Apa itu ajaran Syiah? Ini adalah pertanyaan yang sering ditanyakan orang-orang ketika berbicara tentang Islam. Syiah adalah salah satu dari dua cabang utama Islam, yang lainnya adalah Sunni. Ada banyak perbedaan antara Sunni dan Syiah, dan kadang-kadang perbedaan ini dapat memicu konflik politik dan sosial.
Meskipun Syiah memiliki banyak persamaan dengan Sunni dalam keyakinan dasar mereka, ada juga perbedaan signifikan dalam ajaran dan praktik agama. Salah satu contoh perbedaan antara Sunni dan Syiah adalah pandangan mereka terhadap kepemimpinan. Sunni percaya bahwa pemimpin Muslim harus dipilih dari kalangan umat Islam secara demokratis, sementara Syiah menganggap bahwa pemimpin Muslim harus dipilih dari keluarga Nabi Muhammad.
Jadi, bagaimana keduanya dapat sejalan? Tidak diragukan lagi bahwa Syiah dan Sunni berbagi nilai-nilai inti Islam yang sama, seperti kepercayaan pada satu Tuhan, pentingnya shalat, dan kebijaksanaan Nabi Muhammad. Namun, perbedaan dalam pandangan mereka bisa menjadi signifikan dan memengaruhi hubungan mereka dengan umat Muslim lainnya.
Sejarah munculnya ajaran Syiah
Ajaran Syiah merupakan satu dari dua denominasi dalam ajaran Islam. Syiah memandang bahwa pemimpin umat Muslim yang sah harus seorang keturunan dari Nabi Muhammad. Sejarah munculnya ajaran Syiah berawal dari perselisihan politik antara kelompok sahabat Nabi yang kemudian menjadi khulafaur rasyidin. Ketika Ali, sepupu Nabi Muhammad dan menantu pertamanya, mulai berkuasa, dia menghadapi oposisi dari para sahabat yang lain. Dalam beberapa waktu, kisah ini berkembang menjadi perpecahan dalam umat Islam.
- Perpecahan terjadi ketika Ali ditentang oleh kelompok sahabat yang lain dalam pertempuran pertama dalam sejarah Islam, Pertempuran Jamal pada tahun 656 Masehi.
- Selain itu, konflik mencapai klimaksnya pada masa pemerintahan Muawiyah I di Damaskus. Ali menolak untuk mengakui Muawiyah sebagai penguasa sah dan munculnya kelompok Syiah sebagai kelompok religius yang terpisah dari jamaah mayoritas Islam.
- Menurut riwayat Syiah, Ali adalah khalifah yang sah, tetapi harta kekhalifahannya direbut oleh orang-orang yang tidak pantas.
Seiring berjalan waktu, ajaran Syiah berkembang dan memisahkan diri dari ajaran Sunni dalam Islam. Hal ini memiliki dampak besar pada perkembangan sejarah dan budaya Islam pada masa yang akan datang. Dalam perkembangan selanjutnya, Syiah mempolitisasi energi agama di wilayah Persia Kuno, yang sekarang menjadi Iran dan Irak. Namun, paham ini selalu menjadi bagian penting dari ajaran Islam di seluruh dunia.
Perbedaan Syiah dan Sunni
Syiah dan Sunni merupakan dua cabang utama dalam ajaran Islam. Perbedaan di antara keduanya terutama berkaitan dengan pandangan agama dan praktik ibadah. Meskipun pada dasarnya mereka mempercayai satu Tuhan dan mengikuti Muhammad sebagai nabi akhir zaman, terdapat beberapa perbedaan kunci yang membedakan Syiah dan Sunni.
- Pandangan pada Kepemimpinan – Syiah memiliki pandangan bahwa kepemimpinan dalam Islam harus berasal dari keturunan langsung nabi Muhammad dan hanya terbatas pada anggota keluarga nabi tersebut, seperti cucu-cucunya. Sebaliknya, Sunni mempercayai bahwa pemimpin Islam dapat dipilih dari kalangan umat Islam yang terbaik dan layak, sebagai hasil dari musyawarah dan pemilihan.
- Penggunaan Hadis – Sunni mempercayai bahwa hadis, yaitu riwayat atau cerita tentang ucapan, tindakan, atau penegasan nabi Muhammad memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menentukan hukum dan ajaran Islam. Sementara itu, Syiah cenderung mempunyai pandangan skeptis terhadap hadis, dan memilih untuk mengacu pada tradisi keluarga nabi Muhammad (ahlulbait) untuk mengambil hukum Islam.
- Istilah Ibadah – Sunni menggunakan istilah “Salah” untuk merujuk pada sholat lima waktu, sementara Syiah menggunakan istilah “Sholat” untuk hal yang sama. Selain itu, istilah “Zakat” digunakan secara serupa antara Sunni dan Syiah, namun Syiah juga mengekalkan istilah khusus untuk sumbangan amal (kaffarah dan khums).
Perbedaan Lainnya Antara Syiah dan Sunni
Perbedaan kultural juga dapat diamati antara Syiah dan Sunni. Di beberapa negara, pengikut Syiah cenderung melakukan perayaan pada hari-hari kelahiran dan kematian imam-imam penting mereka. Sebaliknya, Sunni umumnya tidak menggunakannya sebagai hari untuk merayakan atau berduka. Namun, pada siang hari Idul Fitri dan Idul Adha, kedua kelompok ini merayakan bersama-sama, bersama dengan sebagian besar umat Muslim lainnya di seluruh dunia.
Berikut ini adalah tabel singkat yang merangkum perbedaan antara Syiah dan Sunni:
Perbedaan | Syiah | Sunni |
---|---|---|
Kepemimpinan | Hanya dari keturunan langsung nabi Muhammad | Dapat dipilih dari kalangan umat Islam |
Pandangan pada hadis | Skeptis; memilih untuk menggunakan tradisi keluarga nabi Muhammad | Mempercayai bahwa hadis memiliki kedudukan yang sangat penting dalam menentukan hukum dan ajaran Islam |
Istilah Ibadah | Menggunakan istilah “Sholat” secara luas | Menggunakan istilah “Salah” untuk sholat lima waktu |
Namun, perbedaan-perbedaan ini tidak menandakan bahwa antara kedua kelompok ini saling berlawanan, lebih pada perbedaan sudut pandang, dan pandangan keagamaan.
Keyakinan penting dalam ajaran Syiah
Ajaran Syiah adalah salah satu dari dua arus utama dalam Islam, di samping Sunni. Namun, Syiah memiliki perbedaan keyakinan yang pada akhirnya membuat dua arus utama ini memiliki perbedaan pandangan dalam banyak pertanyaan. Ada beberapa keyakinan penting dalam ajaran Syiah yang harus dipahami oleh umat Islam untuk menjalankan agama dengan lebih baik.
- Pengakuan terhadap kepemimpinan Ali bin Abu Thalib
- Pengakuan terhadap keberadaan 12 Imam
- Ketuhanan Imamat
Salah satu keyakinan terpenting dalam Syiah adalah pengakuan terhadap kepemimpinan Ali bin Abu Thalib setelah Nabi Muhammad wafat. Ali dipandang sebagai Imam pertama dalam ajaran Syiah, yang kemudian dipimpin oleh keturunannya. Syiah meyakini bahwa kepemimpinan Ali adalah karena hak yang diberikan Allah SWT dan bukan karena keputusan manusia.
Imam adalah sosok pemimpin dalam Islam yang dipandang sebagai pewaris Nabi Muhammad untuk menuntun umat Islam dalam menjalankan agama. Ajaran Syiah meyakini bahwa terdapat 12 Imam yang dipilih oleh Allah SWT sebagai pewaris Nabi. Imam-imam tersebut dipandang sebagai sosok yang suci dan harus dihormati oleh umat Islam, karena dipilih langsung oleh Allah untuk menuntun umat.
Ketuhanan Imamat adalah keyakinan dalam Syiah yang meyakini bahwa para Imam memiliki sifat ketuhanan yang berasal dari Allah SWT. Syiah meyakini bahwa setiap Imam dipilih langsung oleh Allah dan memiliki sifat ketuhanan yang sama dengan Nabi Muhammad. Keyakinan ini membuat para Imam dipandang sebagai sosok yang suci dan tidak bisa dipisahkan dari ajaran Syiah.
Kesimpulan
Pengakuan terhadap kepemimpinan Ali bin Abu Thalib sebagai Imam pertama dalam ajaran Syiah, pengakuan terhadap keberadaan 12 Imam, dan keyakinan akan ketuhanan Imamat adalah tiga keyakinan penting dalam ajaran Syiah yang harus dipahami oleh umat Islam. Dengan memahami keyakinan penting ini, umat Islam bisa lebih memahami perbedaan antara Sunni dan Syiah dan menjalankan agama dengan lebih baik.
Keyakinan Penting | Penjelasan |
---|---|
Pengakuan terhadap kepemimpinan Ali bin Abu Thalib | Ali dipandang sebagai Imam pertama dalam ajaran Syiah, yang kemudian dipimpin oleh keturunannya. Syiah meyakini bahwa kepemimpinan Ali adalah karena hak yang diberikan Allah SWT dan bukan karena keputusan manusia. |
Pengakuan terhadap keberadaan 12 Imam | Terdapat 12 Imam yang dipilih oleh Allah SWT sebagai pewaris Nabi. Imam-imam tersebut dipandang sebagai sosok yang suci dan harus dihormati oleh umat Islam, karena dipilih langsung oleh Allah untuk menuntun umat. |
Ketuhanan Imamat | Meyakini bahwa para Imam memiliki sifat ketuhanan yang berasal dari Allah SWT. Syiah meyakini bahwa setiap Imam dipilih langsung oleh Allah dan memiliki sifat ketuhanan yang sama dengan Nabi Muhammad. |
Jadi, dengan memahami keyakinan penting dalam ajaran Syiah ini, umat Islam dapat lebih memahami perbedaan antara Sunni dan Syiah serta menjalankan agama dengan lebih baik.
Pemimpin agama dalam Syiah
Syiah memiliki imam-imam yang dianggap sebagai pemimpin agama dan spiritual bagi umat Syiah. Mereka diyakini sebagai penerus ajaran Islam Muhammad dan dianggap memiliki keistimewaan karena dipilih secara Ilahi. Imamat dalam Syiah dianggap sebagai kelahiran suci dan memiliki tingkat keimanan yang lebih tinggi daripada manusia biasa.
- Pertama, Imam Ali
- Kedua, Hasan bin Ali
- Ketiga, Husain bin Ali
Imam-imam ini dianggap memiliki otoritas spiritual yang lebih tinggi daripada orang lain dan memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan ajaran Islam. Selain imam-imam ini, Syiah juga mengakui adanya ulama-ulama yang memiliki wewenang untuk memberikan fatwa dan mengambil keputusan dalam berbagai masalah terkait agama.
Peran pemimpin agama dalam Syiah sangat penting karena mereka dianggap sebagai mediator antara umat dan Tuhan. Hal ini tercermin dalam praktik ibadah Syiah, seperti shalat, di mana mereka mengucapkan “salawat” atau “selawat” atas nama imam-imam mereka.
Imam | Tahun Kelahiran | Tahun Kematian |
---|---|---|
Imam Ali | 600 | 661 |
Imam Hasan bin Ali | 625 | 670 |
Imam Husain bin Ali | 626 | 680 |
Dalam sejarahnya, pemimpin agama Syiah sering mengalami penganiayaan dan siksaan, termasuk di masa-masa awal penyebaran ajaran Syiah. Namun, keyakinan umat Syiah terhadap otoritas spiritual pemimpin-pemimpinnya tetap tidak tergoyahkan.
Kontribusi Syiah terhadap Kebudayaan Islam
Ajaran Syiah telah memberikan banyak kontribusi terhadap perkembangan kebudayaan Islam, terutama di bidang seni dan sastra. Berikut adalah beberapa aspek kebudayaan yang telah terpengaruh oleh ajaran Syiah:
- Seni Kaligrafi: Ajaran Syiah memberikan pengaruh besar terhadap seni kaligrafi Islam. Banyak seniman kaligrafi Syiah yang menciptakan karya-karya unik dengan menggabungkan bentuk-bentuk huruf Arab dengan simbol-simbol dan gambar-gambar mistis.
- Sastra: Kebanyakan dari karya sastra dalam bahasa Arab yang bercorak syair (puisi) banyak yang memuat tema-tema syiah, seperti karya-karya dari Abu at-Tayyib al-Mutanabbi dan Abu al-Ala al-Maarri.
- Seni Arsitektur: Ajaran Syiah juga turut mempengaruhi seni arsitektur Islam, terutama di bidang pembangunan masjid dan makam. Karya-karya arsitektur Syiah yang paling terkenal antara lain Mausoleum Imams di Mashhad, Iran.
Kesusastraan Syiah
Sejak lahirnya Islam, kebudayaan Arab telah menunjukkan perhatian terhadap sastra dan pemikiran dalam bentuk puisi dan prosa. Pada masa konflik antara ajaran Syiah dan Sunni di Mesir, datanglah sekelompok ulama Syiah yang menyebarluaskan pikeran dan pemahaman Syiah melalui kegiatan berbicara dan menulis Ilmiah. Di sinilah lahir sebuah karya sastra yang dikenal dengan nama “Kesusastraan Syiah”. Kesuatraan tersebut menggambarkan pemikiran dan pandangan para ulama Syiah serta menyajikan berbagai perbedaan antara pandangan Syiah dan Sunni.
Pengaruh Seni Kaligrafi Syiah di Dunia Islam
Seni kaligrafi Islam telah menjadi unsur penting dalam kebudayaan Islam selama lebih dari seribu tahun. Salah satu arus kaligrafi Islam yang cukup mempengaruhi perkembangan di dunia Islam, adalah Seni Kaligrafi Syiah, yang berasal dari Iran.
Bentuk Kaligrafi | Keterangan |
---|---|
Thuluth | Merupakan bentuk kaligrafi elemen utama dalam kebudayaan Islam dan digunakan dalam tulisan Surat Al-Fatihah |
Naskh | Merupakan bentuk kaligrafi yang digunakan untuk menulis karya-karya sastra dalam bahasa Arab |
Taliq | Bentuk kaligrafi ini menggunakan tulisan tangan seperti huruf dengan kekhasan untuk menyertakan gambar bersama |
Seperti halnya seni kaligrafi Islam lainnya, seni kaligrafi Syiah juga memiliki keunikan dan kekhasannya tersendiri. Bentuk kaligrafi Syiah yang paling terkenal adalah Thuluth dan Naskh, meskipun Taliq juga cukup populer.
Cabang-cabang ajaran Syiah
Sebagai salah satu dari dua cabang utama Islam, Syiah memiliki beberapa cabang ajaran yang berbeda dalam interpretasi dan praktik agama mereka. Berikut adalah beberapa cabang ajaran Syiah yang lebih dikenal:
- Imamiyah: Cabang terbesar dari ajaran Syiah yang mempercayai keberadaan dua belas imam sebagai penerus Nabi Muhammad SAW.
- Isma’iliyah: Cabang yang memilih imam melalui sistem pewaris tunggal dan percaya pada konsep kebatinan.
- Zaidiyah: Cabang yang melihat bahwa imam dapat dipilih oleh umat Islam dan bukan hanya keturunan Nabi Muhammad SAW.
Selain cabang-cabang utama ini, ada juga cabang-cabang ajaran Syiah yang lebih kecil dalam jumlah pengikut, seperti Ghulat dan Bektashi. Masing-masing cabang memiliki perbedaan pada umat Islam dalam hal keyakinan dan praktik agama mereka.
Namun, meskipun terdapat perbedaan dalam interpretasi dan praktik agama, seluruh cabang Syiah sepakat pada keyakinan bahwa imam dipahamkan memiliki posisi yang lebih penting dalam ajaran Islam daripada posisi seorang khalifah. Dalam pemilihan imam, Syiah memandang bahwa kualitas kepemimpinan dan karakter dari potensi imam lebih penting daripada keturunan mereka.
Perbedaan Sikap dan Kepercayaan
Meskipun perbedaan-perbedaan kecil tersebut, beberapa perkembangan sejarah di antara cabang ini menimbulkan perbedaan keyakinan dan praktik agama lainnya. Sebagai contoh, beberapa pengikut cabang Syiah percaya bahwa imam memiliki wewenang untuk menafsirkan Kitab Suci Qur’an secara berbeda dari penafsir Sunni yang disebut sebagai Sunnah.
Kepercayaan ini mendorong Syiah untuk memiliki beberapa perayaan yang unik, seperti perayaan hari kelahiran imam mereka pada bulan Dhu al-Hijjah.
Perkembangan Sejarah
Sebagai ajaran keagamaan yang berkembang selama berabad-abad, cabang-cabang ajaran Syiah terus berubah seiring dengan peristiwa sejarah dan alam tempat di mana mereka tinggal. Sebagai contoh, penganiayaan terhadap pengikut Syiah pada masa kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah menyebabkan beberapa perubahan dalam praktik dan keyakinan mereka.
Cabang Ajaran | Tanggal Terbentuk | Negara Domisili |
---|---|---|
Imamiyah | Abad ke-8 | Iran, Iraq, Lebanon, Bahrain |
Isma’iliyah | Abad ke-8 | India, Pakistan, Yemen |
Zaidiyah | Abad ke-9 | Yaman, Tunisia |
Dalam beberapa kasus, konflik politik juga memainkan peran dalam perkembangan ajaran Syiah. Sebagai contoh, pemerintahan terpusat Persia Safawiyah pada abad ke-16 dan ke-17 menyebabkan proses pendirian identitas Syiah yang lebih kuat di wilayah Persia.
Kasus Kontroversial Terkait Ajaran Syiah
Ajaran Syiah kerap kali menjadi perdebatan di kalangan masyarakat Muslim. Beberapa kasus kontroversial terkait ajaran Syiah dapat menjadi bahan diskusi yang menarik. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Keterkaitan Ajaran Syiah dengan Iran
- Ajaran Syiah Dicurigai sebagai Ajaran Sesat
- Ajaran Syiah Dilihat sebagai Ancaman Terhadap Kesatuan Negara
Keterkaitan Ajaran Syiah dengan Iran
Ajaran Syiah memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan Iran. Sebab, Iran adalah negara dengan mayoritas penduduk beragama Syiah. Hal ini membuat ajaran Syiah sering kali dicurigai sebagai propaganda Iran untuk menyiarkan ajaran Syiah sebagai agama yang lebih superior dari Islam itu sendiri. Sementara itu, para ulama Syiah berpendapat bahwa ajaran Syiah sejalan dengan Islam yang asli dan sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad.
Ajaran Syiah Dicurigai sebagai Ajaran Sesat
Banyak kelompok Muslim lain yang menyebutkan bahwa ajaran Syiah adalah ajaran sesat. Hal ini disebabkan karena ajaran Syiah memiliki perbedaan pandangan dengan Sunni dan Mezheb lainnya. Beberapa perbedaan pandangan itu terkait dengan kepercayaan pada kepemimpinan spiritual, hukum-hukum Islam, dan paham politis.
Ajaran Syiah Dilihat sebagai Ancaman Terhadap Kesatuan Negara
Sering kali ajaran Syiah dituding sebagai paham yang dapat mengancam kesatuan negara. Namun, para ulama Syiah membantah tudingan tersebut dan menjelaskan bahwa kesatuan negara tidak terganggu oleh ajaran Syiah. Mereka juga menekankan pentingnya memahami perbedaan pandangan dan menjunjung tinggi toleransi dalam beragama.
Penindasan Kelompok Syiah oleh Negara-Negara Mayoritas Sunni
Beberapa negara yang mayoritas penduduknya Sunni melakukan penindasan terhadap kelompok Syiah. Sebut saja konflik di Suriah dimana Rezim Bashir Al Assad merupakan penganut Syiah sedangkan pemberontak Sunni juga melakukan tindakan kekerasan. Di negara tetangga seperti Arab Saudi, Syiah sering mengalami diskriminasi dan penganiayaan akibat perbedaan pandangan keagamaan.
Kasus Kontroversial | Deskripsi |
---|---|
Konflik Sectarian di Iraq | Konflik antara Sunni dan Syiah sejak runtuhnya rezim Saddam Hussein di Iraq. |
Kematian Sheikh Nimr Baqr al-Nimr | Seorang tokoh penting Syiah di Arab Saudi yang dieksekusi pada 2016 karena dianggap sebagai penghasut pemberontakan. |
Pembubaran Situs Makam Husayn Bin Ali di Bahrain | Pemerintah Bahrain menghancurkan situs makam Husayn Bin Ali yang dianggap suci oleh jamaah Syiah di Bahrain. |
Beberapa kasus kontroversial terkait ajaran Syiah di atas menjadi perdebatan diantara kelompok-kelompok Muslim. Penting bagi kita untuk dapat memahami perbedaan pandangan dan merespek setiap kepercayaan dalam beragama.
Terima Kasih Telah Membaca!
Itulah sedikit informasi mengenai apa itu ajaran Syiah. Semoga artikel ini bisa membantu kamu untuk lebih memahami seputar topik ini. Ingatlah bahwa toleransi dan saling menghormati adalah kunci untuk menjaga kerukunan antar umat beragama. Terima kasih atas kunjunganmu di situs kami, jangan ragu untuk datang kembali dan baca artikel menarik lainnya. Sampai jumpa lagi!