran mereka sesuai dengan tuntutan demokrasi parlementer.

Keuntungan Kerugian
Menyediakan wadah untuk perdebatan ide dan opini Tidak semua partai politik kredibel dan mampu menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik
Meningkatkan partisipasi politik dan keterlibatan masyarakat Tidak jarang partai politik terjebak dengan kepentingan golongan atau tertentu
Memperkuat sistem demokrasi Adanya potensi polarisasi dan konflik politik yang memicu ketidakstabilan politik

Dari tabel di atas, kita dapat melihat bahwa partai politik tidaklah sempurna dan tidak luput dari kelemahan. Meskipun demikian, mereka tetap memiliki peranan yang sangat vital dalam membentuk karakteristik demokrasi parlementer yang sehat dan bermanfaat bagi rakyat banyak.

Kelebihan dan kekurangan sistem demokrasi parlementer.

Sistem demokrasi parlementer atau yang sering dikenal dengan sebutan sistem parlementer adalah sistem pemerintahan yang memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai beberapa kelebihan dan kekurangan sistem demokrasi parlementer.

  • Kelebihan sistem demokrasi parlementer:
  • 1. Kestabilan politik yang baik. Sistem parlementer dapat meningkatkan kestabilan politik karena adanya pemilihan umum yang diadakan secara berkala untuk memilih anggota parlemen. Anggota parlemen inilah yang nantinya akan memilih dan menunjuk perdana menteri atau kepala pemerintahan.

  • 2. Pembagian kekuasaan yang jelas. Sistem parlementer dapat membagi kekuasaan yang jelas antara kepala negara dan kepala pemerintahan. Kepala negara atau raja/raja adalah lambang negara dan kepala pemerintahan adalah orang yang mengelola pemerintahan sehari-hari.

  • 3. Pengawasan yang ketat. Sistem parlementer memiliki mekanisme pengawasan yang ketat dari oposisi atau partai politik yang tidak berkuasa. Mereka dapat mengkritik dan mengawasi kebijakan pemerintah dengan bebas dan terbuka.

Namun, meskipun memiliki kelebihan, sistem parlementer juga memiliki beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan. Beberapa kekurangan sistem parlementer antara lain:

  • Kekurangan sistem demokrasi parlementer:
  • 1. Terlalu bergantung pada partai politik. Sistem parlementer sangat bergantung pada koalisi partai politik yang dapat membentuk pemerintahan atau oposisi partai politik yang dapat mengkritik kebijakan pemerintah. Namun, terkadang partai politik cenderung mengesampingkan kepentingan rakyat demi kepentingan partai politik mereka sendiri.

  • 2. Tidak efektif dalam mengatasi krisis. Sistem parlementer seringkali lambat dalam mengambil keputusan untuk mengatasi krisis yang terjadi. Ini terjadi karena perlu adanya kesepakatan atau tawar menawar di antara partai politik sebelum keputusan tersebut diambil.

  • 3. Kurangnya stabilitas pemerintahan. Sistem parlementer dapat membuat pemerintahan menjadi tidak stabil jika partai politik yang berkuasa tidak memiliki mayoritas suara yang cukup untuk membentuk pemerintahan yang kuat, atau jika partai politik yang berkuasa terpecah menjadi beberapa faksi.

Dalam rangka menghadapi masalah-masalah ini, sistem demokrasi parlementer perlu dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi negara dan rakyatnya.

Referensi

Structural weaknesses and engineering solutions in a democracy are discussed in an interesting way in the book “The Dictator’s Handbook” by Bruce Bueno de Mesquita and Alastair Smith.

Terima kasih Sudah Membaca Tentang Apa Itu Demokrasi Parlementer

Sekarang kamu sudah mengenal lebih jauh tentang demokrasi parlementer yang ada di Indonesia. Demokrasi parlementer merupakan sistem politik yang mengacu pada peran parlemen dalam menjalankan pemerintahan. Enggak ketinggalan nih, kamu juga tahu apa perbedaan dari demokrasi parlementer dengan presidensial. Jangan lupa untuk terus berkunjung ke website ini untuk mengetahui informasi dan wawasan baru. Sampai jumpa!

No.

Judul Buku

Penulis

Penerbit

Tahun Terbit

1. Sistem Pemerintahan Barat Marbun, Rosinna & Rahardjo, M. Dawam Rineka Cipta 2016
2. Political Science: An Introduction Wellcome, Smith University of CaliforniaPress 2017